Seorang perempuan kecil sedang duduk di sebuah bangku taman. Sambil memeluk boneka beruangnya yang telah usang. Ia tinggal di sebuah panti asuhan kecil yang terletak di pinggiran kota. Setiap hari ia selalu menghabiskan sisa harinya di sebuah taman. Sambil merenung, bagaimanakah wajah ibu dan ayah?
Setiap hari ia selalu dibangunkan bibi pengasuh yang baik hati. Namanya bibi maryam. Ia selalu membacakan kepada semua anak penghuni panti asuhan setiap malam. Darinya nadin merasakan hangatnya memiliki seorang ibu. Bibi maryam belum terlalu tua. Dia mungkin berusia tiga puluhan. Dia tidak punya anak, maka ia menjadi pengasuh yang penuh kasih sayang pada semua anak panti asuhan. Nadin tidak pernah merasa kesepian. Tapi tetap saja, nadin selalu ingin bertemu orang tuanya.
Saat kecil ia selalu bertanya pada bibi maryam. Apa yang terjadi pada ibu dan ayah? kenapa mereka meninggalkannya sendirian. Kenapa ia harus tinggal di panti asuhan sedang banyak anak lain tidur di pangkuan orang tua mereka?
Namun bibi maryam selalu tersenyum mendengar pertanyaan itu. Bibi bilang, bahwa suatu hari, ketika nadin telah besar. Semua kabar itu akan tiba. Di waktu yang tepat, saat nadin bisa menerima semuanya dengan lapang. Saat nadin cukup dewasa untuk mengikhlaskan semuanya. Maka kabar itu akan tiba.
Namun nadin tidak pernah puas dengan jawaban itu. Dalam hatinya ada kehampaan dan rasa perih akibat pertanyaan dalam hatinya yang tak kunjung terjawab itu. Tapi nadin selalu berkata pada dirinya sendiri agar tidak cengeng. Nadin tidak mau jika sampai merepotkan bibi maryam hanya karena pertanyaan hatinya. Lagipula, semua orang pasti punya pertanyaan yang tak terjawab selama hidupnya. Terutama saat kehilangan.
Waktu terus berlalu. kini nadin telah duduk di bangku kelas satu SD. Semakin besar pertanyaan itu juga semakin sering mengganggu batin nadin. Setiap malam ia selalu kesulitan tidur. Juga membuat nadin sering melamun. Bibi maryam yang melihat hal itu merasa kasihan. Sudah saatnya anak malang itu mengetahui segalanya.
Di suatu malam. Bibi maryam mengajak nadin berjalan jalan. Hingga mereka sampai ke sebuah taman. Merekapun duduk di sebuah ayunan. Saat itulah, bibi maryam menceritakan segala hal yang ingin dikeatahui nadin.
Bibi maryam menceritakan bahwa orang tua nadin meninggal oleh sebuah insiden kecelakaan mobil. Saat itu nadin masih bayi. Namun keberuntungan berpihak pada nadin. Ia selamat dari insiden itu. Saat itu ibu nadin ditemukan dalam keadaan memeluk nadin dengan sangat kuat. Membuat siapapun yang melihat kejadian itu terharu. Betapa seorang ibu akan melakukan apapun demi melindungi anaknya.
Mendengar cerita itu. Hati nadin seperti merasakan perih yang tak tertahankan. Nadin menangis sekuat yang ia bisa. Memeluk bibi maryam dengan erat. Kenapa? Kenapa hanya dia yang selamat saat itu. Kenapa ia harus hidup dan merasakan kesepian yang teramat sangat. Ia merasakan sakit saat melihat anak lain bermain bersama orang tuanya. Ia ingin tidur dipangkuan ibu. Ia ingin bermain bersama ayah. ia ingin menghabiskan waktu bersama orang tuanya seperti anak lain. Jika tidak kenapa tidak ia ikut mati saja saat kejadian itu.
Nadin menghabiskan banyak waktu untuk menerima semuanya. Hingga saat ini. saat senja sedang indah indahnya di ufuk barat. Sambil memeluk boneka beruangnya yang usang. Yang tak terhitung berapa kali boneka itu menemaninya menangis. Di taman yang sama saat ia mendengar kelengkapan sepotong bagian hidupnya yang lain. Nadin selalu berkata pada dirinya sendiri. Bahwa apapun yang terjadi di masa lalu. entah seberapa menyakitkan kenyataan yang harus diterima. Hidup harus berlanjut. Ketiadaan orang tuanya di masa lalu, adalah kekuatan baginya untuk hidup demi masa depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hitam
Short StoryTentang luka, hilang, remuk, hancur, dan segala kegelapan hati manusia