rasa sepi

3 0 0
                                    

Aku tak punya satupun teman. Bahkan saat ini saat aku duduk di bangku SMA pun aku masih kesepian. Aku selalu malu untuk berbicara dengan manusia lain. Rasanya menakutkan. Bahkan untuk melihat mata lawan bicaraku saja tak mampu.

Aku benci berada di keramaian. Setiap pandangan yang terarah padaku selalu menyeramkan. Aku selalu menerka isi kepala mereka. Pandangan mereka seperti mengatakan. "Dasar manusia aneh." Atau "kenapa sih anak ini masih hidup. Harusnya mati saja"

Semenyeramkan itu manusia bagiku. Namun aku juga kesepian aku merasakan sesak saat selalu sendirian. Aku berharap aku bisa memiliki setidaknya satu teman saja. Tapi nyaliku ciut. Aku tidak kuat. Aku tidak mampu untuk sekedar menanyakan nama dan berkata hal seperti "jadilah temanku" 

Hingga akhirnya aku merasa sangat tersiksa dengan semua ini. Aku ingin mati saja. Aku ingin berhenti saja menjadi manusia. Kadang keinginan untuk melompat dari gedung tinggi atau menggantung diri di kamar indekosku selalu hinggap di benakku.

Suatu hari yang cerah. Aku yang masih saja kesepian pergi ke kantin dengan memeluk beberapa buku. Termasuk buku catatan harianku. Namun tiba tiba seseorang menabrakku. Bukuku berhamburan. Dan seseorang yang menabrakku itu orang yang kukenal. Namanya ardi. 

Ardi membantuku mengambil buku yang berhamburan itu. Lalu ia melihat buku catatan harianku. Dengan wajah jahil ia kemudian berlari. Sial! Batinku berteriak. 

Disana tertulis semua ketakutanku, kesedihanku, rasa maluku. Apa jadinya jika ardi membacanya dan menceritakannya pada orang lain. Aku menggigil ketakutan malam harinya. Aku tak bisa membayangkan betapa memalukan jika itu terjadi. 

Keesokan harinya aku berangkat seperti biasa. Namun sebelum masuk kelas aku dipanggil oleh guru ke kantor kepala sekolah. Mereka bilang ada yang ingin bertemu. 

Di kantor itu ada lelaki dan perempuan yang terlihat seumuran dengan orang tuaku. Aku duduk dihadapan mereka. Mereka lalu memberikanku buku. Buku itu adalah buku catatan harianku!

Mereka lalu berkata.

"terima kasih. Telah menjadi satu satunya teman ardi. Ia berwasiat agar memberikan buku itu padamu."

"Wasiat!?"

Mereka mengangguk. "Ardi bunuh diri kemarin sore"

HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang