9th Petal

663 124 5
                                    

🌺 Happy Reading 🌺

Sean tidak ingin bergerak saat sinar matahari mengenai wajahnya dari sela-sela jendela. Dia tidur lelap dan nyaman seolah ada sosok yang memeluk dirinya.

"Sean..."

Sosok bayangan itu berbisik di telinganya, sesuatu yang gelap menghalangi sinar matahari yang jatuh di wajah Sean agar tidak membuat pemuda itu silau.

Sean membuka mata.

Pagi sudah cukup terang. Dia terbaring di sofa, saat terjaga dan bergerak bangun, matanya seketika tertuju pada piano.

"Ini dia.. kau akhirnya bangun," Yibo sudah berada dalam ruangan. Dia mengangkat secangkir kopi dalam paper cup.

Sean bersandar lemas. Mengatur nafas dan memperbaiki letak piama yang kusut berantakan.

"Bagaimana kau bisa masuk?" selidik Sean.

Yibo tersenyum miring.

"Pintu depan tidak terkunci."

"Astaga! Benarkah?!" Sean terkesiap. Dia memijit pelipisnya.

"Mungkin aku lupa, aku kehilangan konsentrasi akhir-akhir ini."

"Tapi ada untungnya, aku masuk dan menemukanmu tertidur di lantai."

Yibo duduk di sofa, di samping Sean.

"Jadi kau memindahkan aku ke atas sofa?" Sean terperanjat sekali lagi, menatap pemuda di sampingnya sedikit malu.

"Kau sangat nyenyak. Sampai tidak menyadari aku mengangkat tubuhmu."

Sean terdiam.

"Kau baik-baik saja kan?" Usik Yibo lagi.

"Entahlah..."

Bayangan pemuda misterius merayap di balik piano, gema suara yang mencengkeramnya dengan rasa takut.

Dan melodi terkutuk itu.

Lavender's Blue.

"Kopi akan mengobati mood yang buruk," Yibo meraih satu paper cup lagi yang telah dia siapkan untuk Sean sebelumnya.

"Minumlah. Aromanya enak. Rasanya juga nikmat.."

Sean mengulurkan tangan pucatnya yang dingin. Yibo sempat terkejut saat jari mereka bersentuhan.

"Kulitmu dingin. Aku yakin kau sama sekali tidak baik-baik saja," ujarnya.

Sean tersenyum tipis, menggeleng perlahan.

"Ada yang terjadi semalam?"

Sean membisu. Dia tidak yakin apakah semalam dia benar-benar melihat hantu.

Ataukah semua hanya mimpi..?

Sean bangkit berdiri, menoleh lemas pada Yibo dan berkata,

"Aku pergi mandi. Apa kau sudah sarapan?"

Yibo menggeleng.

"Kutunggu kau di meja makan. Aku akan menyiapkannya untukmu."

Sean mengangguk, tersenyum sekilas.

"Terima kasih."

Setelah menuntaskan sarapan, Sean membolak balik beberapa lembar kertas yang beberapa hari lalu dia temukan berceceran di lantai dekat kaki piano.

Mengerutkan kening, ia mengamati nada demi nada yang tertulis dan perlahan lahan kepalanya terasa berdenyut sakit.

Ya, ini catatan not balok melodi Lavender's Blue. Dia merasa familiar dengan nada itu, tapi tak berani memainkannya.

𝐋𝐚𝐯𝐞𝐧𝐝𝐞𝐫'𝐬 𝐁𝐥𝐮𝐞 (𝐘𝐢𝐳𝐡𝐚𝐧) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang