Entah kapan aku mendeklarasikan kamu sebagai jodohku
Naif sekali
____
Setelah meluruskan kesalahpahaman dengan Pak Dani, kami pergi ke mall dekat sekolah. Gio masih kelihatan sedih, tapi kita sebagai kawannya yang baik menghiburnya dengan senang hati—walaupun lebih kelihatan seperti ingin memporoti uangnya. Tapi kita beneran baik, kok. Contoh nyatanya seperti sekarang: kami duduk berempat menemani, serta menonton Gio yang tengah menyanyi lagu Sorai dari Nadin Amizah.
"Kau memang manusia sedikit kata, bolehkah aku yang berbicara."
Radit melambai-lambaikan tangannya mengikuti irama lagu yang mellow, Alam asik makan spageti yang di pesannya, sedangkan Jevin menyedot Coca-Cola-nya sambil melihat Alam makan. "Lam, itukan dagingnya daging babi, Lam."
Alam susah payah menelan spageti yang belum sempat ia kunyah. "Ngadi-ngadi, kan lu? Mau mah bilang, Jev!"
Jevin menaruh minumannya, mencondongkan tubuh, lantas mengambil garpu dari tangan Alam. "Lo makan ngga bagi-bagi sih," kata Jevin sebelun memasukan spageti ke mulut.
"Ngga usah ditawarin juga biasanya langsung ngambil," balas Alam.
"Kau dan aku saling membantu, membasuh hati yang pernah pilu. Mungkin akhirnya tak jadi satu, namun bersorai pernah bertemu." Gio menyanyi penggalan lirik itu dengan syahdu, ia bahkan sampai berjongkok untuk menangis. Gio is the real sadboy.
"Ih, gila, si Gio suaranya fals banget, anjing." Alam memang suka ngga tau diri gitu orangnya, padahal makan dibayarin Gio, tapi masih aja ngatain. Belum aja keselek spagetinya.
Radit menoyor kepala Alam, "Coba nyanyi, gece."
"Oke." Alam berdiri, hendak mengambil mic.
"Dih, kan abis ini gue!" Aku langsung mengambil mic dan maju. Sebelum menyanyi kusempatkan untuk menghampiri Gio. Aku mengajakan Gio untuk berdiri sambil meraih tangannya. "Lagu ini buat lo Gio," kataku dengan mic.
He's my sunshine in the rain
My Tylenol when I'm in pain yeah
Let me tell you what he means to me
Like a tall glass of lemonade
When it's burning hot on summer days
He's exactly what I need
Senyum manis Gio kembali terpantri di wajahnya. Aku mengoyang-goyangkan tanganku dan Gio kedepan-belakang, lantas melanjutkan nyanyian.
He's soothing like the ocean rushing on the sand
He takes care of me baby
He helps me be a better girl
He's so beautifull, sometimes I stop to close my eyes
He's exactly what I need
"Ow ... Thank you, Ra." Gio hendak menarikku ke dalam sebuah pelukan, tapi sebelum itu terjadi ketiga temanku langsung berdiri heboh di antara aku dan Gio. Radit dengan segala keanarkisannya mendorong Gio kencang, Jevin berdiri di dekatku sambil membawa gelas kosong, sedangkan Alam sebagai penengah yang paling soleh berdiri di tengah sambil bilang, "Astagfirullah. Sesungguhnya laki-laki dan perempuan tidak boleh berpelukan."
"Mentang-mentang baru putus, meluk anak orang sembarangan!" Radit melotot ke arah Gio.
"Gue cuma mau berterimakasih," cicit Gio.
KAMU SEDANG MEMBACA
membulan
Teen Fictionforme d'amour series #1 mem·bu·lan [v] menyerupai bulan; // Ada benang merah antara angkot, jodoh, dan plastik seperempat. Aira tahu akan hal itu, tapi ia tidak pernah tahu, akhir apa yang akan membawanya. // copyright © annisacahyanisurya, 2020