Ada yang ikut datang bersama hujan. Kerinduan, kesedihan, dan rasa sepi. Setidaknya itulah yang kurasakan. Aku memandang dari sebuah jendela kecil di kamarku. Rintik hujan yang deras. Gemuruh angin yang parau. Dan kilat petir yang indah.
Ada yang ikut datang bersama hujan. Bayangan tentang seseorang yang kuharap ada disini saat ini. Yang kuharap suaranya kudengar saat ini. Yang hangat tubuhnya kurasakan saat ini. Tapi bayangan hanyalah bayangan. Ia tak nyata tapi tetap menyiksa.
Bersama rintik hujan itu. Ada awan hitam. Yang menghalangi matahari. Yang menghilangkan biru yang biasanya menjadi milik langit. Tapi entah kenapa, aku lebih menyukai langit yang seperti ini. Aku merasa semesta bersepakat dengan apa yang kurasakan.
Bersama rintik hujan ini. Air mataku mengalir. Tak kuasa menahan sesak. Entah siapa yang aku rindukan. Yang jelas ia adalah orang yang amat kucintai. Yang wajahnya selalu terbayang saat aku menutup mata saat menjelang terlelap. Biarkan sekali ini saja. Air mata ini terurai. Bukti bahwa aku jujur pada diriku sendiri.
Dan hujan pun reda. Matahari kembali menampakkan wajahnya. Biru langit kembali mengisi tempatnya. Segala yang kuyup mulai merasakan hangat. Angin berhembus perlahan. Memberikan ketenangan. Kicau burung terdengar disana sini.
Namun, ada yang tak ikut reda saat hujan pergi. Sesak itu masih sama,kerinduang itu masih sama, kesedihan itu masih sama, rasa sepi itu masih sama. Membuatku duduk lebih lama menghadap jendela. Padahal kerinduan ini lengkap membuatku sengsara. Namun aku yakin pemiliknya bahkan tak tahu aku sedang memikirkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hitam
Short StoryTentang luka, hilang, remuk, hancur, dan segala kegelapan hati manusia