Seharusnya aku menyadari kebodohanku sedari awal
Agar kita, tak saling menyakiti pada akhirnya
_____
Sepulang dari rumah Gio, aku lantas berlari heboh ke kamar adikku. "Dek!" Gina yang tengah maskeran melemparkan pelototan padaku ketika aku membuka pintunya kelewat kencang. Aku berdehem, merapihkan bajuku yang sedikit berantakan sebab lari-lari tadi. Berjalan menghampiri Gina yang sedang menggulir layar ponselnya, aku lantas duduk di dekatnya. "Dek?"
"Hm?"
Aku melemparkan senyum selayaknya orang tolol. "Ajarin gue make up, dek."
Sebagai adik yang kurang ajar, Gina langsung bangkit dari posisi rebahannya, ia memandang ke arahku tak percaya. Detik selanjutnya, tawa Gina lepas berbarengan dengan maskernya yang retak. "Ah, anjirlah lu, Kak."
"Cuci muka dulu sana!" perintahku yang segera ia laksanakan. Selagi Gina mencuci mukanya, aku membaca ulang direct message dari Cio.
25 Sep 3.18 PM
iya?
luang ga?
mau nonton bareng?
boleh?
harusnya gue yang tanya
boleh kalau nonton bareng lo?
iyaaaa boleeehhh
kita ambil yang hari pertama bisa, Ra?
hari jumat ya?
iyaa bisaa kok cioo hehe
okeey
Aku tak bisa menahan senyumanku ketika membaca ulang pesan itu. Bahkan tadi ketika di rumah Gio aku sampai tidak konsen menonton serial Kingdom saking terlarut dalam suasana haru. Jevin beberapa kali mendesis ketika aku tersenyum-senyum tidak jelas, tapi aku tak menanggapinya.
Suara pintu yang di tutup membuatku terlonjak kaget. Gina menyilangkan tangannya di depan dada, sambil melihatku dengan penuh perhatian. "Lu lagi kesemsem sama cowo, ya?" Ah, Gina dan aku hanya terpaut satu tahun. Ia sekarang sedang duduk di bangku kelas 10, berbeda denganku yang mengambil SMA, Gina lebih memilih mengikuti kesukaannya pada make up---ia bersekolah di SMK jurusan kecantikan. Meski Gina suka blakblakan dan terkesan kurang ajar, Gina selalu jadi orang pertama yang peka kalo aku lagi suka cowok atau patah hati.
"Coba ceritain." Gina duduk di sampingku.
"Janji lo bakal ngajarin gue make up."
Gina hanya ber-hm panjang.
Aku berdehem seraya mengingat ulang dan mencoba merangkai kata agar ceritaku menarik Gina. "Gue ketemu dia di angkot---"
"---Hah?!" Desisan tak bisa kutahan ketika Gina berteriak tepat samping di telingaku. Aku lantas mendelik ke arahnya, anak kurang ajar itu tampak terperangah. "Kak, gue tau lu putus asa abis kena ghosting Dimas, tapi nggak gitu juga kali."
"Gue belum sele---"
"---sori, tapi menurut gue masih ada yang lebih baik dari supir angkot."
"Nggak, bukan supir angkot!" Tanganku sudah terangkat membekap mulutnya. "Dengerin gue dulu!"
"Oke." Gina menepis tanganku, lantas memasukan keripik singkong--yang entah sejak kapan berada di tangannya--ke dalam mulut. "Jangan bertele-tele," pintanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
membulan
Teen Fictionforme d'amour series #1 mem·bu·lan [v] menyerupai bulan; // Ada benang merah antara angkot, jodoh, dan plastik seperempat. Aira tahu akan hal itu, tapi ia tidak pernah tahu, akhir apa yang akan membawanya. // copyright © annisacahyanisurya, 2020