Terkadang aku lupa
Bahwa mereka akan selalu hadir dalam waktu-waktu sulit
_____
"Happy birthday to you, happy birthday to you! Happy birthday, happy birthday, happy birthday to you!"
"Make a wish Gio," ingat Radit ketika Gio hendak meniup lilin di atas cheesecake tersebut. Sosok yang sedang berulang tahun itu menutup matanya, membayangkan hal-hal yang ia harapkan sebelum kemudian meniup mati api lilin tersebut.
Kami bertepuk tangan dan bersorak.
"Potong kuenya, potong kuenya, potong kuenya---" Alam yang bernyanyi heboh sendiri diinterupsi oleh Jevin yang tiba-tiba saja memasukan buah stroberi ke dalam mulutnya.
"Yang ngga bawa kado ngga boleh makan lah," kata Jevin.
Alam mengeluarkan stroberi utuh itu. "Bangsat nih Jevin, masukinnya orang mah kuenya kek."
"Lo nggak bawa kado?" Aku bertanya pada Alam.
Saking terkejutnya, Radit sampai tak jadi menyantap buah kesukaannya, ia menoleh ke sabahat sefrekuensinya itu. "Demi apa lo nggak bawa, Lam?"
"Gue lupa."
Radit mengembalikan semangka ke tempatnya sebelum merencanakan hal tak baik. "Parah banget lo. Kan kita udah ngomongin dari lama, kalau pun lo se-nggak punya itu kan bisa ngomong---minjem dulu kek. Yang penting ada effort-nya njir, bukan cuma dateng makan."---Keahlian Radit sejati, mengompori.
"Sorry ya, Lam. Sorry. Menurut gue lo keterlaluan sih." Radit kembali mengambil semangka dari piring, sambil menggeleng-geleng dramatis ia melanjutkan ucapannya. "Padahal si Gio baik njir. Temen sih temen, tapi ya harusnya nggak gitu."
Aku menahan tawa ketika Alam menjadi diam, ia bahkan mencebikan bibirnya dan memainkan tangkai anggur.
Tak sampai di situ saja, Radit masih melanjutkan aksinya dengan mengangkat bahu dan berkata, "Well, itu menurut gue ya. Nggak tau kalo yang lain, tapi gue rasa mereka juga setuju sih kalo lo emang keterlaluan."
"Gapapa kok, santai Alam. Lo dateng dan makan aja gue seneng." Sambil menahan gelak, Gio menengahi dan menghibur Alam kembali. "Ayo potong kuenya," suruhnya.
Namun, Alam malah berdiri dari tempat duduknya, ia beranjak ke arah Radit. Si tukang kompor mendongak kebingungan. Ia tengah menyantap potongan semangkanya yang kedua ketika tanpa peringatan Alam melingkarkan lengan ke lehernya dan menekan kepalanya. "Haha, lo pikir gue nggak tahu lo lagi mojokin gue? Anak bangsat, jangan sok lo, biasanya juga akhlak lo nggak ada."
Radit memberontak dengan memukul lengan Alam, sedang sang pelaku malah mengencangkan lengannya.
"Babi sakit!" Radit berteriak.
Jevin dan Gio sampai harus menarik pisah kedua anak itu untuk melerai pertikaian. Radit hampir menerjang Alam dan beradu jotos kalau saja Jevin tidak menahannya lebih jauh.
"Sini ribut anjing!" Sisi anarkis meluap-luap.
Bukan Alam namanya jika tidak memperkeruh suasana, ia membalas Radit dengan menjulurkan lidah dan berlalu ke tempat duduknya kembali seraya berkata, "Yuk Gio potong kue!"
"Potong kuenya, potong kuenya---Ayo aira nyanyi---potong kuenya sekarang juga, sekarang juga, sekarang juga!"
Tak tahan dengan kelakuan Alam dan Radit, Jevin memilih opsi lebih-baik-tak-terlibat dan melepaskan sang anak anarkis untuk menerkam mangsangnya. Dan lengkap lah sudah pesta ulang tahun Gio.
KAMU SEDANG MEMBACA
membulan
Teen Fictionforme d'amour series #1 mem·bu·lan [v] menyerupai bulan; // Ada benang merah antara angkot, jodoh, dan plastik seperempat. Aira tahu akan hal itu, tapi ia tidak pernah tahu, akhir apa yang akan membawanya. // copyright © annisacahyanisurya, 2020