Sufjan Steven dan lagu Mystery of Love
Kau dan spaggeti
Sedang aku dan hal bodoh yang disebut cinta
Aku benci ketika tahu jantungku masih berdebar tak karuan
_____
Kami bernyanyi selayaknya saat kami menampilkan kemampuan di atas panggung live music Mattahan Coffee and Roasty. Namun, aku masih kurang puas dengan hasil nyanyiku, hingga aku meminta Cio untuk mengulang take sampai aku mencapai hasil yang kuinginkan. Setelah puas dengan vidio yang kami buat, Cio memintaku menyanyikan satu lagu.
"Lagu apa Cio?" Aku memetik salah satu senar gitar di pangkuanku.
"Lagu yang lo mau nyanyiin."
"Apa?"
"It's up to you. Maybe, something that describe your feeling today."
Aku menerawang, mengingat-ingat kunci lagu apa yang masih kuingat. "Okey."
Aku memetik dan menggenjreng gitar di pangkuanku, menyesuaikannya dengan lagu yang akan aku bawakan. Kuawali petikan gitar dengan kunci F dan A minor
Hold me close and hold me fast
This magic spell you cast
This is la vie en ro se
Cio tak bisa menahan senyum yang tercetak lebar di wajahnya. Ia membawa kedua lututnya ke depan dada, sebelum memeluk dan menumpukan dagunya di sana.
When you kiss me heaven sighs
And though I close my eyes
I see la vie en rose
La vie en rose. Lagu yang selalu merespresentasikan harapan dan perasaanku pada Cio. Lagu yang terdengar amat manis ini selalu aku putar sebelum tidur dan selalu sukses membuatku menghalu sebuah kisah romansa indah yang kujalani dengan Cio. Aku menarik garis senyum ketika imajinasi itu kembali hadir di ruang kepalaku.
When you press me to your heart
I'm in a world apart
A world where roses bloom
And when you speak, angels sing from above
Everyday words seem to turn into love songs
Give your heart and soul to me
And life will always be
la vie en rose
Cio bertepuk tangan, melemparkan senyum paling lebar yang pernah aku lihat. "That's so sweet."
"That's what i feel now-falling in love." Kubuat senyum semanis mungkin, berharap Cio bisa mengerti lagu itu.
Cio mengangguk, lantas berkata, "Sound so great and wholesome! Thank you lagunya, Ra. I appriciate it."
---wait, whaatt?!?! Just appriciate??Kenapa ngga jawab, "Iya gue juga ngerasa itu juga selama ini." Senyum di wajahku serta merta hilang digantikan oleh ekspresi kecewa dan sebal. Cio beranjak dari duduknya setelah merapihkan kamera yang tadi kami gunakan untuk merekam vidio.
Ia lantas berkata, "Sebentar ya Aira, gue mau balikin kamera dulu ke kamar."
Aku tak menanggapi perkataan Cio barusan. Segera kuambil handphone dari dalam tas dan kucari kontak pribadi Gina di kolom pencarian.
KAMU SEDANG MEMBACA
membulan
Teen Fictionforme d'amour series #1 mem·bu·lan [v] menyerupai bulan; // Ada benang merah antara angkot, jodoh, dan plastik seperempat. Aira tahu akan hal itu, tapi ia tidak pernah tahu, akhir apa yang akan membawanya. // copyright © annisacahyanisurya, 2020