🌸 Happy Reading 🌸
Ketika Sean membuka mata di pagi hari, ia tidak menemukan Yibo di sisinya. Selembar catatan tergeletak di atas meja nakas, berisikan tulisan tangan Yibo yang tak karuan.
Sean meraih kacamata berbingkai logam dan mengenakannya sebelum membaca apa yang tertulis di catatan.
Wajahmu manis sekali saat tidur, aku tidak ingin membangunkanmu jadi aku pulang diam-diam. Ada roti daging panggang dan secangkir kopi di meja makan. Miko juga sudah sarapan.
Sampai nanti.
Dr. Wang
Sean tersenyum. Oh, jadi dia sekarang mulai menggunakan titelnya. Apa itu satu pembelaan diri karena harus mengungkapkan tulisannya yang jelek.
Unik sekali, saat semua orang memilih mengirimkan pesan lewat ponsel, Wang Yibo menuliskan selembar catatan.
Sean berpikir sekilas saat berjalan menuju kamar mandi dengan memegangi pinggang tuanya.
Kupikir dia sedikit kuno...
🥀🥀🥀
Angin lembut menyambut kala Sean membuka pintu dan melangkah ke halaman. Dia mengamati sekali lagi satu amplop coklat berukuran besar di tangan. Kali ini dia cukup yakin, simfoninya sudah melewati sentuhan terakhir dan ia siap mengirimnya pada managernya, Vardy Wang, yang tinggal di Wina.
Sudah lewat tengah hari. Sean mengemudi dengan bantuan peta lokasi dalam ponselnya menuju kantor pos terdekat.
Lagi-lagi Yibo tidak datang siang ini, mungkin dia sibuk dengan agenda yang sesungguhnya sebagai seorang dokter.
Hanya butuh beberapa menit untuk mengirimkan amplop itu, dia akan segera menghubungi Vardy dan membahas rencana selanjutnya.
Hmmm -- apakah sudah waktunya aku meninggalkan Seefeld.
Rumah musim panas itu terlalu damai untuk ditinggalkan tetapi terlalu melelahkan bagi dirinya untuk tetap bertahan. Penjelasan Wang Yibo semalam seolah-olah memperingatkan dirinya, bahwa ia mungkin harus menjalani beberapa hari lagi di sini, untuk memperbaiki kondisi psikisnya yang terpecah akibat trauma yang dia bawa dari masa beberapa tahun lalu.
Sean memarkir mobilnya di halaman sebuah cafe, duduk bersantai dan memesan secangkir americano seraya menatap langit biru jernih.
Ponselnya berdering bersamaan seorang pramusaji menaruh pesanannya di atas meja.
"Dr. Haikuan," Sean menyapa di telepon.
"Bagaimana kabarmu di sana?" Dr. Haikuan bicara dari seberang sambungan.
"Aku sangat senang di sini. Aku bisa menyelesaikan simfoniku, bahkan sudah mengirimnya pada managerku."
"Bagus sekali. Kau akan mengadakan konser lagi?"
"Masih belum mendapatkan kabar, tapi selain itu semuanya berjalan baik."
"Apakah kau tidur nyenyak?"
Sean termenung sesaat, sebelum senyum kaku melintas.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐚𝐯𝐞𝐧𝐝𝐞𝐫'𝐬 𝐁𝐥𝐮𝐞 (𝐘𝐢𝐳𝐡𝐚𝐧)
FanfictionDemi menciptakan satu simfoni yang indah, seorang pianis bernama Sean memutuskan menyepi di sebuah rumah musim panas di kota kecil Seefeld yang dibelinya setahun lalu. Dikawal keheningan dan suasana damai padang lavender, Sean menemukan satu simfon...