Harapan adalah awal
Dari kekecewaan
-Raya-"Selamat pagii ibu negara. Meneng meneng ae (diam diam saja)." Sapa Raya yang kini sudah di depan meja Arra.
"Hai Ray."
"Jan murung gitu dong, ada gue. Gue udah aduin yang nyebar video lo dan semuanya dihukum."
"Haa demi apa?? Beneran??." Arra menatap Raya tak percaya.
"Heem"
Arra tersenyum melihat tingkah Raya yang membuatnya terharu. Arra memeluk Raya dengan penuh arti, begitupun Raya yang membalas pelukan itu penuh arti.
"Hai Ray."
Faren tiba tiba muncul dari balik pintu dan berjalan kearah Raya dan Arra.
"Ehh kak Faren. Tumben mampir kelas Raya??." Tanya Raya penuh selidik.
"Gua mau ketemu Arra. Gua mau ngomongin hal penting . Jadi bisa gak tinggalin gua dan Arra sendiri??."
"Ohh gituu yaudah deh aku tinggal."
Raya pun pergi keluar kelas meninggalkan Arra dan Faren di dalam.Kini tersisa Arra dan Faren serta beberapa gerombol cowo lainnya di dalam kelas.
"Lo udah mendingan??."
"Udah kok. Makasih ya udah nolongin Arra."
"Sama sama. Oh iya ntar pulang sekolah temuin gue di rooftop ya gua mau bicara sama lo."
"Kenapa gak disini dan sekarang aja??."
"Gabisa."
Faren mulai berjalan kearah pintu. Ia sesekali menatap Arra yang tengah menatap dirinya dari bangkunya.
Cklaaaakkk , pintu kembali terbuka. Namun kini bukan Faren ataupun Raya. Melainkan 4 orang cewek dengan cardigan rajut menyelimut i tubuhnya.
"Haii Arra. Long time no see."
"Ss-seliia ??."
"Jangan kaku gitu dong , gua cuma mau minta maaf soal kemaren."
"Mm-maksut lo?."
"Gua udah jadi penyebar kedua video bugil lo."
"Aa-apaaa? Lalu ss-siapa yang pertama??."
"Gua gatau gue dapet dari nomor gak di kenal dan dia nyuruh gue buat nyebarin agar lo keluar dari Harapan Bangsa."
"Ii-iya gue maafin."
"Aaaa makasiiii , yaudah gue balik dulu bye Arra sayang."
Arra kalut dalam fikirannya sendiri. Kini fikirannya bukan hanya tentang keluarga ataupun Dhamar , melainkan penyebar serta pengobrak abrik bajunya kala itu.
***
Siang ini ia berjalan sendiri menaiki anak tangga demi anak tangga menuju rooftop. Seperti yang dikatakan Faren tadi ia akan menemuinya di rooftop untuk membicarakan sesuatu yang penting(katanya)."Arraaaa!!!." Panggil seseorang dari belakang. Lelaki berpostur tinggi nan tampan dengan lengan seragam terlinting serta rambut tersunggar rapi menambah damage seorang Faren Dewa Tarabisma.
"Kak Faren kenapa nyuruh aku ke rooftop?. Hal penting apa yang kakak mau bicarain??."
"Gue to the point aja ya."
"Gue..."
Arra menatap manik biru kecoklatan milik Faren. Nampak kekecewaan di mata Faren, namun bibirnya masih bisa melengkung mengikuti mata yang kini berbinar.
"It's okey gue paham. Yang terpenting ,gue udah lega sekarang."
Arra masih termenung menatap mata Faren. Sebutir liquid menetes dari pelupuk matanya. Dengan reflek ia menghapusnya dengan punggung tangan. Kini ia menjauhi tubuh tinggi Faren dan berjalan menuju anak tangga yang berada tak jauh dari jangkauannya.
Arra berlari menuruni anak tangga. Hingga anak terakhir ia terpeleset matanya terpejam dan satu tangannya terkait ke gagang pegangan anak tangga.
"Lo gapapa??."
"G-gue gapapa makasih udah nolongin."
"Lain kali hati-hati."
"Papa apa kabar??."
"Baik kok."
"Mama amel??."
"Bunda kangen lo Raa, beliau hamil adik kita ,adik tiri kita."
Arra tersentak mendengar perkataan Azra. Bulir bulir liquid kembali bercucuran. Ia berfikir papanya sudah tak membutuhkannya lagi. Kini ia sudah bahagia. Dan sedikit lagi ia akan benar benar terlupakan.
"Ucapin selamat ya buat mama, pasti keluarga papa habis ini bakal bahagia. Tanpa Arra tentunya."
"Lo ngomong apa sih Ra. Lo tetep keluarga gue. Keluarga papa dan bunda."
"Makasih udah nenangin gue kak. Tapi gue sadar diri kok, Btw Arra ke kelas dulu ya."
Arra melangkah menjauhi Azra yang kini menatapnya dengan entah penuh apa. Matanya nampak sedih namun masih tetap berbinar. Arra tak menghiraukan tatapan Azra. Kini ia harus benar benar menjauh dari keluarganya sendiri. Setidaknya ia masih punya Raya dan Bundanya.
***
"Hayy ibu Arraya Nasyafa." Sapa Arra pada Raya yang tengah menopang kepalanya dengan telapak tangannya.
Hening... Raya tak menjawab sapaan Arra. Raya hanya melirik tanpa niat memandang Arra.
"Ray lo kenapa sih?? Sakit gigi??." Kini Arra berjongkong mensejajarkan posisinya dengan posisi Raya yang tengah duduk sambil menopang kepalanya dengan tangan di atas meja.
Lagi lagi Raya tak menjawabnya. Kini Raya malah beranjak dari tempatnya duduk dan mendorong Arra hinga ia terjatuh. Arra sekain bertanya tanya akan keanehan Raya.
~Raya kenapa sih~ Arra bertanya tanya entah pada siapa. Matanya terus menatap Raya yang kini mulai menghilang dari pandangannya.
MOHON MAAP AKHIR AKHIR INI JARANG UPDATE HEHEHE. AUTHOR LAGI SIBUK SIBUKNYA DI DUNIA NYATA HEHE. BTW DIMOHON SETELAH/SEBELUM BACA NGEVOTE DULU YA :( FOLLOW AKUN WP AUTHOR JUGA. TRIMAKASIIHHHH.
KAMU SEDANG MEMBACA
introvert
Novela Juvenil‼️WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA.‼️ ‼️WAJIB NINGGALIN JEJAK SESUDAH BACA.‼️ Reyvianda Niarra azalea seorang gadis manis namun tidak dengan hidupnya. Ia bahkan tak pernah merasakan kebahagiaan setelah kejadian besar menimpa hidupnya dan membuat semua oran...