1|| Takdir yang tak diterima

1.2K 80 7
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN🖤

Sebelum membaca, ada pemberitahuan nih, siapa tau ajah kalian nggak baca deskripsi ceritanya.ini cerita campuran antara Brothership dan Gay yah,mohon jangan salah lapak. Oke itu ajah, Happy Reading and enjoy.

***

"Taehyung, tugas matematika kamu udah selesai nggak?"

Taehyung yang sedang memainkan ponselnya mengalihkan pandangannya kearah temannya itu,

"Udah, kenapa emeng?"

Seketika senyum mengembang dimuka Yeoja itu "owh, aku boleh-"

"Nggak boleh nyontek!"

"Aaaa Taehyung!" Rengeknya

"Kim Jennie! Kan kamu ketua kelas, masa tugas gitu ajah nggak selesai,"

Jennie memanyunkan mulutnya sampai 5cm, dia menendang kursi Taehyung, setelah itu dia kesakitan sendiri.

"Kursi kamu keras banget! Kan kakiku jadi sakit!"

Taehyung menggeleng-geleng, melihat tingkah ketua kelasnya itu. Dia heran mengapa waktu pemilihan ketua kelas, dia malah memilih Jennie.

"Selamat pagi semua!"

Pria bertubuh mungil, dan Mata seperti bulan sabit ketika tersenyum. Masuk kedalam kelas dengan jaket berwarna abu-abu. Dia kemudian mengarah ke Taehyung, sedangkan Taehyung tidak peduli sama sekali,

"Pagi Taehyung, tugas kamu udah selesai?"

"......"

"Pasti udah selesai kan?"

"......"

"Apa blm? Kalau blm kamu-"

"Nggak usah sok peduli park Jimin!" Tegas Taehyung sambil menatap Jimin dengan tatapan tajam,

"Tapikan aku-"

Baru saja Jimin ingin bicara, tapi Taehyung sudah duluan pergi dari kelas.
Jimin menghela napasnya,segitu bencinya kah Taehyung kepada dia?

Jennie yang melihat itu merasa kasihan kepada Jimin, dia menghampiri Jimin dan menepuk pundaknya"Sabar yah chim,"

Jimin tersenyum kecil, setelah itu dia keluar dari kelas untuk mencari Taehyung.

***

Taehyung sedang berada ditaman belakang sekolah, bagi dia suasana yang tenang, dan suhu yang dingin karna pohon-pohon. Sangat nyaman menurutnya,dia berbaring di rumput yang hijau, dan menutup matanya.
Ah, kenangan itu lagi, kenangan itu terus terputar dikepalanya yang membuat air matanya berhasil lolos lagi.

Kenangan yang tak ingin Taehyung ingat,kenangan yang Taehyung ingin lupakan. Tapi tak bisa, Taehyung mengutuk dirinya sendiri. Mengapa dia harus bertemu dengan seseorang yang menghancurkan semua kebahagiaannya, yang sekarang sudah menjadi kenangan.

"Taehyung-ah,"

Suara itu,suara yang dibenci Taehyung.
Suara yang Taehyung tidak ingin Taehyung dengar, Suara dari orang yang telah menghancurkan kebahagiaannya itu.

Taehyung membuka matanya,dan menjawab orang yang memanggilnya, yang tak lain Park Jimin "Hmm"

Jimin tersenyum kecil, walaupun hanya jawaban seperti itu, setidaknya Taehyung menanggapinya.

"Kenapa tidak kekelas? Jam pelajaran sudah mau dimulai,"

"....."

"Nanti yang masuk pak Namjoon loh Tae,"

"Walaupun kamu nggak suka, kalau Pak Namjoon yang mengajar. Tapi setidaknya dia tidak galak. Yah, walaupun kau tidak suka matematika, tapi setidaknya kita satu kelompok kan," kata Jimin panjang lebar dengan senyuman yang tak pernah lepas dari bibirnya itu.

"Apa kau bilang? 'tapi setidaknya kita satu kelompok' apa bagusnya itu?"

Senyum Jimin seketika luntur begitu saja, Kalau Jimin merasa hal itu spesial, mungkin Taehyung merasa itu kesialan.

"Itu hal yang paling buruk! dan jangan pernah memanggilku Tae, karna kita Bukan sahabat lagi!"

Setelah itu dia meninggalkan Jimin,

"Maafkan aku Taehyung,"

Taehyung menghentikan langkahnya,dan membalikkan tubuhnya,

"Jangan ucapkan itu lagi! karna aku sangat membenci kata itu. Apalagi kau yang mengucapkannya, dan sampai kau mati pun kau tak akan pernah mendapatkan maaf dariku!"

Setelah itu Taehyung tersenyum meremehkan dan pergi meninggalkan Jimin yang mematung.

Hati Jimin sakit?

Tentu saja!

Ternyata Taehyung benar-benar tidak menganggap Jimin sahabatnya lagi.
Air mata Jimin jatuh bersamaan dengan Air hujan yang jatuh membasahi bumi dan seisinya,
Jimin mendongak keatas langit dan tersenyum, setidaknya dengan hujan, air matanya tidak terlihat.

Hari ini Jimin ingin membolos, dia ingin menenangkan pikirannya dengan menikmati hujan. Kalau biasa dia bermain dengan Taehyung, sekarang dia akan bermain hujan sendiri. Kalau saja kejadian itu tak terjadi, mungkin dia tidak akan kehilangan sahabatnya itu. Tapi siapa yang akan disalahkan?

Apa Jimin ?

Atau Taehyung ?

Atau siapa?

Tapi sepertinya tidak ada yang salah, karna takdir memang tak pernah terduga. Kita hanya bisa menerima apa keputusan takdir,
Mungkin hanya Taehyung saja yang tak bisa menerima keputusan takdir.

Apa Takdir harus bermusyawarah dulu kepada Taehyung?
.
.
.
.
.
.

TBC

Maaf pendek
Typo bertebaran

Mau lanjut atau nggak?
Kalau sudah 10 pembaca nanti aku lanjut🤣🤣 dengan Chapter yang lebih panjang

Monokrom [Vmin]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang