lampu merah

2 1 0
                                    

Seorang anak tengah menjual koran di lampu merah biasa aku pulang. Anak itu terlihat kelelahan sehabis dihajar terik matahari. Gulungan koran itu masih menumpuk banyak sekali. Seharusnya pemandangan itu menyayat banyak hati. Namun ternyata tidak.

Suara klakson saring menyalak dikanan kiri. Tak ada yang mau bersabar barang dua tiga menit. Mereka terlalu sibuk mencari uang untuk mengisi perut. Lupa bahwa masih banyak yang kelaparan bahkan setelah habis - habisan berusaha seharian. Orang - orang bernasib malang itu tak punya banyak pilihan. 

Anak itu menjual koran bukan karena dia ingin. Anak itu juga ingin makan. Anak itu juga kelelahan. Tapi ia masih sempat tersenyum menawarkan koran dari kaca mobil satu ke mobil lainnya. Saat ia sampai dihadapanku aku sengaja membeli satu. Meski aku jarang sekali membaca koran. Aku selalu melakukannya. Rasa iba mungkin membuat angka minat baca negeri ini naik barang satu digit. 

Sambil berjalan pulang aku selalu merenungkan anak itu. Lalu mengucap syukur sebab aku bernasib lebih baik. Lebih banyak yang harus kusyukuri. Masih bisa makan dengan menu yang kupilih. Masih bisa merasakan sejuk dengan kipas tua yang kini berderit saat kunyalakan. Sebuah televisi tua dan kamar kosan kecil juga sudah cukup untukku hidup. 

Keesokan harinya saat pulang kerja aku kembali lewat ke lampu merah itu. Aku tidak menjumpai anak itu. Anak yang biasa menjual koran sambil tersenyum. Anak hebat yang terus berusaha dibawah terik matahari. Dimana dia? Batinku penasaran. Jika bisa aku ingin berbicara padanya. Dan menyemangatinya. Betapa ia telah berjuang keras. Dan suatu hari dia pasti menjadi manusia hebat. 

Sore sudah tiba pada ujungnya. Saat aku kembali berlalu di lampu merah itu. Aku melihat seorang anak menjual koran. Tapi bukan anak yang biasanya. Anak ini sedikit lebih tua. Dan dia tidak tersenyum saat menjual koran. Anak itu masih tidak ada.

Saat anak itu menghampiriku aku bertanya. "Anak yang biasa disini kemana dek?"

Anak itu tampak bingung dan terlihat sedih.

"Anak itu mati. Kemarin lusa menjelang maghrib. Ditabrak motor saat berjualan disini" 

HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang