POV Karim
Siang hari telah tiba. Aku sedang berbaring di ranjang sel penjara tempat aku ditahan. Tiba-tiba aku mendengar seseorang dari luar sel memanggil namaku. Aku kenal suara orang itu, dia adalah sipir yang ssudah kuanggap sebagai teman. Aku segera bangkit dari tempat tidur, berdiri dan berjalan menuju pintu sel penjara.
"Karim!"
"Ya, pak. Ada apa?" ujarku menjawab.
"Keluar dari sel ini dan ikut saya." ujarnya lalu membuka pintu sel penjara tempatku ditahan.
Aku melangkah keluar dari sel penjaraku lalu bertanya padanya.
"Jadi ada tugas apalagi yang harus saya kerjain, Pak?"
"Gak ada tugas apapun." jawabnya padaku.
"Terus saya mau dibawa ke mana?" tanyaku padanya.
"Udah jangan banyak tanya, ikut saya aja." pintanya padaku, aku menurut saja padanya.
Kakiku melangkah menyusuri penjara bersama dengan sipir itu, beberapa tahanan menatapku sinis seperti biasa tapi aku berusaha tidak menghiraukan mereka dan dengan pandangan lurus terus mengikuti langkah kaki sang sipir hingga akhirnya kami sampai di sebuah ruangan yang mana terdapat sebuah meja dan kursi yang diduduki oleh seorang personel polisi dan dibelakang sang polisi terdapat banyak lemari loker yang terkunci kemudian sang sipir berbicara pada sang polisi yang sedang bertugas tersebut.
"Pak, permisi, ini orangnya."
Sang polisi berdiri dari kursinya kemudian membuka salah satu pintu loker dan mengambil barang-barang yang ada di dalamnya, di antaranya adalah dompet dan pakaian yang terakhir kali aku pakai sebelum masuk ke dalam penjara ini kemudian ia menaruhnya di meja dan mengatakan sesuatu padaku.
"Silahkan keluar dari sini." pintanya padaku, aku diam terpaku masih belum memahami apa yang sedang terjadi sebenarnya kemudian sang sipir menolehkan wajahnya ke arahku dengan simpul senyuman kecil kemudian ia membuka mulutnya dan menjelaskan padaku maksud dari semua ini.
"Anda dinyatakan tidak bersalah Karim, anda sudah bisa keluar dari sini."
Aku masih terpaku memandang wajahnya kemudian ia mengangguk dan mengantarku keluar dari ruangan tersebut menuju toilet untuk mengganti bajuku. Setelah aku mengganti baju seragam tahananku dengan baju yang aku pakai terakhir kali, dia mengambil pakaian seragamku dan memintaku untuk pergi ke depan pintu keluar penjara.
"Karim, silahkan pergi ke depan pintu keluar penjara, di situ bakal ada dua personel polisi yang bakal anterin kamu sampe pintu gerbang penjara. Saya rasa sampe di sini perjumpaan kita." ujar sang sipir sambil tersenyum kemudian mengulurkan tangannya.
Aku mengulurukan tanganku dan menjabat tangannya, membalas senyumannya dan mengucapkan kata perpisahanku padanya.
"Tot zien, meneer (sampai jumpa lagi, pak). Saya bener-bener berharap kita bisa ketemu lagi dilain waktu." ujarku padanya kemudian ia membalas perkataanku.
"Insha Allah, saya mengharapkan itu juga." jawabnya padaku.
Aku terkejut mendengar kalimat yang keluar dari mulutnya, sipir ini adalah seorang Belanda tapi dia mengucapkan Insha Allah. Apakah dia seorang muslim? Mulutku terbuka perlahan kemudian pertanyaan itu keluar dari mulutku.
"Anda seorang muslim?"
"Sudah dari sekitar sebulan yang lalu, alhamdulillaah." ujarnya menjawab sembari memberikan senyumannya padaku kemudian dia melanjutkan perkataannya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalaam." ujarku menjawab salamnya kemudian dia membalikkan badannya dan berjalan menjauh dari hadapanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Darah Dan Hati 2 Dream Reality
Fiksi SejarahKelanjutan cerita dari Novel "Antara Darah dan Hati", berkisah di dunia alternatif di mana karakter novel pertama memiliki latar belakang yang berbeda. Setelah gagal menghentikan aksi ritual Okultis Belanda, Karim Dawala Sokolovic dikejutkan oleh ke...