10th Petal

694 119 12
                                    

🌺 Happy  Reading 🌺

Suara gesekan itu, apakah burung gagak?

Sean bersandar pada kepala tempat tidur. Setelah percakapan yang melibatkan emosi dengan dr. Haikuan, dia memutuskan masuk ke kamar untuk beristirahat siang.

Tetapi tidak mudah melupakan kejadian aneh di rubanah. Sekaleng bir kembali menemaninya, saat tenggorokan yang terasa kering semakin memanas oleh aliran bir, ia menaruh kaleng itu di meja nakas.

Wang Yibo berdiri di ambang pintu, bersandar dengan kedua lengan terlipat. Tshirt nya ternoda warna warni cat. Kali ini ia membiarkan Sean menghabiskan satu kaleng bir dingin lagi.

"Kau ingat? Kau pernah bertanya kenapa aku datang kesini," Sean menjeda sejenak, mengamati Wang Yibo berjalan mendekat, lantas duduk di tepi tempat tidur.

"Kau bertanya apakah aku memiliki seseorang yang merindukanku," Sean menatap sprei satin mengkilat, mencari gambaran sesuatu di sana.

"Namanya Mark. Dan aku sangat mencintainya."

"Hmmm..." Yibo mengangkat alisnya.

"Kupikir Mark orang yang bermasalah..."

Mark jangan!

Belati itu berkelebat, menggores kulit perut Sean, darah mengalir membasahi jemari Mark.

Seketika Sean mencengkeram perutnya, meringis kala rasa sakit ilusi kembali melanda.

Meski peristiwa itu telah berlalu setahun lamanya.

"Ada banyak masalah dalam setiap hubungan dan terkadang hubungan itu tidak berjalan. Tapi apa yang bisa kita lakukan jika hubungan itu berakhir, apa kita harus mengakhiri hidup kita juga?" Sean bicara pada diri sendiri.

"Kukira Mark tidak akan semarah itu saat aku mengutamakan karier sebagai pemusik di atas hubungan kami. Aku sempat bertanya-tanya apa aku salah jika menginginkan imbalan berupa kesuksesan  atas pengabdianku pada musik selama ini."

"Maksudmu? Kalian bertengkar dan Mark berniat membunuhmu? Lantas bunuh diri, begitu?" selidik Yibo,

Sean menunduk dengan tangan masih memegangi perut.

"Lukanya membutuhkan waktu tiga bulan untuk sembuh. Aku tidak mengizinkannya untuk pulang ke apartemen kami, aku berniat mencari bantuan agar Mark tidak akan menyakitiku lagi."

"Kau meminta bantuan dr. Haikuan?"

Sean mengangguk, "Tapi perawatannya tidak berhasil. Itu malah membuatnya semakin melihat hal hal aneh, dan dia tidak bisa hidup dengan itu."

Dia menjeda diiringi tawa kering yang terdengar aneh.

"Kenapa sangat sulit untuk mengatakan ini? Ugh -- sebenarnya apa yang telah kualami sangat mengerikan, membuat orang di sekitarku tidak nyaman. Dan sekarang, aku takut kau..."

Sean melayangkan lirikan penuh kebingungan pada Yibo.

"Kau takut aku menghakimimu?" Pemuda itu mengintrupsi.

Helaan nafas Sean terasa lebih berat. Dia meremas jemarinya yang berkeringat.

"Kau tahu, aku cukup pintar menangani orang yang tengah mengalami masa stress dalam hidupnya," ujar Yibo setelah beberapa lama.

"Kau bisa mempercayai aku," dia menambahkan. Satu tepukan lembut mendarat di lengan Sean. Bersahabat, menawarkan perlindungan.

Sean tersenyum masam, dia beringsut turun dari tempat tidur menuju lemari dengan banyak laci. Dia membuka laci terbawah, mengambil beberapa lembar kertas dari dalamnya.

𝐋𝐚𝐯𝐞𝐧𝐝𝐞𝐫'𝐬 𝐁𝐥𝐮𝐞 (𝐘𝐢𝐳𝐡𝐚𝐧) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang