= apa semesta ngga sesetuju itu ya? sampai tiap main ada aja yang ganggu =

15 0 0
                                    

Dengan melihat gelagat anehmu

Seharusnya aku tahu itu dia

_____

Alex Andrian Silaban
@alexxan

Halo Ra, selamat malam

Ini gue Alex

wahhh, halooo alex👋

kenapaa nihh??


Ra, malem minggu ini lo senggang ngga?

kalo manggung bareng kita mau ngga, Ra?

Maaf ya Ra kalo ganggu

malem minggu ya? gue ngga
kemana-mana sihh, lex.

boleehhhh, ayooo

nggaa kok, ngga ganggu sama sekali ;D


Beneran Ra gak papa?

Tadinya, kita mau ngajakin lo buat nonton ajaa, pengen kasih lihat band kita kalo kumpul semua, tapi satu orang sibuk banget

iyaaa ngga apa-apaa kok, oohh gtuu ya


Eh tapi, gue ngga maksud manfaatin lo ya Ra.

Aduhh, maaf bangett yaa, tapi kita ngajakin lo manggung karena seru nyanyi bareng lo

wkwkwkw nggaa, gue ngga mikir apa-apaa

okeeyy, malam minggu yaa


Iyaa, nanti dijemput Cio ya

Bola mata Gina sukses berputar. Ia tengah rebahan di kasurku sambil membaca dan melihat-lihat profil Instagram Alex. "Penjilat," katanya kemudian. Aku yang sedang mengoleskan masker organik ke wajah sampai menoleh. "Mencurigakan banget anjir. Nih gue tau ya, kayanya, dia tipe cowo yang ngomongnya sok manis. Padahal emang dia beneran bermaksud manfaatin lo kali, Ka. Dia sok-sokan sopan santun, aslinya mah paling,"---Gina memperagakan aksi muntah---"hati-hati, Ka, sama modelan begini."

"Lo mah, suuzon terus." Aku menatapnya sebal. "Ngga boleh, Dek."

"Habisnya, gue mencoba percaya sama Cio, tapi apa yang gue dapet? Kekecewaan."

"Kan gue udah bilang, kalo gue mau ngambil barang di rumah Jevin."

Gina kembali sibuk dengan ponselku dan kembali melihat profil dari beberapa orang yang masuk ke dalam following Cio. Sedangkan aku kembali sibuk mengoleskan masker ke seluruh wajah. Yah, to be honest, aku sedikit masih sebal pada Cio sebab fakta bahwa ia mengajakku ke kedai gelato yang direkomendasikan Kenzie. Walau aku juga tidak menyesal-menyesal amat, karena galato dan tempat disana cukup worth it untuk diketahui. Tapi, tetap saja, perasaan kesal itu masih ada. Apa Cio kehabisan ide? Memangnya dia tidak punya referensi lain apa ingin mengajakku kemana? Aku tahu, ini pikiran yang kekanakan, tapi biarlah. Toh, aku juga pada akhirnya menerima tawaran Alex. Mana bisa aku melewatkan kesempatan untuk main sama Cio.

"Ini si Jeno siapa, Ka?"

"Hah? Kenapa emang?"

Gina masih menuangkan atensinya pada ponselku. Ia lantas mengangkat bahunya. "Ngga papa, mukanya nyolot gitu pengen gue ajak ribut."

membulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang