Nem nya gak bakalan dimatiin dulu, kalau mati nanti tamat dong :(
始めましょう !
Selamanya....
Selamanya....
Selamanya....
Kunimi berdecih, kata kata itu terus terngiang ngiang di kepala [name]. Padahal ya buat apa dia pikirin itu, gak guna banget menurutnya.
"Sial, [name] kenapa juga harus berkata seperti itu? Membuat ku penasaran saja" tanya nya pada diri sendiri.
"Emang nya [name] berkata apa?"
Kunimi tersentak kemudian laki laki ini menoleh, itu Kindaichi yang sedang berjalan ke arah nya.
"Apa? "
"Itu [name] berkata apa?"
"Tidak ada"
Kindaichi menatap Kunimi lalu berkacak pinggang, "Kau berbohong? "
"Terus bila aku mengatakan nya kau mau apa? "
"Ya tidak apa apa, hanya ingin tahu"
"Cih"
"Jadi dia berkata apa? " Oke ini Kindaichi tetep nanya karena ya dia penasaran banget, soalnya aneh gitu Kunimi sampai penasaran.
"Maksa"
"Hm, cepat lah mumpung masih istirahat"
Kunimi menghela nafas nya kemudian melepar bola voli kedalam keranjang, dia pun duduk di bench.
"Perempuan itu bilang maaf karena telah meminta ku terus terusan menjadi kekasih nya dan juga dia bilang tidak akan menganggu lagi selamanya"
"Lalu? "
"Aku penasaran dengan arti selamanya"
Kindaichi mengangguk nganggukan kepalanya, "Kau tanya kan saja pada nya"
"......"
"Oh iya kau kan gengsi, lupa"
"Ck, kau saja yang tanya"
"Hah? Lah ko? Urusan siapa coba, aku tak ingin ikut campur"
Kunimi menatap Kindaichi datar, harusnya dia gak cerita sama temen nya itu kan gak berguna.
"Terserah"
"Tapi entah kenapa aku merasa sedih ketika mendengar kata 'selamanya' "
Kunimi langsung menatap Kindaichi yang ada disebelah nya itu.
"Aku juga"
Disisi lain, [name] saat ini tengah bergulang guling di atas kasur sambil memegang Handphone nya.
Dia beneran ingin beraktivitas, udah gak kuat cuman diem diem aja di rumah.
[name] pun menghela nafas nya kemudian membuka Handphone nya lalu membuka galeri dan segera mencari foto Kunimi bersama nya.
Fyi : Foto itu diambil ketika mereka berdua menjadi perwakilan kelas pas awal awal masuk.
Perempuan ini seketika tersenyum saat melihat raut kesal diwajah Kunimi yang ada didalam foto itu, sebenarnya Kunimi kesal itu bukan karena berfoto bersama [name] tapi karena dia tidak ingin difoto.
Dulu itu aslinya Kunimi berteman dekat dengan [name], cuman pas [name] mulai menyatakan perasaan nya laki laki itu jadi risih dan mulai menjauhi nya.
Laki laki itu kira [name] akan menyerah tapi tidak perempuan itu malah terus terusan menyatakan nya, maka dari itu Kunimi jadi tidak menyukai dan kesal juga.
[name] juga tahu sebenarnya konsekuensi akan seperti itu. Tapi mau bagaimana lagi, [name] hanya ingin sebelum pergi dia bisa memiliki seseorang yang paling di sayangi nya.
"Bodoh sih" gumam nya kemudian tertawa kecil.
Tiba tiba saja dia ingat tentang pertandingan Kunimi, katanya sih 2 hari lagi.
Perempuan ini sangat ingin menonton nya hanya saja dia yakin tidak akan kuat.
Drrt drrt
"Oh?"
[name] pun segera membuka pesan itu.
From : Hima-senpai
To : [name]
Aku ingin berterima kasih banyak padamu karena telah beberapa bulan bekerja disini dan juga telah banyak membantu, sedih sih karena kau memilih untuk resign. Tapi aku tidak bisa memaksakan apa lagi itu soal kesehatan mu yang katanya sering drop.Baiklah, terimakasih sekali lagi dan lain kali aku juga akan menjenguk mu.
"Ah aku kira, Okaa-san hanya bicara saja tapi beneran ingin aku resign"
Mungkin [name] akan marah kalau Okaa-san meminta izin resign ke atasan nya itu dulu, tapi sekarang dia tidak masalah.
Setidaknya beban pikiran ketika dia akan pergi, berkurang.
終わった !