Jangan lupa vote and komen💚
Warning!
Ini cerita campuran BxB dan brothership, jangan salah lapak!*****
Pria diatas ranjang rumah sakit itu, perlahan membuka matanya. Dia berusaha menyesuaikan cahaya yang ada dengan matanya, dia Park Jimin. Agaknya dia dirumah sakit kalau mencium bau sekitar, itu yang pertama kali Jimin pikirkan.
"Kau sudah bangun?"
Jimin menoleh kesamping, dan ternyata Lia sudah berada disana, menatap Jimin dengan khawatir. Jimin hanya tersenyum.
"Aku hampir saja jantungan, kau tau." Omel Lia, yang hanya dibalas senyuman Jimin lagi.
"Jangan tersenyum terus!"
"Iya, iya. Aku baru sadar, lho."
Lia hanya menghela napas, dan mengusap rambut Jimin dengan lembut, "lain kali jangan begini yah,Jimin." Jimin hanya membalasnya dengan anggukan.
"Ekhem,"
Lia dan Jimin menoleh kearah pintu, dan mendapati Yoongi yang berdiri disana sambil tersenyum.
"Apa ganggu? Aku hanya ingin memeriksa keadaan Jimin," ucap Yoongi,
"Tentu saja,kalau begitu aku keluar dulu yah, Jimin." Pamit Lia, kemudian mengacak pelan rambut Jimin.
Lia melewati Yoongi, dan menatapnya sekilas. Lia tersenyum tipis, begitu juga dengan Yoongi. Setelah Lia pergi, dan Yoongi segera menghampiri Jimin.
"Bagaimana perasaanmu?" Tanya Yoongi. yang mengecek alat-alat medis yang dikenakan Jimin.
"Yah, biasa saja." Jawab Jimin kemudian terkekeh.
Yoongi hanya mengangguk pelan, dan memeriksa jimin. Setelahnya dia duduk disamping ranjang Jimin dan menepuk lengan anak itu dengan pelan. Jimin menoleh kearah Yoongi, dengan tatapan bertanya.
"Apa benar kau-"
"Kau tidak ingin kemoterapi?" Potong Jimin, yang mendapat helaan napas oleh Yoongi.
"Dasar keras kepala!"
"Terserah dong!"
Yoongi menggeleng pelan. Pasiennya yang satu ini sangat keras kepala, atau memang semua pasiennya begitu? Yang pastinya semua yang mengidap penyakit berbahaya seperti ini pasti selalu begitu, dia akan mudah berputus asa dan selalu berfikir kalau besok dia akan mati. Kata Yoongi, kalau dia yang terkena penyakit itu,dia tidak akan putus asa, melainkan melakukan semua yang dia inginkan.
"Hyung..."
Yoongi mengalihkan pandangannya kearah Jimin, "apa?"
"Apa benar, mulai sekarang rumah sakit akan menjadi rumahku?" Tanya Jimin, yang menunduk sambil memainkan jarinya.
"Hmm, yah begitulah. Tapi tenang, kau juga bisa keluar berjalan-jalan, jadi tak perlu khawatir."
Jimin menghela napas, dan menatap Yoongi, "Ok."
Kadang Yoongi, merasa sangat kasihan kepada Jimin. Anak itu masih muda, hidupnya masih panjang, namun malah dipersingkat oleh tuhan. Pasti menjadi Jimin itu tidak mudah.
Ah, ini membosankan menurut Taehyung. Dia hanya ditemani oleh TV dan buku komik saja. Andai katanya, tokoh di TV dan komik bisa hidup, Taehyung pasti akan menghidupkan tokoh-tokoh wanita yang cantik dan seksi.
Tiba-tiba dia terpikirkan soal teror hari itu. Taehyung jadi ngeri sendiri mengingatknya. Bahkan kalau dia ingin kedapur harus membawa senjata, seperti sapu atau lainnya. Dan komputernya saja tidak pernah Taehyung sentuh lagi, takutnya tiba-tiba saat menonton anime atau drakor, orang yang meneror itu muncul lagi. Dan yang lebih menyebalkan, dia dimarahi oleh mamanya karna dikira dia mencoret-coret dinding dan memecahkan kaca jendela. Sungguh itu menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monokrom [Vmin]✔
Fanfiction❛❛𝙺𝚎𝚜𝚎𝚍𝚎𝚛𝚑𝚊𝚗𝚊𝚊𝚗 𝚒𝚝𝚞 𝚝𝚎𝚛𝚗𝚢𝚊𝚝𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚕𝚊𝚕𝚞 𝚙𝚎𝚗𝚝𝚒𝚗𝚐, 𝚗𝚊𝚖𝚞𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚕𝚊𝚖𝚋𝚊𝚝 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚊𝚍𝚊𝚛𝚒𝚗𝚢𝚊. 𝚑𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛𝚗𝚢𝚊 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚜𝚒𝚜𝚊 𝚔𝚊𝚝𝚊 𝚜𝚎𝚊𝚗𝚍𝚊𝚒𝚗𝚢𝚊.❞ Judul pertama: "See y...