44🍁

40 5 0
                                    

.
.
.

"Aku mau ketemu ayah..." Lirihnya dengan menatap Amel dan Azra bergantian dan penuh harap.

Azra mengacak rambutnya frustasi. Namun ia dengan penuh sayang memapah Arra yang berjalan menggunakan kruknya dan di bantu juga dengan Amel. Azra menuruti permintaan Arra untuk bertemu Hasan. Toh Hasan sedang tidak sadarkan diri. Dan itu membuat Azra sedikit lebih tenang karena Hasan tidak akan membuat hati Arra sakit.

Hening... Hanya suara monitor detak jantung yang menjadi pemecah kesunyian dalam ruangan yang Azra, Amel dan Arra masuki. Arra menatap sang ayah dengan raut muka khawatir dan sedih. Air matanya terus bercucuran hingga membasahi pipi yang kini tirus karena di gerogoti penyakitnya.

"Ayahh...." Lirih Arra di dekat telinga Hasan.

"Ayah bisa denger aku kan?. Ayah harus sembuh ya. Arra kangen ayah. Ayah gak boleh sakit. Ayah harus kuat." Lanjutnya lagi sambil memeluk Hasan yang terbaring lemah di atas brankarnya.

"Ayah gak boleh nyerah ya. Ayah harus kuat. Ayah Arra itu kuat. Kalau misal kak Andra jemput jangan mau ya ayah."

Tiba tiba Arra mulai merasakan pusing yang hebat menyerang kepalanya. Pandangannya mulai buram.

"Arra s-sayang a-." Kalimat itu belum di selesaikan oleh Arra. Namun kesadaran Arra sudah hilang terlebih dahulu. Itu membuat Azra dan amel panik. Dan Azra langsung menggendongnya membawanya ke kamar rawat miliknya sedangkan Amel memanggil dokter yang menangani Arra.

24 menit sudah dokter beserta perawat menangani Arra di dalam ruangan. Claudia nampak cemas dan juga khawatir sambil melihat kearah dalam ruangan melalui celah kaca yang berada di pintu. Setelah hampir setengah jam menangani, akhirnya dokter itu keluar dengan stetoskop yang senantiasa mengalung pada lehernya.

"Gimana keadaan anak saya dok." Tanya Claudia dengan menahan isakannya.

"Apa sudah ada pendonor paru parunya?. Kita harus melalukan tranplantasi paru secepatnya." Dokter dengan setelan jas warna putih itu berkata dengan raut muka yang bisa dikatakan khawatir dan panik.

"Sudah dok sore ini mereka akan ke rumah sakit untuk tes kecocokan." Ucap Azra antusias.

"Baiklah, keadaan Arra masih belum dibilang stabil namun Arra gadis yang kuat. Mungkin sebentar lagi ia akan sadar." Tambah dokter tersebut.

Setelah berbincang dengan Azra dan Claudia, dokter itupun kembali mengecek kondisi pasien yang lain. Claudia menerobos masuk kedalam ruangan tanpa memperdulikan masih ada perawat yang menangani Arra.

***
"Arraaaaaaaa. Gue kangen banget sama lo." Seorang gadis menghambur peluk ke Arra dan memeluknya erat. Arra hanya tersenyum manis dan membalas pelukan itu.

"Gue juga kok , tapi lepas dulu sesek bege gue." Ucap Arra dan berusaha melepas pelukan Raya.

"Eiya maap maap. Nih gue bawain buah biar lo cepet pulih nggokey?." Raya memindahkan keranjang buah yang sedari tadi berada di atas brankar Arra dan memindahkannya di atas meja di sebelah brankar Arra.

Arra tidak berhenti tersenyum saat melihat seseorang di ambang pintu. Namun senyumnya luntur saat melihat seorang wanita di belakang seseorang itu. Ia adalah Sellia dan di depannya ada Dhamar yang sedang melambaikan tangannya ke arah Arra.

Dhamar melangkahkan kakinya mendekati Arra dan di ikuti oleh Sellia yang mengekor bak anak bebek yang mengekor pada induknya. Dhamar meletakkan kresek indomart yang ia tau pasti snack dan yogurt yang ia mau.

"Hay Ra." Sapa Sellia dengan senyum manis. Namun Arra tak luput dari pandangan garangnya.

"Ngomong buruan." Dhamar mendorong Sellia untuk mendekati Arra. Dan sang empu hanya bisa menuruti apa yang di katakan Dhamar.

"G-gue mi-minta maaf ya Ra, gue banyak salah sama lo. Gue nyesel Ra, gue minta maaf."

"Gue udah maafin lo." Sarkas Arra dengan mata berbinar namun masih setia dengan raut muka datar.

"Secepet itu?."

"Allah aja maha pengampun masa hambanya engga." Lirih Arra dan kini mulai terlihat lengkungan di bibir gadis manis itu.

Sellia hanya tersenyum. Dan memeluk Arra dengan erat. Namun tidak dengan Raya yang menatap Sellia garang. Raya adalah saksi ketidak manusiawinya sosok Sellia. Raya juga saksi dari pembullyan dan perundungan yang di lakukan oleh Sellia kepada sahabatnya, Arra.

Dhamar tersenyum puas ketika ia berhasil menjalankan rencananya untuk membalaskan dendam Arra. Di satu sisi Arra masih bingung , bagaimana bisa seorang Sellia Margaretta mengucap kata maaf pada korban bullyingnya seperti yang ia lakukan padanya saat ini? , Arra hanya berdoa agar ini bukan sekedar mencari muka saja.

"Lo ngapain?." Tanya Raya dengan sedikit mendorong bahu Sellia.

"Gue nyesel gue udah bully Arra. Bahkan tanpa alasan yang jelas. Dan lo juga udah tau sendiri gue gimana di sekolah? Gue udah ngerasain jadi Arra. Dan yang bully gue bukan senior tapi adek kelas." Jawab Sellia sambil menyembunyikan isak tangisnya. Memang benar jika Sellia menjadi korban bully saat ini. Setelah kejadian terbongkarnya rahasia bahwa Sellia mencontek saat try out dan berujung pada skorsing dan juga pembullyan. Tidak hanya itu Sellia juga tidak bisa mengikuti ujian kelulusan bersama teman temannya melainkan di ruang guru dengan satu pengawas yang selalu mengawasi gerak geriknya.

"Kesambet apaan lo?." Raya menampilkan senyum smirknya.

"Gue salah , gue sadar gue salah, gue gak mau ngulangin itu lagi , dan selagi gue bisa minta maaf gue bakal lakuin." Air mata mulai jatuh dari pelupuk mata Sellia. Ia menatap Arra dengan penuh makna.

"Udah Ray udah. Bagus dong dia minta maaf." Ucap Arra sambil menggenggam jemari Sellia.

"Tapi Raaa-."

"Udah Rayaa jangan di bahas soal yang lalu lalu." Ucap Arra lagi dan memotong kalimat Raya.

Ceklekk. Pintu kembali terbuka. Menampilkan Dokter dan juga Claudia di sebelahnya. Claudia nampak tersenyum manis kearah Arra. Begitu juga dokter yang juga sedang tersenyum dan berjalan ke arahnya.

"Besok kita akan melakukan operasi transplantasi paru paru. Kamu harus menyiapkan diri ya. Kamu pasti sembuh. Dokter akan lakukan semuanya semaksimal mungkin. Tes pencocokan sudah keluar dan sudah ada satu pendonor yang cocok dengan kamu." Ucap dokter itu dengan senyuman hangat.

"Saya gak mau di operasi." Jawab Arra datar dan berhasil membuat warga di ruangan itu terbelalak akibat ulah Arra.



























UDAH MAU ENDING NIHH. SIAP SIAP YA BAKAL ADA KEJUTAN DI ENDINGNYA. TAPI JUJUR AUTHOR KAYAK MINDER DENGAN CERITA INI.

AUTHOR BERHARAP KALIAN SUKA, DAN AUTHOR JUGA MAU BILANG KALAU CERITA INI UDAH ENDING BAKAL ADA CERITA BARU YANG BAKAL AUTHOR PUBLISH.

DAN BUAT KALIAN YANG UDAH BACA DAN VOTE DAN JUGA COMENT MAKASIH BANGET MAKASIH MAKASIH MAKASIHH POKOKNYA HEHE. DAN AKU JUGA GAK LUPA INGETIN BUAT NINGGALIN JEJAK SEHABIS BACA HEHEHE.

SEE YOUU NEXT PART :)

introvertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang