= orang tolol adalah orang yg udh di ghosting malah masih ngarep =

30 2 0
                                    

Kau datang

Ketika

Aku sudah mulai ikhlas dan melupakan

_____

Dua minggu Cio tidak membalas pesan terakhirku. Selama itupula aku banyak menghabiskan waktu dengan teman-teman atau kembali mencover lagu-lagu yang menduduki top 20 chart playlist kesayanganku dan kembali mencoba menamatkan novel-novel hasil pemberian Gio---walaupun gagal, sebab satu minggu ke belakang kami melalui Ujian Tengah Semester di sekolah. Yah, walaupun ujian terdengar sangat menyebalkan dan menakutkan, tapi karenanya aku bisa mengeyahkan sosok Cio dari kepala. Setelah menyelesaikan mata pelajaran terakhir yang diujikan, Gio mengajak kami untuk merayakan keberhasilan melewati ujian (neraka) yang telah dilalui.

"Udah, Ra. Ngga usah dipikirin, yang pentingkan lu udah ngasih yang terbaik," Alam berujar ketika aku mengeluhkan kekhawatiranku pada hasil ulangan tadi. "Inget motto kita dalam mengerjakan ulangan!"

"Kerjakan, kumpulkan, lalu lupakan!" Radit dan Alam berseru berbarengan.

"Lagian, nilai tidak menentukan masa depan kan?" Gio menambahkan. "Ya kan Kenzie?" Remaja lelaki itu menoleh ke arah Kenzie yang berada di sisi paling kiri setelah melirik kawan terdekatnya, Jevin tepat di sampingnya---kami berenam berjalan bersisian dengan Jevin yang berada di sisi paling kanan, diikuti Gio, Radit, Alam, Aku, dan Kenzie.

Omong-omong, ya, hari ini Kenzie kami ajak untuk menonton bersama, karena kebetulan tempat bimbelnya tengah memberikan jatah libur dan ia sendiri berniat nonton film Joker. Kabar Jevin? Tampaknya masih bernafas dengan baik, meski barangkali jantungnya sudah bertalu-talu tak beraturan. Ia hanya dua kali lebih diam dari biasanya.

"Ngga." Kenzie mengeluarkan permen Alpenliebe lolipop dari mulutnya, kemudian melanjutkan, "Buat yang mau ikut SNMPTN, nilai tentu aja berguna. Buat yang mau apply scholarship luar negeri juga beberapa ngebutuhin nilai-nilai---kalo buat gue pribadi, nilai tinggi gue gunain buat morotin uang Wowo dan ngebungkam mulut tante gue yang bacot karena katanya anak laki-lakinya lebih pinter."

"Wah, beda ternyata," Gio bergumam. Kemudian tak lama sebuah pukulan telak di atas kepalanya.

"Wowo? Siapa itu?" Alam bertanya setelah kulihat ia menimbang-nimbang terlebih dahulu---beberapa anak kelas, mulai dari laki-laki dan perempuan menyegani sosok Kenzie. Selain dirinya yang masuk ke dalam tiga besar orang terpintar di kelas, juga wakil ketua, Kenzie punya deretan prestasi-prestasi yang bisa membuat siswa lain insecure. Kenzie pernah menyabet Juara 2 Karate Putri tingkat Provinsi, ia langganan juara debat bahasa inggris dari kelas satu, olimpiade kimia tingkat kota lalu melanjutkan ke tingkat provinsi, dan deretan pencapaian lain. Yes, Kenzie adalah girl crush semua orang. Aira hanya remah rengginang kalau bersanding dengan dia.

"Abang gue," jawab Kenzie kemudian.

"Namanya Bowo ya, Ken, jadi Wowo?" Kini giliran Radit yang bertanya sok asik.

"Bukan. Mukanya kaya gondorewo."

Tawa kecil lepas dari mulut Jevin, kami semua menoleh padanya. Yang barusan tertawa lantas berdehem. "Sorry, ngga maksud. Gue lagi liat meme," kilah Jevin datar.

Senyum geli yang tercetak di wajah Alam menjadi alarm bahwa ia akan segera mengoda Jevin.

"Yaelah, coba mau liat meme-nya dong, Vin." Alam berjalan mendekati Jevin, Radit dan Gio pun ikut melongok ponsel, alhasil menghentikan perjalanan mereka berempat. Senyum tercetak di bibirku ketika Jevin mulai menjadi sasaran empuk untuk dijahili.

membulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang