27🍁

63 10 0
                                    

Hari ini hari dimana Arra kembali ke sekolah setelah masa Scorsing selama 3 hari dan 3 hari tidak masuk dikarenakan insiden masuk rumah sakit. Wajahnya nampak cantik dengan polesan bedak dan sedikit liptint senada dengan warna bibirnya. Rambut wignya yang tergerai sedikit berterbangan akibat ulah angin yang menerobos masuk lewat jendela yang sengaja Arra buka.

Arra segera turun kebawah untuk berangkat ke sekolah. Ia menatap malas kedua orang yang sedang bersenda gurau di ruang makan. Bahkan mereka tak mengindahkan keberadaan Arra yang melewatinya.
Sabar Arra sayang author padamu kok:).

Waktu telah menunjukkan pukul 06.11 , ia menggowes sepedanya menuju ujung komplek untuk mencapai jalan raya. Ia bersenandung ria guna menghilangkan rasa kesepiannya. Tak butuh waktu lama ia sudah sampai di depan gerbang sekolahnya. Kira kira membutuhkan watu 10 menitan untuk mencapai sekolahnya. Arra memarkirkan sepedanya di tempat biasa.

Bukkkk. Sebuah bola basket terpantul mengenai belakang kepalanya. Matanya berkunang kunang kepalanya terasa sangat pusing namun ia menguatkan diri agar tidak pingsan. Suara tawa di mana mana. Apa lagi kalau tidak menertawakan Arra. Sang empu hanya menatap sendu. Sudah biasa ia di tertawakan dan di permalukan seperti ini bahkan dengan keluarganya sendiri.

Di seberang ada seorang gadis menatapnya iba. Namun rasa kesalnya pada gadis bullyable itu lebih besar di banding rasa ibanya. Ia menerbitkan sebuah senyuman miring di bibir tipisnya.

"Astaga Arra lo ga papa??." Tanya Azra yang tiba tiba datang tanpa melepas helm yang ia pakai. Yang ditanya hanya mengangguk lesu.

Azra yang menyaksikan hal itu sontak menghentikan acara tertawaan yang dilakukan oleh siswa siswi harapan bangsa ini. Setalah semua siswa membubarkan diri dari tempat kejadian Azra membopong Arra menuju ruang kelasnya dikarenakan Arra tidak ingin berada di UKS.

"Thanks kak udah nolongin gue."

"Udah tugas gue sebagai abang. Gue gak bakal biarin lo terluka ataupun lecet sedikitpun."

"Makasih kak."

"Lo beneran gak apa apa?."

"Gak , gue kan kuat hehe."

"Etdah baru kali ini gue liat lo senyum sama ketawa."

"Hehehe."

***

Kini Arra telah berada di ruang kelas. Menatap kearah papan tulis dengan tatapan kosong. Bel masuk sudah berbunyi sekitar 3 menit yang lalu. Namun bu Airin belum juga datang untuk mengisi mata pelajaran bahasa inggris.

Arra menelungkupkan kepalanya di antara tangan yang ia lipat diatas meja. Matanya yang sedari tadi menatap kosong kearah papan tulis kini terpejam dengan earphone yang menyumpal satu telinganya.

"Selamat pagi saudari Arra."

Arra segera mendongak saat mendengar suara yang tak asing lagi baginya.

"Dh-dhamar."

"Halo , gua kesini cuman mau minta maaf sama lo. Hehe." Ucapnya sambil menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

Arra menautkan alisnya tipis sambil menatap kearah Dhamar yang kini berdiri tegak dihadapannya. Semua pasang mata memperhatikannya. Termasuk Raya dengan tautan alisnya. Sepertinya ia juga bertanya tanya apa yang sedang dilakukan Dhamar saat ini.

"Gue tulus minta maaf sama lo Arra. Dimaafin gak nih?." Ucapnya lagi sambil mengulurkan tangannya pada Arra.

"Udah dimaafin kok." Jawab Arra sambil menerima uluran tangan Dhamar.

"Segampang itu??. Setelah apa yang gue lakuin sama lo?."

"Allah aja maha pemaaf masa umatnya gabisa memafkan."

"Bener juga." Jawab Dhamar sambil menggaruk belakang kepalanya tak tak gatal.

Arra hanya melempar senyum pada Dhamar. Ia tak menyangka Dhamar akan berlaku seperti ini. Tak ada firasat atau fikiran buruk yang menuju pada Dhamar. Ia yakin bahwa Dhamar ikhlas meminta maaf.

"Ntar pulang sekolah ikut gue ke kafe yuk ? Gue mau nraktir lo sekalian nostalgia kenangan masa kecil kita. Gue beliin cheese cake deh gimana?."

"Boleh."

"Yaudah ntar tungguin gue di kelas ini."

"Oke." Jawab Arra sambil menunjukkan 2 jempol kearah Dhamar.

Dhamar mengacak puncak kepala Arra layaknya Dhamar kecil yang selalu mengacak puncak kepala Arra kecil. Arra tersenyum saat kenangan itu terlintas di fikirannya. Dhamar sudah keluar kelas setelah mengacak puncak kepalanya. Arra melanjutkan aktifitas gabutnya di atas meja. Ia kembali menyumpal telinganya menggunakan earphone. Dan menutup kembali matanya.

***

Sesuai perjanjian tadi pagi. Arra menunggu Dhamar di kelasnya. Bel pulang sudah berbunyi sekitar setengah jam yang lalu namun batang hidung seorang Dhamar Erza Ananta belum muncul dihadapannya.

Fyuuuhhhhh. Arra menghela nafas panjang. Ia menengok arloji yang melingkar di tangannya. Ia sudah lelah dan bosan. Ia melangkahkan kakinya keluar kelas dengan lesu. Bagaimana tidak ia sudah menunggu hampir 45 menit tanoa teman seorangpun.

"Saudari Reyvianda Niarra Azalea." Teriak seseorang dari belakang Arra. Sontak ia menoleh dan menemukan Dhamar sedang berlari kecil menghampirinya. Arra hanya menautkan alis melihat Dhamar yang kini berhenti tepat di hadapannya.

"Sorry gue telat ya. Tadi ada tambahan kan abis ini lulusan. Mon maap ya tuan putri." Ucapnya sambil menampilkan puppy eyesnya.

"Iya."

"Yaudah yuk." Ucap Dhamar sambil menggandeng tangan Arra menuju parkiran.

Banyak pasang mata yang menyaksikan adegan itu. Bahkan ada yang berbisik bisik mengenai hal itu. Bukan apa apa. Dhamar dan Arra ibarat langit dan bumi. Bahkan Arra adalah gadis bullyable dan sang pembully adalah Dhamar. Wajar saja jika banyak yang kaget dengan apa yang dilakukan Dhamar dan Arra saat ini.








HAYYY UDAH LAMA NIH GAK UPDATE HEHE. MON MAAP YA AUTHOR LAGI SEDIKIT SIBUK DI DUNIA NYATA. BANTU VOTE DAN KOMEN YA GUYS JAN LUPA FOLLOW AKUN AUTHOR JUGA. AUTHOR CUMA NGINGETIN HARGAI PENULISNYA DENGAN CARA MEMBERI JEJAK KALIAN SAAT MEMBACA TERIMAKASIH:)

introvertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang