besok makan apa?

3 1 0
                                    

Ibu menangis sore tadi di dapur. Aku melihatnya diam diam bari balik pintu. Tiba tiba adikku bangun dari tidurnya. Dia menangis juga. Aku langsung membawanya keluar karena aku tak ingin adikku melihat ibu menangis. 

Diluar sambil menggendong adikku yang manis. Aku melihat ke atas langit. Mendesahkan nafas panjang. Aku tahu kenapa ibu menangis. Karena kami tak lagi punya beras. Kami tak bisa makan lagi hingga seberkas keajaiban menimpa kami. Ayah yang juga sekarang pergi mencari orang yang mau ia pinjami uangnya. Meski beberapa hari lalu juga ia lakukan hal yang sama. 

Aku ingin bertanya pada Tuhan. Kenapa nasib keluarga kami kian malang. Apakah karena orang tuaku tidak sekolah tinggi - tinggi? Atau karena orang tuaku pemalas? Padahal sejak pagi buta hingga matahari hilang ayah bekerja serabutan mencari nafkah. Ibu juga bantu cuci sana - sini agar bisa makan. Tapi tetap saja. Sekali semua pekerjaan tak ada kami melarat menahan lapar. 

Tak ada yang mau memperkerjakan ayah dan ibu. Mereka sudah pernah cari dulu pekerjaan yang layak. Tapi kata semua perusahaan itu menolak. Katanya "kami membutuhkan lulusan S1" lalu mereka pulang sambil tertunduk. Merasa hina sekaligus kembali pusing dengan urusan perut. 

Adikku kembali terlelap. Sengaja kugendong hingga tidur lagi biar dia tidak terlalu menderita sebab lapar. Aku yang sudah biasa bisa menahannya hingga besok. Langit semakin gelap. Ayah belum juga pulang. 

Adzan maghrib sudah berkumandang. Aku lekas mengambil air wudhu dan memakai sarung untuk pergi ke surau dekat rumah. Disana aku sembahyang dan berdo'a. Aku mengadu pada tuhan. Betapa berat hidup yang aku jalani. Betapa menyedihkan dan memalukan hidupku ini. Terus menerus hingga kata betapa berulang beberapa kali. Hingga akhirnya aku puas menceritakan semuanya. Hingga aku tersadar bukankah hidup itu takdir. Bukankah takdir itu tak mungkin tertukar. Bahkan jika mati kelaparan juga bukan sesuatu yang hina. Jika Tuhan berhenti memberiku rejeki dan membiarkanku mati. Bukankah berarti Tuhan ingin aku segera kembali? 

"Memang betul" ucapku dalam hati. Cukuplah seseorang dianggap berdosa jika ia khawatir besok akan makan apa. Itu artinya kita ragu akan Tuhan dan janjinya

HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang