Pagi ini senja membangunkan fajar. Seorang lelaki yang ia cintai namun hanya ia sendiri yang tahu perasaannya itu. Sudah lama mereka bersama. bahkan saat mereka memakai popok mereka sudah bermain bersama. namun perasaan senja tentang lelakinya itu hanya ia simpan sendiri. Ia takut jika fajar tau perasaannya dan ternyata lelaki itu tidak memiliki perasaan yang sama, mereka akan memiliki jarak baik hati atau raganya.
Dan di pagi ini, seperti biasanya senja menarik selimut dan membuka jendela fajar. Membuatnya bangun saat semua orang mungkin telah siap berangkat sekolah. meski SMA mereka bisa dibilang dekat. Namun entah berapa kali mereka hampir terlambat karena kebiasaan fajar yang selalu bangun kesiangan.
Sarapan mereka adalah roti panggang dengan selai kacang. Yang mereka nikmati sambil berlarian menuju sekolah. gerbang hampir ditutup saat mereka tiba. Syukurlah penjaga gerbang sudah terbiasa dengan dua anak ini. jadi mereka masih bisa masuk meski bel sekolah sudah melengking memenuhi seluruh bagian sekolah.
Entah kenapa senja merasakan hal aneh di dadanya. Ia tahu bahwa mencintai fajar. Sejak lama malah. Namun hari ini gejolak itu lebih besar dari biasanya. Perasaan yang tumbuh tanpa ia semai itu menjalar dan mengikat lebih kuat. Senja berpikir sore nanti. Ia akan mengungkapkan perasaannya. Ia tak mau ada sesal jika ia terlambat mengungkapkan segalanya.
Waktu pulang tiba. Matahari sudah sangat jauh jatuh daripada tadi siang. Menyisakan semburat kuning keemasan yang sebentar lagi menjelma jingga. Saat itulah senja pergi ke taman belakang sekolah. ia akan menemui fajar dan mengungkapkan perasaannya.
Namun apa yang terjadi membuat hampir seluruh semangat senja hilang. di taman itu, dihadapan matanya. Fajar sedang menghadap seorang perempuan. Perempuan itu mengungkapkan perasaannya. Ia berkata bahwa ia mencintai fajar sejak lama. Ia juga berharap bahwa fajar mau menerimanya sebagai seorang kekasih.
Senja terluka sore itu. Ia lihat lelakinya mengangguk kecil. Hatinya seakan teriris menjadi bagian bagian kecil. Membuat luka menganga dan membuat ia merasakan perih yang tak terperikan. Senja menangis melihat kejadian itu. Perasaan yang mengikat kuat di hatinya membuatnya merasakan sesak yang tak tertahankan.
Di lain sisi. Fajar tidak mengangguk mengiyakan. Ia hanya mengangguk untuk berpikir sejenak tentang kata apa yang harus ia ucapkan untuk menolak perempuan dihadapannya. Kesalahpahaman itu kelak menjadi bencana bagi dua manusia ini.
Sebenarnya Fajar juga mencintai senja. Tak akan mungkin tidak. Senja adalah perempuan yang selalu ada untuknya. Membangunkannya saat giginya masih berlumur mentega. Dengan ajah kusut dan liur berantakan diwajahnya. Namun senja tidak pernah sekalipun peduli tentang itu. Memandang wajah senja setiap pagi adalah kebahagiaan bagi fajar. Maka hari ini juga ia hendak memberitahu senja tentang perasaanya.
Perempuan itu pergi. Saat tau bahwa fajar tidak punya rasa yang sama dengannya. Tinggalah fajar menunggu senja tiba. Namun lama waktu berlalu senja tidak juga datang. Fajar sudah mencari ke kelasnya tidak ada. Ke perpustakaan tempat kesukaan senja tidak ada. Fajar cemas. Lalu memutuskan pulang.
Saat itu. Saat langit berwarna jingga. Fajar menemukan seseorang tergeletak di pinggir jalan. Dikerumuni orang orang dan dilatari sirine ambulan. Entah kenapa ketakutan hinggap di benak fajar. Berharap bahwa apa yang dibayangkannya tidak nyata.
Ia menerobos kerumunan. Dan ia tersungkur. Ia menangis keras. Betapa jahil takdir yang dituliskan untuknya. Betapa perih rasa yang kini ditanggung hatinya. Perempuan yang bersamanya sejak dahulu. Yang ia cintai sepenuh hati. Kini terbaring dihadapannya. Perempuan itu melamun saat menyebrang sambil meratapi rasanya. Dan sebuah mobil keras menabrak tubuhnya.
“senja, jangan pergi senja! Siapa yang akan membangunkanku setiap pagi jika kamu tak ada?” teriak fajar sambil memeluk tubuh senja yang sekarat.
“aku mencintaimu, Fajar. Ingat saja itu.” Suara senja tercekat. Nafasnya habis. Tubuhnya berguncang hebat. Siapapun yang melihat kejadian itu menangis. Melihat seorang gadis malang meregang nyawa dihadapannya.
Tak lama tubuh itu berhenti bernafas. Dingin mulai menyebar ke seluruh tubuhnya. Fajar tak mampu menahan tangis. Ia berteriak hingga tenggorokannya terasa terbakar. Betapa perih yang ia rasakan hari itu. Seperti ada yang jahil sekali mengiris sepotong hatinya. Hari itu, kita semua tahu. Bahwa senja hanya tahu ia dicintai saat ia telah pergi.
Haripun lengkap malam. Bersama senja yang telah hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hitam
Short StoryTentang luka, hilang, remuk, hancur, dan segala kegelapan hati manusia