Serigala

3 2 0
                                    

Di hutan tadi aku bertemu serigala. Ia sedang mengaum sendirian. Orang lain akan lari ketakutan saat melihatnya, tapi aku tidak, ibu. Saat melihat serigala itu aku justru merasa iba. Ia sendirian di hutan belantara. Tidak ada yang mau bermain dengannya. Tidak ada kera yang ingin bercanda dengannya. Juga kelinci kelinci manis itu pergi hanya dengan melihat sepintas tubuhnya disela pepohonan. Burung burung juga tak ada yang mau bernyanyi dengannya. 

    Ibu, kenapa serigala itu harus selalu sendiri? Sedang rasa sepi itu sangatlah menyakitkan. Setiap malam tiba ia tidak punya teman bicara. Hanya rembulan dan gemintang yang tumpah ruah di langit. Padahal mereka bisu. Padahal mereka tak bersuara saat diajak berbicara. Maka kenapa serigala itu memilih sendiri. Padahal jika ia memakan daging bukan berarti ia jahat. Hanya karena ia makan dari bangkai hewan lain bukan berarti ia harus menghukum dirinya sendiri. Jika ada yang harus disalahkan ya salahkan saja Tuhan. Kenapa ia menciptakan serigala dengan taring. Kenapa serigala itu harus sakit perut saat makan Tumbuh tumbuhan. Ia makan untuk hidup, hewan lain juga melakukan dosa yang sama. Hanya saja mereka membunuh pohon yang tak bisa teriak saat di ganyang habis habisan oleh kelinci, oleh gajah, atau oleh jerapah. Jadi apa salah serigala Ibu? 

    aku ingat saat Ibu di suatu malam menceritakan padaku tentang serigala yang jahat. Serigala itu memakan tujuh domba yang sedang ditinggalkan ibunya. Ibu, apakah benar serigala sejahat itu? Bukankah perutnya tidak cukup besar untuk menelan tujuh ekor domba? Ataukah memang Ibu mengarang saja. 

    Jangan mengarang ibu. Kita tidak tahu apa perasaan serigala saat kita menceritakan hal yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Karena karangan itu, anak anak menjadi benci serigala. Karena karangan itu kelinci kelinci bersembunyi saat serigala itu berlalu. karena karangan itu monyet monyet tak mau bermain dengannya. Dan karena karangan itu, sebuah jiwa bebas justru dihukum atas apa yang tidak ia lakukan. Dan siapapun yang mengarang kisah itu tidak tahu betapa tersiksanya seekor serigala atas karangannya. Pengarang itu tidak tahu setiap malam serigala itu merasakan kesepian yang mengerikan.

    Dan saat aku hendak pergi, ibu. Di hutan belantara itu. Serigala itu mengaum. Auman penuh kesedihan yang tak tertahankan.

HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang