rudi yang malang

2 1 0
                                    

Sungguh malang nasib rudi. Ia dihukum atas apa yang tak pernah jadi perbuatannya. Teriakannya tak didengar. Tangisannya bisu dihadapan manusia lainnya. 

Ia terbaring kedinginan di sel gelap tahanan kota. Ia meratapi nestapa yang setiap hari mengganyang hatinya. Ia ingat kembali hari itu. Hari disaat gerombolan polisi memborgol tangannya.

Hari itu seharusnya hari yang indah. Ia baru saja sarapan. Sambil menggendong kucing ia menghampiri pintu yang diketuk dengan keras. Lalu polisi itu merangsek masuk. Menumbangkannya. Mengikat tangannya. Kucingnya kabur ketakutan. Betapa hari itu mengerikan baginya.

Ia dituduh membunuh sahabatnya. Pembunuhan keji berencana. Namun rudi bingung. Ia bahkan baru tau sahabatnya mati. Ia bahkan menangis saat tahu sahabatnya tak bernyawa lagi. Lantas kenapa ia digiring dipaksa mengakui bahwa ia yang membuat sahabatnya mati?

Namun ia tak mampu membela diri. Kini ia berada di sel yang sama selama delapan tahun terakhir. Sungguh tak ada sesal dalam hatinya. Tak ada kebencian dalam benaknya. Ia tau bahwa hukuman yang ia tanggung bukan dosanya. Tapi ia paham betul bahwa takdirnya sudah dituliskan tuhan sejak awal.

Hari ini persidangan terakhir. Vonis mati telah ditentukan. Rana kemudian bangkit. Setelah tau ia akan divonis mati. Hakim mempersilahkannya berbicara.

Kemudian Rudi melihat sekitar. Mata dengan sorot penuh kebencian menatapnya. Hanya pengacaranya yang menatap iba. Rana tersenyum. Ia terlihat begitu tenang untuk orang yang sudah ditentukan akhir hayatnya. 

Rana menarik nafas dan berbicara.

"Bagi saya, hukuman ini hanyalah cara saya untuk mati. Untuk seseorang yang dipenjara selama delapan tahun terakhir dan merenungkan segalanya sudah bukan masalah lagi jikapun saya mati hari ini. Karena hingga saat ini. Saya percaya pada Tuhan. Kenapa? Karena saya percaya. Bahwa harus ada sesuatu yang mengampuni kesalahan seseorang yang menyesali perbuatannya. Dimana seluruh umat manusia tidak bisa. Saya percaya bahwa harus ada yang membalaskan rasa sakit seseorang yang hidupnya hanyalah ketidakadilan. Karena manusia bisa melakukan kesalahan yang tidak ia kehendaki. Sama seperti saya yang harus dihukum mati atas kematian seseorang yang bahkan tidak kuketahui kejadiannya. Dan dibunuh oleh siapa. Tapi tidak apa. Dalam delapan tahun terakhir bahkan ibu dan ayahku tidak pernah sekalipun menjenguk. Maka bukan masalah aku hidup atau mati. Bagiku hukuman ini adalah kesempatan. Untuk terbebas dari dunia fana dan menusia manusia yang menjijikan. "

Rudi kembali duduk. Pria itu telah pasrah pada Tuhan. Dia percaya. Tuhan hanya menampakan diri pada mereka yang berada di ujung keputusasaan. Selama mereka mau mencari.

HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang