Masih On Going ya,wkwk
Nnti ngilang lagi,mau pemberkasan MABA________
Mina merapikan alat tulisnya. Ia baru saja selesai menjadi pemateri dikelas jurusan Sastra Jerman bagi adik tingkatnya. Ia sangat pandai berbahasa Jerman dan juga bahasa Inggris.
"Kak Mina, boleh aku meminta ID Line kakak?" Tanya salah satu adik tingkatnya.
"Boleh," ucap Mina dengan ramah lalu mengetikkan ID nya.
Adik kelasnya itu langsung pamit dan meninggalkan Mina disana.
Diambang pintu aula ada Hanbin yang tengah berdiri sembari memegang dua kaleng Cola.
"Butuh penyegar,Nona?" Mina terkekeh lalu menghampiri Hanbin.
"Aku tidak buruh cola itu," Hanbin mendelik bingung.
"Lantas?"
Mina mengedipkan sebelah matanya, "Its you,Babe"
Hanbin terkekeh lalu keduanya malah asyik berbahasa Jerman.
"Katakan,kita akan kemana?" Tanya Hanbin.
"Kemanapun,aku tidak ingin langsung kerumah. Ah,kita bisa ketoko furniture orang tuamu." Jawab Mina.
"Tentu,ayo kita pergi."
Keduanya nampak senang,tak sadar. Seseorang menyaksikan keduanya berbahagia.
"Aku tidak seegois Winter,jadi aku akan melupakannya."
.
.
.Disore hari,Felix mendatangi sebuah danau. Dimana tempat itu saksi bisu pernyataan cinta Hyunjin kepada Rose.
"Aish,mengapa ia menyarankan ku untuk kesini? Bodohnya aku menuruti begitu saja." Rutuk Felix.
Tak lama terdengar suara langkah kaki dibelakangnya.
"Nayeon!" Felix melambaikan tangannya kepada gadis berdres Tosca itu.
"Hay,sudah lama?" Tanya Nayeon.
"Tidak juga,aku baru sampai beberapa saat yang lalu." Jawab Felix,Nayeon hanya mengangguk paham.
"Wahh,tempat yang bagus. Cocok untuk melihat sunset,aku sangat menyukai sunset." Ucap Nayeon yang langsung mengabadikan pemandangan itu,tak lupa berselfie ria.
Felix terkekeh melihat Nayeon yang nampak senang.
"Kini aku tahu mengapa Hyunjin menyuruhku kemari,baiklah. Aku akan menjadikannya panutan." Gumam Felix.
"Felix! Ayo kita berfoto!" Nayeon langsung menarik tangan Felix yang hanya diam saja. Seperti kena tremor.
Ponsel Nayeon dipegang oleh Felix,lalu keduanya berfoto.
"Suara apa ya ini? Terdengar seperti surat detak jantung yang amat kencang." Felix tak berpikir panjang,ia langsung mengalihkan perhatian Nayeon. Bisa gawat jika jantungnya yang ketahuan berdetak kencang.
"Sial! Itu karena dirimu bodoh!" Umpat Felix hampir seperti bisikan.
"Hah? Kamu kenapa? Kok gugup?" Tanya Nayeon.
"Ti-tidak,mari duduk."
Tak jauh dari tepi danau,sudah ada sebuah tikar yang tergelar. Dengan banyak cemilan, pertemuan itu menjadi momen piknik berdua.
"Wah,aku tidak menyangka kamu menyiapkan semua ini."
Felix menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"I-iya,silahkan." Felix menuangkan soda kedalam gelas,lalu memberikannya pada Nayeon.
"Terima kasih," ucap Nayeon disertai senyumnya.
Bagi Felix,itu senyum termanis Nayeon yang pernah ia lihat.
Byurrr
Felix yang sedang minum pun langsung menyemburkan minumannya. Ia menjadi salah tingkah dan gugup karena Nayeon.
Naasnya,mengenai sepatu Nayeon.
"Ah,basah." Lirih Nayeon.
"Tidak apa-apa,aku bisa berjalan tanpa alas kaki." Ucapnya lagi,
"Maaf,aku tidak sengaja."
"Tidak apa-apa,WAH! SUNSET!" Nayeon langsung menuju tepi sungai untuk melihat sunset.
"Kamu suka sekali sunset? Mengapa?"
"Saat ibuku diluar negeri, saudara-saudaraku tak peduli,sedangkan ayah selalu pulang saat aku mulai terlelap,aku selalu menyempatkan diri untuk melihat sunset dibelakang rumahku. Rasanya,aku seperti tidak punya beban dan sangat menenangkan."
Mereka sibuk memandangi sunset,hingga perlahan menjadi gelap dan saatnya mereka pulang.
"Mari,aku gendong kamu." Felix telah berjongkok didepan Nayeon.
"Tidak usah,aku bisa berjalan sendiri Felix." Tolak Nayeon.
"Ayolah,jika kamu tidak mau,aku akan semakin merasa bersalah."
"Eum,baiklah. Maaf jika aku berat." Nayeon melingkarkan tangannya dileher Felix. Dan kini keduanya menuju mobil yang terparkir agak jauh karena jalan menuju danau sangat sempit.
.
."Kamu senang bertemu denganku? Terkejut karena aku bebas lebih cepat?"
"Senang? Kurasa akan ada musibah menimpaku,terkejut? Sudah aku duga kamu memakai koneksimu."
"Aih, bicara yang sopan sedikit pada pamanmu," bisik Artha pada Hyunjin yang sedang menyeruput teh nya.
Hyunjin berbalik berbisik, "Aku tidak pernah menganggapmu begitu."
Artha tertawa renyah, "Kamu kemari menuduhku da---"
"Bukan menuduhmu,tapi kenyataannya begitu."
Tak sekalipun Hyunjin menatap sepasang mata Artha.
"Kamu akan segera bangkrut,ibuku akan menarik sahamnya dari perusahaanmu."
"Wah,kalian bekerja sama,ya?"
"Selain hubungan anak dan ibu,kami juga punya hubungan partner bisnis."
"Aku tidak menanyakan hal bodoh itu,aku tidak peduli."
"Benar-benar tidak beretika,kamu baru saja masuk semester dua,oh iya. Kamu tidak kuliah,dasar CEO tidak berpendidikan."
"Aku beretika hanya pada orang yang memang layak,kamu? Tidak layak dan bahkan,tidak perlu diberi etika"
Artha mengepalkan tangannya, lalu menggebrak meja dengan kuat, menjadikan mereka pusat perhatian.
"Aku baru tahu,ada seorang yang sudah kolot tapi masih bertingkah kekanakan." Bisik Hyunjin lalu ia pergi meninggalkan Artha disana.
"Bocah sialan!" Umpat Artha.
Hyunjin menuju mobilnya yang terparkir didepan Cafe. Ia langsung menuju suatu tempat.
Bandara Soetta
"Aku akan Ke China selama 2 hari,urus sementara perusahaan." Hyunjin menutup telepon Sekretaris Chan.
"Kak,aku akan berada di China selama 2 hari. Jangan melirik pria lain,ingat itu."
Tut
"Aish sialan, mengganggu saja. Hanya bilang tidak berpaedah begitu."
Rose melanjutkan tugasnya yang terjeda setelah menghabiskan waktu 8 detik yang sia-sia.
Tidak ada keselamatan bagi mereka yang tidak mau menyelamatkan diri mereka sendiri
_ Lee Yeon
Bye,ilang lgi
KAMU SEDANG MEMBACA
[ROSTORY #4] Better Together || Rose X Hyunjin Fanfiction
ФанфикSekuel [ROSTORY #1] In Time || Rose and Hyunjin Fanfiction Harap baca dulu ROSTORY yang pertama🍁 Daripada auto puyeng,jedotin kepalanya gih:')