Bab 4 - permintaan Tak terduga.

254 32 2
                                    

"Hakikat pernikahan itu adalah menggenapkan yang belum genap, dan menyempurnakan yang belum sempurna. Dan itu bukan lah sebuah wahana yang dapat di coba coba"

~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'~'~

"Wa udah cukup!" Ucap joa menatap nashwa dan menahan nya agar ia tidak melakukan hal itu dengan melukai dirinya sendiri.

Nashwa pun menangis, air matanya terus mengalir menahan rasa sakit dilengan nya sekaligus kepedihan yang tlah ia lihat dari keluarga pasien.

"Di-dia harus selamat Jo, anak dan istrinya sudah menunggu kedatangan nya" ucap nashwa dengan masih terus menangis.

Joa terus menatap nashwa dengan lekat, joa tau betul apa yang nashwa rasakan, namun melukai dirinya sendiri untuk menyelamatkan orang lain itu bukanlah hal yang baik.

"Dokter Tiyo!"

Seorang pria terlihat tengah berdiri di samping pasien, kedua tangan nya terus berusaha memompa kembali bagian dada itu. Wajahnya penuh keringat, kemeja merah yang sedang ia kenakan pun kini terlihat begitu basah. Tiyo si pecundang itu akhirnya memberanikan diri untuk melawan rasa takutnya.

Nashwa dan joa pun termenung diam melihat hal yang sedang terjadi di hadapan nya saat ini, seakan akan ia tak percaya bahwa pria ini akhirnya kembali terlihat menjadi seorang dokter sungguhan.

"Tiyo"

"Ayo bangun, berikan aku kesempatan untuk membantu mu bertahan hidup" ucap Tiyo sambil terus berusaha sekuat tenaga melakukan berbagaicara yang ia bisa.

Butiran air mata pun mulai menetes dari kelopak matanya, mengalir membasahi pipinya hingga tak terlihat, seakan akan itu semua hanyalah air keringat. Namun pada kenyataannya Tiyo saat ini sedang menahan rasa takutnya, tangan nya begitu bergetar meskipun saat ini ia memaksa untuk memberikan pertolongan darurat untuk pasien sekarat. "Saya mohon bangunlah"

Nashwa terus termenung diam menatap Tiyo yang sedari tadi terus menerus berusaha menyelamatkan pasien itu, nashwa melihat jelas rasa takut yang sedang menghantui Tiyo saat ini, air mata yang mengalir membasahi pipinya pun terlihat jelas di mata nashwa saat ini, nashwa tau laki-laki itu sedang berusaha keras melawan segalanya yang membuat dirinya takut tak berdaya. Namun rasa sakit pun terasa di hati nashwa, dirinya tidak bisa melihat Tiyo seperti ini, nashwa tidak bisa melihat Tiyo berjuang sendirian.

Perlahan nashwa pun berjalan mendekat, menyatukan kedua tangannya di atas tangan Tiyo bermaksud untuk membantunya berusaha menyelamatkan pasien yang sedang sekarat itu. Tiyo pun menoleh, ia terkejut, ia pun menatap nashwa dengan kedua mata sembabnya. Entah apa yang di lakukan nashwa saat ini, menatap Tiyo dan memberikan senyuman nya kini membuat Tiyo sedikit begitu tenang. Entah apa yang terjadi yang jelas rasa takut yang menghantuinya sedari tadi seketika hilang begitu saja, tatapan indah dari nashwa kini membuat Tiyo begitu tenang. Hingga akhirnya keduanya pun berusaha bersama sama menyelamatkan pasien yang sedang berjuang melewati masa keritisnya.

*

"Aku punya satu pertanyaan"

"Apa itu?"

Dua orang pria dan perempuan terlihat tengah terduduk di samping meja makan, mereka duduk berhadap hadapan hingga membuat matanya terus saja bertemu ketika mereka saling mengucapkan kata untuk memecahkan keheningan.

"Tapi kamu harus jawab jujur yah" ucap gadis itu sambil memakan roti sandwich di tangan nya.

"Baiklah, pertanyaan apa itu?"

"Jika aku meminta mu untuk menikahi ku bagaimana?"

"Khukk!!!"

Deven pun tersedak batuk, ia terkejut mendengar pertanyaan dari gadis yang sedang ada dihadapan nya saat ini. Siapa sangka gadis itu akan mengatakan hal semengejutkan itu.

Anneth Viola LewisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang