Dah epilog, guys. Moga suka.
Enjoy and happy reading!
*****
Pria berbaju hitam itu berjalan sambil membawa segenggam bunga, ditangannya. Tampak wajahnya yang nampak sangat murung, tidak bisa menerima kenyataan, yang harus didengarnnya. Pria itu berjalan melalui satu persatu makam, dan akhirnya sampai ke makam tujuannya. Pria itu kemudian menunduk dan meletakkan bunga itu dibatu nisan makam.
"Hai, apa kabar?" Tanyanya pada makam itu,
"Disana nyaman, nggak?" Tanyanya, lagi.
pria itu, tidak dapat menahan air matanya. kenyataan ini sulit untuk diterima, sungguh. "Aku kangen, boleh kan njun?" Ucap pria itu dengan bergetar,
Yah, tak salah lagi itu Soobin, yang bertanya pada makam Yeonjun, berharap anak itu bisa mendengarnya. Soobin sudah bisa melihat, tentu saja dengan mata Yeonjun. Yah, anak itu mendonorkan matanya untuk Soobin, itulah pesan terakhirnya, sebelum Yeonjun dipanggil tuhan karena kecelakaan itu. Yeonjun sempat kritis dan sadar, namun dokter mengatakan Yeonjun mengalami kerusakan dalam, dan susah disembuhkan. Dan pada akhirnya, keadaan Yeonjun memburuk dan Yeonjun menghembuskan napas terakhirnya, setelah menulis pesan, agar matanya didonorkan untuk Soobin.
"Kamu pergi nggak ajak-ajak, boleh nggak aku nyusul Njun?"
Soobin tambah terisak, dadanya makin sesak, dan dirinya makin susah menerima ini semua. Soobin selalu mendengar, bahwa cinta itu kalau diperjuangkan akan berakhir bahagia, namun nyatanya itu tidak benar bagi Soobin. Semesta sudah merebut Yeonjun, dan berarti merebut cintanya. Semesta mempertemukannya dengan Yeonjun, namun kembali merebut Yeonjun.
"Yeonjun, terimah kasih.... mata ini... terima kasih.." Ucap Soobin, sambil mengelus-ngelus batu nisan Yeonjun.
sesak sekali, Soobin yang akhirnya bisa melihat dunia lagi, tapi tidak dapat melihat dunianya yang sesungguhnya. ingin Soobin meneriaki semesta, betapa dia menyayangi Yeonjun, agar semesta bisa mengembalikan Yeonjun, namun dia tidak ada hak untuk itu.
Soobin...
Semuanya adil disini....
semuanya adil pada masanya, manusia saja yang tidak bersyukur...
terima kasih, sudah membuat warna baru pada hidupku, yah...
Ingat, tetaplah kuat, jangan sampai pertahanan mu runtuh didepan mereka. jangan pernah lelah hidup walau itu menyakitkan, walau itu tanpaku. dan carilah pendamping hidup yang baik yah. Ingat, jangan ceritakan padanya, kalau kau mempunyai aku dimasalalumu.
Soobin... kalau tentang kita yang tidak bersama, itu urusan semesta, jangan kau pikirkan, ok. aku pamit... ingat, aku selalu menyayangimu... sampai jumpa lagi didunia yang lebih indah.
****
Taehyung, duduk melantai dan bersandar ditembok, dan menatap keluar jendela. hujan nampak tau, perasaan sendu darinya, seminggu sudah saat Taehyung menghantarkan Jimin ke peristirahatan terakhirnya, namun sakitnya masih sama dan makin bertambah. Taehyung memikirkan kejamnya dunia merebut Jimin darinya, Merebut Yeonjun dari Soobin, banyak lagi yang direbutnya. Tanpa memikirkan bagaimana yang akan terjadi yang ditinggalkan, masih bisakah bangkit, atau tidak, bisakah menerimanya, atau malah menolaknya, mampukah, atau malah terus tersimpan dalam pikir. Dunia tak memikirkan itu, dan seenaknya merebut apa yang dia punya.
itu mungkin karena bumi ingin menyadarkan kita, betapa pentingnya sesuatu itu.
ujar batin Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monokrom [Vmin]✔
Fanfiction❛❛𝙺𝚎𝚜𝚎𝚍𝚎𝚛𝚑𝚊𝚗𝚊𝚊𝚗 𝚒𝚝𝚞 𝚝𝚎𝚛𝚗𝚢𝚊𝚝𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚕𝚊𝚕𝚞 𝚙𝚎𝚗𝚝𝚒𝚗𝚐, 𝚗𝚊𝚖𝚞𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚕𝚊𝚖𝚋𝚊𝚝 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚊𝚍𝚊𝚛𝚒𝚗𝚢𝚊. 𝚑𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛𝚗𝚢𝚊 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚜𝚒𝚜𝚊 𝚔𝚊𝚝𝚊 𝚜𝚎𝚊𝚗𝚍𝚊𝚒𝚗𝚢𝚊.❞ Judul pertama: "See y...