31🍁

61 9 0
                                    

"fyuuuuh." Arra menghela nafas panjang. Ia meletakkan ranselnya sembarangan di atas ranjang. Ia merebahkan tubuhnya di ranjang itu. Menghadap kearah langit langit di sebuah kamar bernuansa ungu itu. Ini memang bukan kamarnya melainkan kamar tamu yang ia pakai karena ia kesulitan naik ke lantai 2.

Tok tok tok. Suara ketukan pintu itu membuyarkan lamunan Arra yang tengah menikmati angin sepoi sepoi dari arah jendela yang sengaja ia buka.

"Masuk!." Perintah Arra kepada orang di balik pintu yang tadi mengetuk pintunya.

Ceklek. Pintu itu terbuka menampilkan seorang wanita setengah baya mungkin dibawah umur bundanya.

"Arra udah makan??. Tadi mama masakin ayam crispy saus kare kesukaan kamu." Tanya Amel pada putri sambungnya itu.

"Ayam crispy saus kare?." Tanya Arra antusias.

Amel hanya mengangguk dengan tersenyum lebar menatap putrinya itu.

"Mau mau mau." Arra bangun dari rebahannya dan segera mengambil kruk-nya yang ia sandarkan di dinding dekat dengan ranjang.

"Udah udah kamu disini aja , biar mama yang ambilin." Bujuk Amel lalu berlalu pergi menuju dapur.

Tak lama Amel kembali dengan tray berisi makanan dan juga susu coklat hangat. Amel duduk di ranjang bersebelahan dengan Arra. Ia mulai menyuapi anak sambung gadisnya ini dengan telaten.

"Udah lama Arra gak ngerasain suapan dari seorang ibu hehe." Jujur Arra dengan mengunyah makanan yang ada di mulutnya.

"Di telan dulu baru ngomong Arra. Nanti kalau keselek gimana?."

Arra menuruti apa yang Amel katakan. Setelah acara menyuapi putri sambungnya ini , Amel berpamitan untuk segera pulang. Walaupun ia khawatir jika Arra sendirian di rumah ini.

***
Selepas kepergian Amel. Arra duduk termenung di ruang tengah dengan tv yang menyala. Karena tidak ada serial yang menarik, Ia sengaja membiarkan salah satu channel yang menampilkan serial Azab.

Ia melirik benda gepeng berwarna silver di sebelah pahanya. Namun tak ada notifikasi atau hal yang menarik perhatiannya. Lantas ia meletakkan kembali benda pipih itu di tempatnya semula.

"Hay calon anak Ayah." Arya tiba tiba datang dan sontak mengagetkan Arra yang tengah berasumsi oleh fikirannya sendiri.

"Saya gak sudi punya ayah kayak anda." Jawabnya lalu meninggalkan Arya yang terdiam dengan menatapnya dengan pandangan tidak mengenakkan.

Arra meraih tongkat kruknya dan memilih ke kamar dan menguncinya. Kejadian tempo hari masih terngiang ngiang saat melihat wajah Arya. Bahkan mungkin itu sudah menjadi trauma besar yang menambah beban mental Arra.

Drtt drttt. Benda berwarna silver pipih itu bergetar dari sakunya. Ia segera mengecek benda pipih itu dan langsung membuka aplikasi berwarna hijau.

Dokter Naiya
Online

Arra kemana aja?
Lama gak konsul.
R u okey Ra?.

Jangan khawatir dok
Saya baik baik saja


Arra menutup roomchat itu setelah muncul dua centang biru dari dokter Naiya. Memang benar ia sudah lumayan lama tidak berkonsultasi. Namun memang benar bahwa mentalnya masih kuat dan ia merasa belum waktunya berkonsultasi.

Jam dinding mengarah ke pukul 9 malam , Arra yang sedari tadi memang tidak ada kerjaan pun di hampiri rasa kantuk dan memutuskan untuk tidur cepat. Ia mengubah letak tongkat kruknya yang tadi hanya di senderkan pada ranjang menjadi di senderkan tembok. Ia melepas wignya dan mulai menata posisi bantal agar memperoleh tempat ternyaman untuk tidur.

***
"Eh si bos udah nongkrong ae. Dah enakan bos?." Tanya Gio pada Dhamar yang sedang mendudukkan pantatnya di sekat Brian di markas THIERS.

Dhamar hanya mengacungkan jempolnya di depan muka Gio. Gio mengerti apa yang di maksut oleh ketuanya itu.

"Denger denger bos di selametin sama..." Kalimat menggantung dari Gio itu sontak menarik perhatian warga di markas bahkan personil yang tadi berada di teras ikutan masuk karena kepo dengan perkataan Gio.

"Siapa?." Tanya Dhamar dengan menautkan alisnya.

"Si Azra." Ucap Gio sambil menggaruk pipinya yang merah akibat ciuman dari fans nyamuknya.

"Haa beneran lo?."

"Lo serius kan ga boong yo?."

"Jan ngadi ngadi deh yo."

"Widih gilee lo seriusan yo?."

Pasukan THIERS semakin penasaran. Dengan apa yang di katakan Gio. Antara yakin gak yakin tapi tetap saja jadi bahan baru untuk di omongin.

"Beneran. Gue di kasih tau mamanya. Pas dia gak masuk kemaren dia masih syok jadinya gak masuk."

"Lah mamanya bukannya di luar kota ya ? Kan udah nikah sama ayahnya si cupu." Tanya Dhamar yang lagi lagi alisnya hampir tersambung.

"Ada urusan di malang woy mangkanya kesini."

"Oo gitu." Jawab semua orang dengan kompak bak paduan suara.

"Yagitu deh." Ucap Gio sambil melenggang ke arah dapur markas.

Markas THIERS kembali seperti semula. Personil yang nyanyi nyanyi di teras kembali ke aktifitasnya. Begitu pula yang main ps di ruang tengah dan lain sebagainya.

Dhamar mengingat kejadian tempo lalu yang hampir merenggut kehidupannya. Bahkan bayang bayang mamanya terlihat jelas ingin menggandengnya namun malah Arra yang di gandeng. Semua itu nampak nyata. Terutama seperti ada yang janggal saat Gio mengucapkan bahwa Azra yang menolongnya. Lalu kemana Arra? Pikirnya. Seingatnya ia di dorong oleh seorang wanita. Namun kepeningan di kepalanya kembali tiba saat mengingat hal itu.






Makasih banyak guys yang udah mampir hihi , tapi tinggalin jejak dong di kolom komentar atau vote biar Author semangat updatenya.


introvertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang