kereta

55 7 4
                                    

Aku menyukai kereta. Karena dengan kereta aku bisa pergi kemanapun aku ingin. Ke tempat dimana aku bisa tertawa saat aku ingin tertawa. Ke tempat dimana aku bisa menangis disaat aku ingin menangis. Dan orang orang tetap bahagia meski aku tiada.

langit sebentar lagi gelap. Dan aku sedang menunggu kereta selanjutnya tiba. Aku berpikir untuk pergi dengan kereta itu. Sebentar lagi.. sebentar lagi aku akan terbebas. Aku akan pergi!

Jika ada yang bertanya mengapa aku ingin pergi dengan kereta. adalah karena aku takut dengan manusia. Manusia itu menakutkan. Manusia selalu melakukan hal hal yang mengerikan. Mengingatnya saja membuatku merasa ngeri.

Cotohnya seperti ibu dan ayah. Ibuku selalu kulihat menangis. Ia selalu menangis tanpa aku ketahui alasannya. Aku selalu mencoba bertanya. Pertanyaan seperti "ibu kenapa menangis?" atau "ibu sakit?" sering aku ucapkan. Namun ibu selalu marah. Ia selalu membentakku. Mengatakan hal tentang aku ini bodoh, Aku ini lebih baik mati saja, Lalu memukulku atau menendangku.

Akupun ikut menangis. Rasanya sakit. Tanganku selalu sakit jika dipukul ibu. Kakiku juga merasakan perih. Tapi ibu selalu marah jika aku menangis. Ibu bilang "diam! atau kupukul lagi." tapi aku dipukul, aku ditendang. Rasanya sakit. Kenapa aku tidak boleh menangis? Aku selalu menanyakan itu.

Sementara ayah jarang sekali di rumah. Ia selalu pergi saat aku pulang sekolah. dan pulang saat larut malam. Ayah selalu pulang dalam keadaan mabuk. Aku selalu di kamar saat ayah pulang. Ayah menakutkan. Setiap ayah pulang, ibu dan ayah selalu bertengkar. Mereka saling berteriak tentang hal hal yang tidak kupahami. Karena takut, aku selalu melihat mereka dibalik pintu kamarku. Aku takut.

Suatu malam. Ayah pulang dalam keadaan mabuk seperti biasa. Namun entah kenapa malam itu ayah dan ibu bertengkar hebat. Mereka berteriak lebih keras. Aku semakin ketakutan. Tidak lama kemudian ayah menampar ibu, memukulnya, menendangnya lalu kembali pergi keluar. Ibu menangis. Aku langsung berlari pada ibu. Aku memeluk ibu. Aku menyayangi ibuku. Namun ibu langsung memukulku. Mendorongku ke tembok. Kepalaku terbentur. Rasanya sakit sekali. lalu ibu bangkit dan menendangku berkali kali. Sambil berteriak. "anak sialan!" "mati saja sana!" akupun mulai menangis. Tapi ibu menyumpal mulutku. "jangan menangis anak sialan! Diam."

Keesokan harinya aku bangun. Kepalaku rasanya sakit sekali. aku terbaring di depan pintu rumah. Tubuhku semuanya rasanya sakit. Kulihat jam dinding menunjukan jam 7 pagi. Aku harus segera sekolah. aku hanya mencuci muka dan menggosok gigi. Karena aku akan terlambat jika mandi! Aku jarang sekali sarapan. Hanya beberapa keping uang saja yang ibu berikan untukku sarapan. Atau sepotong roti. Lalu aku akan pergi ke taman dekat sekolah untuk memakan sarapanku yang sederhana itu. Dan melihat matahari perlahan naik. Melupakan ketakutanku tentang rumah.

Meski sering terlambat, guruku di sekolah tidak pernah marah. Untuk anak kelas 5 SD seharusnya aku dihukum. Namun guruku baik sekali. karena itu aku masih bisa belajar dengan baik. Namun ketakutanku terhadap manusia tidak berhenti di rumah saja.

Setiap jam istirahat. beberapa teman kelasku selalu membawaku ke atap sekolah, atau membawaku ke belakang sekolah untuk merundungku. Mereka mengambil uangku. Lalu mengejekku karena selalu terlambat. Atau karena bajuku selalu kotor dan lusuh. Sepatuku yang mulai kekecilan dan rusak. Dan tampangku yang karena tidak sempat mandi terlihat kumuh dan kotor.

Mereka juga tidak jarang memukuliku. Menendangku hingga terjatuh dan mereka pukuli bersama sama. Aku tidak mampu melawan. Aku dilarang mengadu pada guru. Mereka mengancam. Jika mengadu maka aku akan dirundung lebih hebat lagi. dan aku akan menyesalinya. Karena itu aku takut.

Untuk melarikan diri dari ayah, ibu, atau teman temanku. Dan merenungkan semuanya. Aku selalu berdiri di dekat sebuah rel kereta. yang terletak searah dengan rumahku. Lalu bertanya tentang hal hal yang mengganjal hatiku.

Kenapa para orang dewasa selalu bertengkar tentang hal yang tidak anak anak pahami. Dan ketika hal buruk terjadi, kami selalu dimarahi tanpa tahu alasannya. Tentang kenapa ibu menangis dan memintaku untuk mati saja. Tentang ayah yang jarang di rumah untuk bermain denganku dan selalu memukuli ibu.

Kenapa ibu melarangku menangis, padahal aku selalu ibu pukuli. Bukankah wajar saja bagiku untuk menangis. Atas rasa sakit yang selama ini aku alami. Kenapa ayah selalu pulang malam, dan bertengkar dengan ibu. Saat setiap sore saat aku pulang dan melewati taman. Keluarga lain justru sedang tertawa. Mereka menjemput anak mereka yang sibuk bermain dan menggendongnya pulang. Kenapa teman teman selalu merundungku. Saat mereka selalu berteman dan saling tertawa dengan teman lainnya. hanya karena aku berpenampilan berbeda

Ibu, kenapa aku tidak boleh menangis? Atas rasa sakit yang aku alami. Ayah kenapa aku tidak bisa tertawa bersama ayah? Teman - teman, kenapa aku tidak bisa bermain saja dengan kalian? Bukankah aku juga manusia? Aku juga boleh untuk hidup seperti kalian. Aku juga berhak bahagia.

Karena itu. Aku ingin pergi dengan kereta. ke tempat dimana aku bisa tertawa saat aku ingin tertawa. Dan menangis saat aku ingin menangis. Dan orang orang tetap bahagia meski aku tiada

Suara trompet kereta sudah berbunyi. Derit yang berasal dari rel dan roda kereta yang bergesekan terdengar dari jauh. Jantungu berdegup kencang. Aku merasakan kebahagiaan yang menajalar keseluruh tubuhku. tanganku mengepal. Kakiku mulai bergetar karena merasakan senang yang tak pernah kurasakan sebelumnya.

Wujud kereta itu mulai terlihat. Dentuman suara dari mesin kereta itu semakin keras. Mataku berbinar. Kebahagiaan meledak ledak dalam hatiku. Aku akan tebebas! Aku akan terbebas dari manusia. Aku akan hilang diantara mereka.

Kini kereta itu semakin dekat. Aku bersiap. Aku menarik nafas perlahan. Menenangkan hatiku sejenak. Membayangkan ibu tanpaku. Ia akan bahagia tentunya. Meski sejenak aku merasakan rindu. Pada ibu yang dulu selalu tersenyum padaku. Lalu ayah. Semoga ia berhenti mabuk dan tidak lagi bertengkar dengan ibu. Dan teman teman. Mereka akan bermain seperti biasa tanpaku. Mereka akan baik baik saja jika aku tiada. Aah, dunia pasti akan menjadi tempat yang lebih baik tanpaku.

Kereta itu hampir tiba. Aku sudah siap!

Saat ini senja telah hilang. semburat jingga di kaki langit telah lenyap. aku melangkah. Kupejamkan mata... aku berangkat...

HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang