7th Petal

816 140 7
                                    

Aku takut menghadapi kesendirian.
Karena ... saat itulah ...

suara asing dalam diriku mengatakan

Hallo ... ?

🌺 Happy Reading 🌺

Ruangan makan hening itu bermandikan sedikit cahaya dan didominasi manisnya aroma kopi.

Di luar sana, kabut yang masih tersisa menguap di balik pepohonan, seiring burung mengepakkan sayap menuju cahaya terang.

"Bagaimana rasa sandwichnya?" Yibo bertanya, berharap pujian.

Sean menatap sekilas, wajah memukau itu tidak mengizinkan bibirnya untuk mengajukan keluhan. Jadi, dia tersenyum tipis dan berkata.

"Luar biasa lezat."

Yibo tertawa riang walaupun ia tidak sepenuhnya yakin. Menurutnya, pemuda sehalus dan sesantun Sean sepertinya akan mengatakan makanan itu lezat meskipun rasanya berantakan.

"Benarkah? Rupanya selain tukang yang andal, aku juga koki yang pintar."

Mendengar kekonyolan itu, Sean tertawa. Suaranya agak gugup dan tertekan.

Mereka menuntaskan sarapan, dan semenit kemudian gambaran tentang pemuda asing di taman naik kembali ke permukaan ingatan Sean.

Wajahnya perlahan memucat.

"Kau yakin tidak apa-apa?" tanya Yibo.

Sean menghirup aroma kopi sebelum menyesapnya sedikit.

"Ya," jawabannya berupa setengah gumaman yang tidak meyakinkan.

"Aku masih memikirkan pemuda asing yang kulihat tadi."

Yibo menatap hampa padanya.

"Kenapa kau menatapku seperti itu? Kau terdengar terkejut?" Dia melirik Yibo dari sela kesibukannya minum kopi.

Yibo memutar pandang ke sekeliling ruangan, menembus jendela yang menapilkan halaman samping. Dia terlihat sedang memikirkan beberapa dugaan.

"Yah ... kemarin kau mendengar sesuatu, semacam ..." ia berdehem.

"Senandung," Sean menyela.

"Aku mendengar suara senandung."

Yibo mengangguk cepat. "Yah itu. Kau berkhayal tentang suara seseorang bersenandung kemarin, dan sekarang.."

Sean tersenyum masam.

Berkhayal? Pemuda ini mengira aku tengah berkhayal?

"Oke, mungkin aku sedikit lelah," desah Sean, dia meneguk kembali kopinya.

Yibo memiringkan kepala, ekspresinya nampak memaklumi.

"Dan mungkin juga stress," dia menambahkan dengan tersenyum.

"Itu juga." Sean menundukkan pandangannya, merenungi permukaan minuman yang bergoyang perlahan.

𝐋𝐚𝐯𝐞𝐧𝐝𝐞𝐫'𝐬 𝐁𝐥𝐮𝐞 (𝐘𝐢𝐳𝐡𝐚𝐧) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang