Aku ingat pagi itu. Pagi dimana aku dan nina bermain di sebuah taman. Kami bermain perosotan, bermain pasir dan favorit kami adalah bermain ayunan.
Ayunan adalah tempat kami beristirahat setelah bermain. Disana kami bercerita tentang banyak hal. Terkadang pembicaraan yang konyol dan polos sebagaimana anak TK. Namun kami sangat menikmati waktu waktu itu.
Sekali waktu saat kami sibuk bercerita di ayunan. Kami melihat bunga yang menarik perhatian kami. Bunga itu nampak indah dengan kelopak kecil namun panjang dan berwarna kuning cerah. Tapi kami tidak tahu itu bunga apa. Kami hanya melihatnya. Sambil bertanya dalam hati "bunga apakah ini?"
Keesokan harinya kami bermain seperti biasa. Kami bermain perosotan, bermain pasir hingga akhirnya kembali bermain ayunan. Disana kami membicarakan hal konyol lagi. Kami tertawa dan saling menjahili. Sebelum akhirnya langit mulai gelap. Waktunya kami pulang. Namun nina tak mau pulang. Katanya dia ingin disini sedikit lebih lama.
Saat aku berpamitan dengannya tiba - tiba ia mengatakan hal aneh. "Rudi, selamat tinggal." itu sangat aneh karena dia tak pernah mengatakan itu ketika kami berpisah untuk pulang.
Akupun pulang dengan perasaan aneh. Aku berpikir kenapa nina bersikap seperti itu. Dan senyumannya saat mengatakan itu menyiratkan sesuatu terjadi padanya. Aah, kepalaku tak bisa berhenti berpikir.
Malam itu adalah malam yang sangat tenang. Aku belajar sambil menonton tv bersama ayah ibuku. Lalu tiba - tiba telepon rumah berbunyi. Ibu mengangkatnya. Saat ibu mengangkatnya wajah ibu terlihat terkejut. Juga ibu terlihat sedih. Saat ibu selesai berbicara ia menghampiriku. Dia memelukku erat - erat.
"Rudi, bersabarlah nak. Nina telah pergi untuk selamanya"
"Apa maksud ibu? Nina pindah rumah?"
"Nina meninggal nak."
Saat itu tubuhku mematung. Rasa sesak di dadaku membuatku terdiam. Sebelum akhirnya tubuhku kehilangan tenaga. Aku terjatuh dan mulai menangis. Tangisan yang paling keras yang pernah kulakukan.
Kenapa? Bukankah kami tadi bersama. Bukankah kami tadi masih bermain di taman seperti biasa? Kami bermain perosotan seperti biasa. Kami bermain pasir seperti biasa. Kami bermain ayunan dan membicarakan hal konyol seperti biasa. Aku tak percaya Nina meninggal. Tidak!
Mungkin jika aku tidak meninggalkannya sendiri tadi aku bisa menyelamatkannya. Mungkin jika aku memilih pulang bersamanya mungkin ia masih ada disini.
"Nina. Kenapa kamu pergi? Kita masih belum tahu nama dari bunga yang kita lihat hari itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hitam
Short StoryTentang luka, hilang, remuk, hancur, dan segala kegelapan hati manusia