Husni selalu banyak berandai - andai hari ini. Ia mengingat kembali apa yang terjadi di masa lalu. Saat ia dengan percaya diri menentang kehidupan dan mengacungkan jari tengahnya. Sekarang terduduk lesu di bangku usang karena habis dibentur oleh kehidupan.
Ia berpikir tentang banyaknya penyesalan dan kesalahan yang kian menumpuk membuatnya frustasi. Padahal nilainya yang terbaik di kelas dulu. Padahal ia anak yang baik dan dipuji banyak guru. Sekarang ia bingung mau dibawa kemana hidupnya. Caci maki sudah ia telan bulat - bulat setiap hari. Meski sudah terasa sangat menyakitkan di hati. Namun apa daya, yang mereka katakan tentang dirinya yang pecundang memang benar.
Lalu setiap hari ia melihat smartphonenya. berharap e-mail dari perusahaan yang ia lamar memanggilnya untuk waeancara. Namun tidak kunjung datang. Ia ingin kuliah. Sebagai fresh graduate dia sangat ingin itu. Namun tak ada biaya. Beasiswa sudah dicobanya namun ternyata dia tidak pintar - pintar amat.
Belum lagi dia terkena sedikit kecemasan sosial. Yang membuatnya selalu merasa cemas di keramaian dan memukul habis kepercayaan dirinya. Yaah husni seperti diganyang habis - habisan oleh kehidupan. Ia yang awalnya percaya diri. Kini menjadi ayam kecil kedinginan yang setiap hari disuruh itu ini oleh lingkungan namun tak mampu. Ia yang dulu dipercaya sekarang tidak lebih dari pecundang yang diremehkan.
Air mata mulai keluar dari matanya. Ia mulai berpikir tentang cara lain dalam hidup. Cara yang mudah. Yang bisa dilakukan pecundang sepertinya.
Ia menarik nafas panjang yang berat sekali. Sungguh berandai - andai itu tidak baik sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hitam
Short StoryTentang luka, hilang, remuk, hancur, dan segala kegelapan hati manusia