Kau ingat hujan deras yang mengguyur penghujung hari panas itu?
Sangat menggambarkan kisah kita
_____
Libur telah tiba!
Desember sudah memasuki minggu ketiga. Minggu dengan kapasitas hujan yang lebih sering. Hari ini, aku dan Cio berencana untuk pergi ke dua destinasi; Dufan dan kedai gelato. Meski menurut ramalan cuaca hari ini akan menjadi hari yang cerah, tapi kami sedikit khawatir ramalan tersebut salah. Namun, kekhawatiran itu tak terjadi, karena tampaknya langit lebih pengertian pada rencana liburanku dengan Cio.
"Langit ngerestuin gue sama Cio banget, ya," kataku selepas menorehkan lipcream dengan warna yang lebih gelap. Kuratakan warna ombre itu sebelum menambahkan, "Cerah banget kaya hati gue."
"Dih? Ew." Gina mendesis sebal, mengganti posisi membacanya menjadi rebahan sebelum membalik halaman novel fantasi di tangannya. "Ya Allah, tolong hujan yang deres plis, aku nggak sudi."
Mengindahkan ucapan Gina barusan, aku terlarut dalam kesenangan.
"Tapi sumpah deh Gin." Aku memandangi pantulan diriku dalam cermin, dari sana, aku melihat Gina yang menoleh. "Gue rasa kali ini bakal jadi."
"Hmm."
"Gue serius."
Gina memutar bola matanya. "Yah, gue mah berdoa yang terbaik aja buat lo."
Aku beranjak dari tempat duduk, merapihkan lipatan rok yang mulai lecak sebab duduk terlalu lama. Kusemprotkan parfum ke seluruh tubuh. "Gue cocok nggak, Dek?"
Gina menoleh, meneliti diriku dari ujung kaki hingga kepala. "Ya, lumayan."
Tidak puas akan jawaban yang ia berikan. Aku menghampiri Gina, memukul kecil lengan kurusnya. "Yang bener!"
"Aw! Sakit kak!" Ia mengelus-elus lengannya sambil melotot padaku. "Beneran. Lo mau ngapain sih emang cosplay begitu?"
"Tapi nggak keliatan aneh kan?"
"Aneh lah. Kaya orang freak."
Aku diam menatap Gina, melayangkan tatapan sebal dan tak percaya. Sedang beberapa detik kemudian, Gina cengengesan. "Maaf, cuma bercanda," katanya.
Aku menggeleng-geleng, mengecek handphone kembali, menunggu balasan pesan terakhirku dengan Cio. "Gue jadi Mei terus Cio jadi Totoro. It's cute, isn't?"
"Cocok sih." Gina tertawa. "Kan Totoro sama Mei cuma bbf. Hahaha cuma bbf."
Bantal kulayangkan. "Diem."
Tawa Gina malah semakin kencang. Di tengah cemoohan itu, Cio berkata bahwa ia telah sampai di depan rumahku, maka aku segera mengabil langkah cepat untuk menemuinya. Berbeda dengan dahulu, kini Gina tidak mau repot-repot ikut mengantarku hingga masuk ke dalam mobil Cio---mengangkat bokongnya untuk mengambil makan saja amat sulit. Gina berpesan bahwa ia akan menghajar Cio bila ia macam-macam atau aku pulang dalam keadaan menangis.
Aku segera melenggang ke depan rumah setelah berpamitan dengan mama---hari ini mama tidak keluar.
Cio membuka kaca mobilnya. "Hai," sapanya. "---Omg, you're so cute."
Tentu saja Cio tidak mengenakan kostum berwujud Totoro, ia mengenakan kaos oversize berwarna abu-abu dan celana bahan dengan warna senada. "You too," balasku sebelum masuk ke dalam mobil Cio.
"Welcome to Nekobus, today we're going to two destinations. So, make sure you wear your seatbelt properly." Aku mengenakan sabuk pengamanku, sambil memperhatikan Cio yang masih melanjutkan aksinya. Lelaki itu menoleh padaku sebentar, mengencangkan pegangannya pada setir mobil, "First stop: Dunia Fantasi."
KAMU SEDANG MEMBACA
membulan
Teen Fictionforme d'amour series #1 mem·bu·lan [v] menyerupai bulan; // Ada benang merah antara angkot, jodoh, dan plastik seperempat. Aira tahu akan hal itu, tapi ia tidak pernah tahu, akhir apa yang akan membawanya. // copyright © annisacahyanisurya, 2020