32🍁

64 7 4
                                    

Follow akunnya author ya :)
_aesteaa
Ig: @_aesteaa
      @_rzauraa
____________________________________________________________________________

"Pagi Cantik." Sapa Arya yang sedang mengoles roti di meja makan.

"Bunda mana?." Tanya Arra dingin

"Masih di luar kota besok baru balik. Sini sarapan dulu papa udah siapin roti selai coklat kesukaan kamu."

"Saya gak suka selai coklat. Saya suka pake cream cheese."

"Yaudah papa buatin lagi."

"Stop bilang papa ke saya. Karena anda bukan papa saya. Dan sampai kapanpun gaakan jadi papa saya."

"Kalau jadi istri?."

"Jaga bicara anda ya tuan Arya." Arra menatap garang Arya yang kini menatapnya dengan tatapan entah penuh apa.

Arra menjalankan kruknya bersama kakinya kearah ruang tengah. Sudah tak selera makan akibat keberadaan Arya di ruang makan. Namun tiba tiba Arya memeluknya dari belakang yang sontak membuatnya jijik dan melepas tangan gagah itu. Namun lagi lagi ia kalah dengan tenaga Arya yang lebih kuat. Apalagi dengan keadaan kakinya yang seperti ini.

Mustahil jika mengalahkan Arya. Jantung Arra berdebar kencang. Bibirnya pucat pasi tanda ia benar benar ketakutan. Ia di panggul bak karung beras menuju kamar Claudia. Apakah hal yang buruk itu akan terjadi lagi? Kini air matanya sudah menetes membasahi pipi chuby nya.

Firasat Arra benar. Arya melakukan aksinya lagi. Kakinya tertumpu oleh badan kekar milik Arya. Dan pasti kalian tau bagaimana rasanya menjadi Arra. Sakit sungguh sakit. Bahkan ia tak tau apakah kini mentalnya bisa di sembuhkan atau bahkan ia harus mendekam di balik tembok rumah sakit jiwa?.

"APA APAAN KALIAN?." Suara itu mengejutkan Arya beserta Arra. Namun Arra terdiam lemas tak berdaya dengan wajah yang pucat pasi tanpa tenaga.

"Sayang dia yang mulai duluan. Dia yang menggoda aku sayang." Ucap licik Arya pada Claudia. Arra sontak membulatkan matanya sempurna. Sebisa mungkin ia mendudukkan tubuhnya yang lemas dan juga kakinya yang sudah tidak bisa lagi di gerakkan.

"Enggak Bun, bukan Arra. Tapi om Arya. Om Arya yang bawa aku ke kamar ini. Ini di lantai 2 bun. Mana mungkin Arra naik dengan keadaan Arra seperti ini?. Mana mungkin bun?."

"Bohong sayang. Tadi Arra manggil aku buat benerin lampu di sini. Namun tubuhku di tarik dan kancing bajuku di buka paksa oleh Arra." Ucap Arya mengarang cerita.

"Enggak bun enggak. Arra berani sumpah. Bukan Arra. Arra hanya korban. Tolong bunda percaya sama Arra."

Plakkkk. Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi Arra. Panas, rasanya sungguh menyakitkan. Ingin rasanya Arra pergi dari dunia yang kejam ini.

"Dasar anak gatau diri. Bunda gak percaya sama kamu. Bunda lebih tau Arya dibanding kamu. Dasar anak pembawa sial. Pembawa masalah." Ucap Claudia dengan sekali lagi menampar pipi Arra. Arra hanya memegangi pipinya yang panas akibat tamparan itu.

"Bundaaa. Percaya Arra bunda. Arra anak bunda. Bukan Arra bunda bukan Arra. Ini semua om Arya yang memaksa bunda."

"Berarti kamu juga mau iya kan? Dasar anak gatau diri. Pelakor. Dasar pelacur. Bunda gak pernah ajarin kamu jadi kayak gini Arra. Bunda kecewa. Dan bunda lebih percaya om Arya di banding kamu."

"Bundaaaaa." Lirih Arra.

"Jangan panggil saya bunda, saya gak sudi punya anak pelacur kayak kamu."

"Bundaaaa." Kini Arra mengesot dan memeluk kaki Claudia. Namun Claudia malah menendang Arra hingga ia terdorong ke belakang menatap tembok.

"Pergi kamu dari sini. Saya gak mau liat muka kamu lagi."

"Ini rumah Arra bunda."

"Rumah ini sudah saya jual." Ucap Arya dengan nada liciknya. Mata Arra kembali memanas. Jika membunuh tidak di penjaralan , Ingin rasanya membunuh satu makhluk di depannya ini.

"A-apa??." Ucapnya Shock.

"Memang bener om Arya udah ngejual rumah ini. Dan uangnya buat nambahin modal bunda nikah. Dan sebagai gantinya niatnya kami mau ngajak kamu buat tinggal sama kita pas udah nikah. Tapi setelah kejadian seperti ini saya gak mau satu rumah sama pelacur kayak kamu Arra."

Dunianya kian hancur mendengar penuturan dari Bundanya. Bunda yang selalu ia anggap sebagai malaikat pelindung setelah ayah kandungnya tak pernah memperhatikannya lagi , kini benar benar membuatnya sakit hati.

"Pergi kamu dari sini. Saya gak mau liat muka kamu lagi. Cuihhhh gak sudii." Claudia menyeret Arra hingga ke pintu utama , tanpa mempedulikan Arra yang kesakitan akibat tarikan itu. Tak hanya itu Claudia juga melempar tongkat kruknya pada Arra. Arra berusaha meraih tongkat itu dengan sedikit mengesot.

"Jangan pernah temuin saya lagi dan jangan pernah muncul di hadapan saya lagi. Saya gak sudi punya anak kamu." Ucap Claudia dengan penuh emosi. Arra masih berusaha meraih tongkat kruknya dengan susah payah. Claudia kembali datang dan melempar ransel berisi pakaian pakaian Arra lalu kembali masuk dengan menutup pintu dengan keras.

Arra tak kuasa menahan sakit. Dadanya terasa sangat sesak. Rasa pening itu kembali tiba di kepalanya. Air matanya terus mengalir hingga membuat sungai kecil yang begitu deras di pipi chubby nya.

Arra berjalan tertatih tatih dengan bantuan kruk juga ransel yang menambah beban di tubuhnya. Arra tak tau ia harus kemana. Bahkan ia sama sekali tak membawa uang ataupun ponsel. Semua tertinggal dalam rumah itu.

***

"Ma firasat Azra kok gaenak ya." Tanya Azra sambil mengalihkan benda gepeng dari sebelah telinga kanannya ke arah telinga kirinya.

"Kamu coba cek kerumahnya, sapa tau ada apa apa." Balas orang di seberang sana.

"Abis ini. Langsung otewe ma. Aku tutup duku ya byee ma."

Setelah Azra menghentikan Call dengan mamanya ia tak berkonsentrasi lagi dalam belajarnya. Ia terus menerus kepikiran Arra. Tanpa berlama lama ia meraih kunci di atas nakas dan memakai jaket kulit kesayangannya.

Sekitar 5 menit ia di jalanan, ia memilih jalan tikus agar cepat sampai ke rumah adik tirinya itu. Setelah hampir 30 menit di jalan ia sampai di depan rumah Arra. Nampak sepi. Namun itu tak mengurungkan niatnya untuk menemui sang adik.

Tok tok tok. Ia mengetuk pintu berkali kali. Namun masih saja tidak ada jawaban. Perasaannya semakin tidak karuan. Lagi lagi ia mengetuk pintu itu, kali ini lebih keras dan seorang laki laki datang membukakan pintu.

"Siapa kamu?." Tanya Arya garang.

"Saya kakak tirinya Arra. Arra mana om ? Dia baik baik aja kan?."

"Mana saya tau, Arra pergi dari rumah sejak 1 jam yang lalu." Ucap Arya lalu menutup pintu kembali.

"Ke-kemana om??." Kini Azra berteriak karna pintu sudah di tutup rapat.

"Minggat!!!." Teriak dari dalam.










JANGAN LUPA TINGGLIN JEJAK GAEESS. BIAR AKU SEMANGAT NGE UP-NYA:)

introvertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang