29|| please don't cry, okay? (END)

742 29 2
                                    

Jangan lupa vote and komen!

Enjoy!

*****

TAEHYUNG POV


Aku mengacak rambutku lagi, mataku bengkak sehabis menangis saat diperjalanan. Kukira Jimin akan meninggalkanku, ternyata tuhan berkehendak lain. Dokter berhasil menyelamatkannya,dan aku sangat bersyukur karna itu.

Aku daritadi hanya berjalan kesana-kemari, menunggu dokter keluar dari ruang rawat Jimin. Lia juga sudah berada disini, tadi aku yang mengabarinya. Dia juga sama seperti ku, sangat khawatir, dari tadi dia hanya duduk dan menunduk menunggu kabar selanjutnya dari dokter.

Cklek

Kudengar pintu yang terbuka, segera aku dan lia menghampir dokter itu, dengan harapan mendapat kabar baik atas keadaan Jimin. "Bagaimana keadaan teman saya, dok?" Tanyaku,

"Syukurlah, keadaannya tidak terlalu buruk. Kalian sudah bisa menengoknya, tapi satu persatu yah, takut pasien terganggu." Ucap dokter itu, kemudian meninggalkan kami berdua.

"Noona, duluan saja." Kataku, mempersilahkan lia masuk.

Dia mengangguk dan segera masuk keruang rawat Jimin. Bagiku, lia lebih pantas menengok Jimin terlebih dahulu, dan apalagi atas apa yang sudah kulakukan pada Jimin, aku tak pantas dipanggil temannya. Aku memilih duduk dikursi, dan menatap ruang rawat Jimin. Aku mulai menangis lagi, entah mengapa aku sangat sensitif saat ini, aku begitu takut tadi kalau Jimin akan pergi, aku senang dia masih ada disini, aku juga berharap dia melupakanku kalau bisa.

"Taehyung.."

Aku tersentak kecil, saat tiba-tiba ada yang menepuk pelan pundakkku, "Hyung? Apa yang kau lakukan disini?" Tanyaku, kepada orang itu yang ternyata hyungku chanyeol.

"Mau melihat keadaan, Jimin." Jawabnya, yang tersenyum hangat.

Aku tidak bisa menahan ini, aku memeluk hyungku, dan menangis keras. Aku sudah sangat cengeng kalau ada Chanyeol, aku akan seperti anak kecil kalau didepannya, tak tau kenapa.

"Sudah, kau tidak perlu menangis lagi, tae." Ucapnya, yang berusaha menenangkanku.

Ah, hyungku ini sangat bisa membuatku menangis. Dia hanya mengelus rambutku, sambil menenangkanku dengan suara yang lembut, namun itu sudah cukup membuatku tidak bisa menghentikan tangisanku.

"Aku yang bersalah, hyung. Hiks... aku yang membuat Jimin, begini."

Hyungku melepas pelukannya, dan berlutut dihadapanku, "Ini yang dimaksud takdir. Semuanya sudah ditentukan, jadi, kau tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri."

Aku menatap hyungku itu, dan menghapus air mataku. Aku mengangguk, dan dia mengacak rambutku dengan gemas. Tak lama, Lia keluar dari ruangan Jimin.

"Taehyung, sekarang giliranmu yang masuk."

Aku menatap hyungku, dan dia mengangguk dan menepuk pundakku, "Masuklah, setelah kau melihat keadaan Jimin, pergilah keruangan dokter min yoongi. Temui aku disana." Ucapnya.

"Baiklah hyung." Ucapku, dan segera masuk keruangan Jimin.

Setelah aku masuk, kulihat Jimin dan alat medis disekitarnya. Apa ini yang dibilang tidak parah? Pikirku. Aku berjalan pelan kearah Jimin, dan dia menoleh kearahku. Aku menghentikan langkahku, namun kulihat dia tersenyum.

Monokrom [Vmin]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang