8|| ini Dunia, ini kehidupan!

389 41 12
                                    

Happy Reading 💖

****

Jimin sangat tidak percaya, kalau dia akan diberi cobaan begitu banyak dihidupnya. Dari mulai kebencian Taehyung, dan penyakit mematikan ini. Jimin mulai ingin menerima penyakitnya, dan berusaha bangkit. Namun mungkin ini belum cukup. Mungkin tuhan belum puas menguji Jimin.

'Kanker otak anda sudah sampai stadium akhir.'

Begitu kata dokter.

Gila!

Benar-benar gila!

Ternyata penyakitnya sangat ganas. Bagaimana Jimin bisa bertahan kalau begini .

"90 hari lagi yah... mengapa tidak diperpendek saja? Brengsek!" Ucap Jimin dengan air mata yang mengalir dipipinya,walau senyumnya tak pernah luntur. Jimin berfikir, ternyata bukan hanya tuhan yang bisa memprediksi kematian orang. Namun, pada masa ini ternyata orang dan alat-alat canggih, juga bisa memprediksinya.

Gila!

Ditengah-tengah lamunannya, ternyata Jennie sudah ada disampingnya. "Kau menangis?"

Jimin segera menghapus airmatanya dengan kasar. Dan menggeleng "Tidak. Mana mungkin aku menangis." Ucapnya dengan tersenyum.

Jennie memicingkan matanya, dan melihat Jimin dengan curiga. "Bohong. Matamu sembab tu. Kenapa? Ada masalah apa?"

Jimin menggeleng "Aku bilang tidak ada apa-apa. Aku pergi yah. . . "

"Eh, Jimin!" Panggil Jennie, yang tidak dipedulikan oleh Jimin.

"Aneh!"

Jimin kekamar mandi dan membasuh mukanya, agar matanya yang sembab tidak terlalu terlihat, dan jangan lupa hidung Jimin yang merah. Setelah itu dia segera kekelas, sebelum guru yang mengajar masuk duluan. Saat dikelas Jimin hanya duduk dibangkunya dan meratap'kan nasibnya yang sangat menyedihkan.

Taehyung menatap Jimin dengan heran. Dia heran kenapa anak itu dari tadi hanya diam, dan tak ceria seperti dulu. Dan biasanya Jimin akan menyapa Dia dulu sebelum kebangkunya,walaupun dia selalu tidak mempedulikan Jimin. Tapi sekarang Jimin seakan tidak peduli akan semuanya. Taehyung ingin menegur Jimin, tapi gengsi.

"Ekhem!"

Taehyung lewat didekat Jimin dan pura-pura batuk kecil.

Tak ada respon nampaknya.
Batin Taehyung.

"Ehem, ehem, EKHEMMM!"

"Butuh minum Taehyung-ah?" Tanya Jennie, yang menawarkan minum kearah Taehyung.

"Nggak usah." Jawab Taehyung dingin.

"Hei! Kau belum mengerjakan apapun. Sana menyapu atau apalah."

Tetap tidak ada balasan. Jimin hanya sibuk menatap keluar jendela, tanpa bergeming sedikitpun.

Taehyung memukul meja Jimin dengan tidak terlalu keras "Kau mendengarku? Oh, sekarang kau mengacuhkanku? Jangan karna aku mengajakmu bicara kau jadi somboh yah. Jimin?! Hei! Kau--"

"Semuanya duduk!" Perintah guru yang masuk.

Terpaksa Taehyung ketempat duduknya, dan menatap jimin lagi.

Kenapa dengan anak itu? Apa dia sakit?
Batinnya lagi, sambil terus menatap Jimin yang kini sedang sibuk mencatat materi yang diberikan guru.




Kring!

Kring!

Bel istirahat sudah berbunyi. Jimin membereskan semua alat tulisnya, dan menenggelamkan kepalanya dikedua lipatan tangannya dimeja.

Monokrom [Vmin]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang