11|| Believe it or not

333 32 0
                                    

Happy Reading💖

INGAT SEKALI LAGI! INI CERITA CAMPURAN BOY×BOY SAMA BROTHERSHIP YAH, JANGAN SALAH LAPAK!

ENJOY!

****

"Anda harus melakukan kemoterapi, kalau anda ingin sembuh."

Jimin menghela napasnya, ucapan dokter itu sekali lagi terngiang dikepalanya. Dia berfikir, apa dia harus melakukan kemoterapi? Bukan soal rasa sakitnya atau efeknya yang lain, tapi dengan begitu teman-temannya akan tau kalau dia sakit. Benar-benar semua ini membuat Jimin stres.

Jimin mampir kepinggir jalan dan duduk sebentar. Begitu banyak orang yang berlalu lalang mengerjakan pekerjaan mereka, Jimin jadi berfikir, apa semua orang itu mempunyai masalah seperti dia? Sepertinya semua orang mempunyai masalah, walaupun ada yang berat, dan adapula yang ringan.

Sial!

Jimin beranjak dari tempatnya, dan segera pulang kerumahnya. Setidaknya saat dirumah, masih ada kasur yang nyaman untuknya, walaupun akhir-akhir ini dia tidak bisa tidur karna rasa sakit, tapi baginya itu sudah biasa.

Langkah-demi langkah, rumah Jimin tidak terlalu jauh darisitu, jadi dia memilih untuk berjalan kaki saja. Walau rasa sakit dikepalanya semakin menjadi jadi, Jimin terus saja melangkah, berharap dia segera sampai kerumahnya.

"Ah, kenapa jadi jauh begini rasanya." Keluh Jimin yang menahan rasa sakit dikepalanya.

Dan akhirnya setelah beberapa menit berjalan, Jimin akhirnya sampai dirumahnya. Segera dia masuk kerumahnya, dan segera kekamarnya, setelah Jimin mengambil air didapur tadi.

Beberapa pil obat ditelan Jimin, yang membuat rasa sakit dikepalanya sedikit berkurang. Setelahnya dia langsung melemparkan tubuhnya kekasur.

"Dingin sekali..." ujar Jimin, sambil memastikan apa AC nya menyala atau tidak, ternyata tidak.

"Oh, ternyata jendelanya terbuka."

Segera Jimin beranjak dari kasurnya dan menutup jendela yang terbuka. Setelahnya dia langsung ketempat tidurnya lagi.

Trak!

Jimin tersentak, tiba-tiba saja Jendelanya terbuka kembali dengan sangat keras. Jimin mengelus-ngelus dadanya, dan kembali pergi menutup pintu jendelanya. Kemudian duduk dikasurnya, sambil memandangi jendela yang sudah tertutup rapat itu.

"Eomma... apa dia baik-baik saja?"

Jimin mencari-cari handphone nya, untuk menelpon mamanya. Entah mengapa dia malah kepikiran tentang mamanya. Setelah mencari kesana kesini, ternyata handphone nya ada dibawah tasnya. Segera dia mengambil handphone itu, dan mencari nomor mamanya. Saat menemukannya, dia langsung menelpon mamanya. Jimin mengerutkan keningnya, apa mamanya sibuk, batinnya.

Dia mencoba menghubunginya lagi, namun tetap tidak diangkat. Jimin jadi khawatir, takut terjadi hal yang tidak diinginkan, namun Jimin mencoba positif thingkhing.

Drtt...

Drtt...

Jimin mengangkat telepon dari nomor yang tak dikenal,

"Halo..."

"Halo, apa benar ini Park Jimin?"

"Ya, anda siapa?"

"Kami dari pihak rumah sakit di Texas, Ibu anda bernama Park Yeri, telah meninggal dunia."

Deg!

Jimin terdiam. Handphone nya jatuh kelantai, dan dia ikut tersungkur kelantai. Dia menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya, dan menggeleng-geleng.

Monokrom [Vmin]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang