Itu pernyataan cinta termanis yang pernah aku dapat
Sampai disana, masih sungguh-sungguh manis
_____
Bulan Januari? Wah, bulan ini banyak kejadian yang mencengangkan.
Dimulai dengan, hari pertama semester baru. Semenjak kepulangan Alam dari gunung, ia makin bertambah aneh setiap harinya—Alam terkadang berbicara dengan bahasa baku, memanggil kami dengan saudara/saudariku, memakai peci setiap hari Jum'at, bahkan menolak untuk bolos ke kantin untuk sholat ke masjid. Namun, yang paling membuat kami merinding adalah fakta bahwa remaja lelaki itu kini lebih tenang dan tidak rakus. Melihat hal tersebut, Radit amat khawatir dengan kawannya sehingga ia jadi sering mengajak Alam untuk menginap.
Kemudian, informasi ini yang membuat kami berlima excited.
Jevin dan Kenzie tampaknya jadi lebih dekat!
Sehari sebelum ulang tahun Jevin yang jatuh pada tanggal 11 Januari, Kenzie menghampiri kami yang tengah bermain A-B-C lima dasar di kantin.
"Jevin," Kami sungguh terkejut ketika Kenzie memanggil Jevin sekoyong-koyong. Ia lantas merogoh tasnya, kemudian mengeluarkan sebuah buku sebelum menyodorkannya kepada Jevin. "Makasih Vin bukunya. That was really good."
Jevin menerima. Tersenyum tipis, tetapi ekspresinya ia kontrol setenang dan sedatar mungkin. "Kalau mau pinjam buku lainnya bilang aja ya Ken---buku yang kemarin lo tanya ke gue?"
"Oh kemarin gue baru beli buku itu," jawab Kenzie. "Oke. Nanti gue bakal tanya lo deh kalau mau pinjem buku lagi."
Pandangan Kenzie jatuh pada kami berempat yang tengah terpukau dengan kejadian tersebut. Ia menatapku sejenak, yang kemudian kubalas dengan sapaan ramah. Namun, Kenzie diam, tampak menimbang sesuatu sebelum kembali merogoh tasnya.
"By the way, Aira bilang besok lo ulang tahun. Sebagai ucapan terima kasih ...." Kenzie memberikan sekaleng Coca-Cola dan dua buah susu pisang. "Happy birthday, Jev—actually i don't have any idea what is you like, so i just bought your favorite drink, i guess."
Detik berikutnya, ekspresi datar Jevin runtuh, digantikan dengan sebuah senyum lebar. Jevin terlihat amat antusias. "Kenapa repot-repot? Makasih banyak ya, Ken."
Kenzie balas tersenyum. "Yap, you're wellcome---Tapi, gue harus cabut duluan, nih. Gue duluan ya, bye Aira, bye semua!"
Selepas kepergian Kenzie, atensi Jevin sepenuhnya tercurah pada hadiah di meja. Senyum terus merekah hingga kami berempat berteriak menggodanya.
"Besok harus pesta sih! Babeh lo harus banget tau, Vin!" Gio kelihatan amat bersemangat.
"Hilal udah kelihatan nih!" Radit mencolek-colek bahu Jevin.
"Sttt, bacot, nanti orang-orang denger!" Jevin melotot, kemudian ia kembali tersenyum ketika memasukan hadiah Kenzie ke dalam tas.
Ajaib sekali kalau Jevin sudah ketemu Kenzie.
Dan yah, tampaknya semesta menjadi salah satu penumpang kapal kedua sejoli itu, sebab Jevin dan Kenzie kini telibat dalam satu lomba yang sama.
Hubungan aku dan Cio tidak berbeda jauh dengan Jevin, seperti mereka yang memiliki progres aku juga merasa bahwa ada kemajuan dalam hubungan-masih-bertemanku dengan Cio. Meski begitu, kami jadi lebih intens dalam texting, Cio suka menceritakan kejadian kecil di sekolahnya (ia selalu menyematkan foto dirinya). Aku sampai hapal dengan jadwal sekolah, piket, dan eskulnya; ia akan menjemputkan setiap hari Rabu setelah selesai piket, akan mengeluhkan warna pakaian olahraganya di hari Jum'at, dan akan mengajakku main setelah selesai eksul English Club hari sabtu.
![](https://img.wattpad.com/cover/227657981-288-k624878.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
membulan
Teen Fictionforme d'amour series #1 mem·bu·lan [v] menyerupai bulan; // Ada benang merah antara angkot, jodoh, dan plastik seperempat. Aira tahu akan hal itu, tapi ia tidak pernah tahu, akhir apa yang akan membawanya. // copyright © annisacahyanisurya, 2020