🍁 Happy Reading 🍁
Sean menahan nafas dalam tidurnya saat dia merasa sesuatu bergerak di antara dua kakinya. Rasanya seperti selimut yang ditarik, sepertinya sudah tengah malam dan saat itu angin dingin yang aneh membelai kulitnya.
Tidurnya yang damai tiba-tiba terusik. Sean berada antara sadar dan tidak kala lengannya terulur ke samping. Harusnya Yibo ada di sini, dalam satu tempat tidur.
Tetapi telapaknya menyentuh sprei, ia seketika menyadari tak ada siapapun di sampingnya.
"Yibo... " Sean membuka mata perlahan-lahan.
Ketika itu penglihatannya terganggu oleh kunjungan mengerikan yang tidak menyenangkan.
Hantu.
Lampu dimatikan, hanya ada pendar samar lampu tidur kecil di atas meja nakas dan dia tidak bisa lagi melihat ke dalam ketidakjelasan itu kecuali ciri-ciri menyeramkan dari wajah pucat yang bertanya-tanya.
Kabut keluar dari mulut yang hampir membeku di dalam tenggorokannya.
"K -- kau..!" Sean mendengar suaranya tercekik.
Sosok bayangan itu tidak asing tapi tidak menyenangkan.
Pemuda yang sama, yang menghantuinya.
"Yibo.. " Sean mengeluarkan erangan, mencoba memanggil kekasihnya. Wajahnya memucat, dengan ngeri mengawasi tangan hantu yang terulur padanya.
"Pergi!"
Sean meringkuk, menarik selimut, menenggelamkan wajahnya ke bantal. Dari ujung kaki dan kepala ia dilanda gemetar yang hebat.
Dalam keheningan yang berat itu, dia bisa mendengar langkah kaki seseorang berjalan mendekati kamar tidurnya. Pintu terbuka perlahan tetapi tidak ada seorang pun di sana. Itu hanya bayangan hitam yang bergerak di lantai lebih dekat.
Sean menarik selimut untuk menutupi wajahnya. tetapi segera merasakan beban yang menyelimuti tubuhnya seolah-olah seseorang sedang berbaring di atasnya dan mencekiknya.
"Ahhhh......aku tidak bisa bernapas"
Tiba-tiba dunianya runtuh dan segera kegelapan dingin menguasainya sementara dua air mata mengalir di pipi ke mulutnya, dan jatuh dari atas ke bibir bawah.
"Sean... "
"Pergi!"
"Sean, ada apa?"
Itu suara Yibo!
Sean perlahan menarik bantal dari wajahnya. Seseorang yang berjalan masuk itu ternyata Yibo. Sementara wajah sepucat mayat yang tadi akan menjangkau dan menghimpitnya sudah tak ada di mana pun.
"Yibo, dari mana saja kau?"
Mengerutkan kening, Yibo duduk di tepi tempat tidur dan menatap Sean dari balik keremangan.
"Aku terjaga dan mengambil minum ke dapur. Kenapa kau pucat sekali? Kau mimpi buruk?"
Yibo menyentuh tangan Sean lemah lembut, sorot matanya khawatir.
"Kukira tadi ada seseorang datang," Sean berkata ragu-ragu.
"Tak ada siapapun. Hanya aku. Mungkin kau berhalusinasi."
Sean kembali memejamkan mata, rasa sesak dan frustasi kembali menyeruak setiap kali seseorang menyatakan ketidakpercayaan atau mengatakan bahwa dirinya berhalusinasi.
"Jadi begitu menurutmu," ia menyahut lelah, lalu perlahan turun dari tempat tidur.
"Kalau begitu, mungkin aku harus meminum obatku."Sean bangkit berjalan menuju pintu ketika dia rasakan tangan Yibo menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐚𝐯𝐞𝐧𝐝𝐞𝐫'𝐬 𝐁𝐥𝐮𝐞 (𝐘𝐢𝐳𝐡𝐚𝐧)
FanfictionDemi menciptakan satu simfoni yang indah, seorang pianis bernama Sean memutuskan menyepi di sebuah rumah musim panas di kota kecil Seefeld yang dibelinya setahun lalu. Dikawal keheningan dan suasana damai padang lavender, Sean menemukan satu simfon...