.
.
."Tolong mas ini untuk anak kamu sendiri." Amel berusaha membujuk sang suami agar mau mendonorkan darahnya ke Arra.
"Gak dia bukan anakku."
"Mau sampai kapan pa?, Apa sih salah Arra ?? Sampai membuat papa kayak gini sama dia? Mau sampai kapan papa membenci Arra karena kesalahan yang sama sekali bukan salah Arra pa? Sampai kapan." Azra mulai meninggikan intonasinya pada Hasan yang bernotabe sebagai papa sambungnya.
"Sampai mati pun saya gak akan sudi buat donorin darah saya pada anak gak tau diri itu." Ucap Hasan lalu berlalu pergi dari ruang tamu meninggalkan Amel, Claudia dan Azra.
"Arghkkkkkk." Azra mengacak rambutnya frustasi. Ia tak habis fikir dengan kelakuan dan pemikiran papa sambungnya itu. Terlebih Arra adalah anak kandungnya.
"Pasti ada solusinya sayang kamu harus tenang." Amel mencoba menenangkan Azra yang terlihat sangat frustasi.
Suasa kembali hening, hanya isak tangis sesekali terdengar memecahkan suasana henung itu. Azra masih mengotak atik handphonenya sambil berharap ada yang membalas snapgram dan juga snap whatsappnya.
***
Ini hari ke 2 Arra berada di rumah sakit dan terbaring tak berdaya di atas brankarnya. Ia sama sekali belum sadar. Terlebih keadaannya yang semakin drop dan belum melewati masa kritisnya. Azra , dan Claudia masih setia menemani gadis manis itu walau matanya belum terbuka."Udah ada yang mau donorin darahnya ke Arra tan , ma." Ucap Azra tiba tiba dan berhasil membuat mata kedua perempuan itu berbinar.
"Siang ini mereka bakalan dateng untuk donorin." Tambahnya lagi.
"Alhamdulillah." Ucap mereka serentak.
D
i satu sisi THIERS and the gang sedang melakukan diskusi untuk siapa saja yang akan mendonorkan darahnya untuk Arra. Iya pendonoran itu di dasar i oleh perminta maafan mereka karena telah mengacaukan hidup sang gadis manis yang kini tengah berjuang untuk hidup di rumah sakit.
"Selain gue, Brian, Nathan, dan Revan siapa lagi yang mau ikutan donor? Gue tau dari kita banyak yang punya golongan darah AB, tapi gue juga gak mau maksa kalian." Dhamar berbicara di depan barisan anak anak THIERS yang memiliki anggota kurang dari 100 orang.
"Gue."
"Gue juga bos."
"Gue juga ikut."
"Gue juga Dham."
"Gue juga, gue banyak salah sama dia."
Satu persatu anggota mulai menaikkan tangannya guna memberi tahu bahwa dirinya ikut mendonorkan darahnya.
"Oke siang ini kita kerumah sakit." Lanjut Dhamar lalu berlalu pergi.
***
"Alhamdulillah tranfusi darah telah selesei dan pasien juga sudah melewati masa kritisnya, namun keadaannya masih belum bisa dianggap remeh, saya ingatkan kembali untuk segera mencarikan pendonor paru untuk menyelamatkan hidup pasien." Ucap seorang dokter yang baru saja memeriksa keadaan Arra dari dalam ruang perawatan."Baik dok, saya akan mencarikan sampai dapat." Ucap Claudia di sela isakannya.
"Baiklah kalau begitu, saya permisi dulu. Masih banyak pasien yang akan saya periksa." Pamit pria paruh baya dengan setelan jas warna putih dan juga stetoskop yang terkalung di lehernya.
Setelah hampir 2 jam tranfusi darah kini Arra mulai mendengar sayup sayup suara dan mulai membuka matanya secara perlahan. Kilauan lampu neon menerobos masuk ke kornea matanya. Ia menatap sekeliling ia tau jika ia sedang berada di rumah sakit. Pasalnya aroma obat sudah sedari tadi menusuk penciumannya.
"Kakak." Ucapnya lirih dan membuat 3 orang di ruangan itu menoleh dengan senyuman.
"Iya Arra kak Azra disini. Kenapa ?? Ada yang sakit?." Tanya Azra menggebu gebu.
"B-bunda, m-mama." Ia menoleh ke arah 2 orang perempuan yang sangat ia sayangi.
"Kenapa sayang??." Ucap kedua wanita di sebelah kiri brankar Arra.
"Arra kemarin udah d-di jemput s-sama kak Andra t-tapi aku b-bilang m-mau k-ketemu ayah dulu hehe." Terang Arra dan berhasil membuat air mata lolos dari pipi Claudia.
"Aku boleh kan ketemu ayah dulu?." Lanjutnya lagi dengan mata berbinar. Semua hanya terdiam. Tak bisa menjawab apa yang di layangkan oleh Arra.
"Boleh kok sayang , mama bakal usahain." Amel mencoba menenangkan Arra walau ia tak tau lagi bagaimana membujuk sang suami untuk menemui anak kandungnya.
Ceklek...
Sebuah pintu terbuka memperlihatkan seorang lelaki dengan perawakan yang bisa dibilang keren dan goodlooking. Ia berjalan beriringan dengan beberapa orang yang stylenya tidak jauh beda kerennya dengannya."Hay Raa." Sapanya dengan meletakkan keranjang buah di meja dekat brankar Arra.
"D-dhamar??." Ya orang itu ialah Dhamar dan juga beberapa personil THIERS.
"G-gue beserta yang lain minta maaf ya udah sering gangguin lo." Ucap Gio mewakili semuanya terkecuali Dhamar.
"Gue udah maafin kalian kok." Jawab Arra enteng.
"T-tunggu." Azra dan Dhamar sama sama kaget dengan apa yang di lontarkan Arra.
"Kamu udah inget semuanya dek?." Tanya Azra hati hati.
"Aku udah inget semuanya kak." Jawab Arra dengan senyum manisnya.
Azra yang saat itu senang karena adik sambungnya sudah tidak amnesia lagi segera memeluk Arra. Begitu juga dengan Claudia dan Amel yang juga memeluknya walaupun sedikit terhalang oleh badan Azra.
"K-kita sahabatan lagi kan Ra?." Dhamar memecahkan haru diantara mereka dan sontak membuat Arra menoleh menatapnya.
"Aku gak pernah ngerasa putus persahabatan sama kamu Dham." Ucap Arra dengan cengiran khas milik gadis itu.
Setetes air mata dari pelupuk matanya kini mulai turun. Bak air hujan yang turun perlahan. Arra sangat bahagia dengan semua yang terjadi sekarang. Dhamar dan bundanya kembali. Namun akankah kali ini ia yang akan pergi? Pikirnya. Arra segera memeluk Dhamar walaupun tidak sepenuhnya. Namun Dhamar langsung membalas pelukan itu dengan tulus.
HAIII HAIIII UDAH DETIK DETIK TERAKHIR NIH HEHEHE. JANGAN LUPA BUAT NINGGALIN JEJAK YA HEHE. :) SEE YOU NEXT PART ♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
introvert
Teen Fiction‼️WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA.‼️ ‼️WAJIB NINGGALIN JEJAK SESUDAH BACA.‼️ Reyvianda Niarra azalea seorang gadis manis namun tidak dengan hidupnya. Ia bahkan tak pernah merasakan kebahagiaan setelah kejadian besar menimpa hidupnya dan membuat semua oran...