14. Liberosis. (perasaan yg tidak harus di miliki)

413 62 10
                                    

Liberosis (ketika kita mencoba tidak peduli terhadap sekitar, padahal kita sangat memperhatikan segalanya, tanpa kita sadari perasaan ini dapat membuat kita di jauhi oleh banyak orang tanpa kita sadari)

-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_ -_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-
Kini waktu menunjukan tengah malam, seorang gadis cantik berjas putih terlihat berjalan menelusuri koridor rumah sakit sendirian, rupanya ia baru saja keluar dari ruang operasi.

Sedangkan dari arah berlawanan, seorang laki - laki berjas putih terlihat sedang berjalan sendirian, membawa secangkir kopi di tangan nya.

Melihat hal tersebut membuat gadis tersebut terkejut setelah mengetahui siapa saat ini yang sedang berjalan ke arahnya sendirian.

Saat posisi kedua nya berjalan beberapa cm meter saja, mereka pun akhirnya menghentikan langkahnya, karna akhirnya kedua nya sama sama menyadari keberadaan nya masing - masing, dan menatap satu sama lain secara intens.

"Dokter deven" ucap anneth sedikit terdengar kaku.

Perasaan sungkan mulai menerobos masuk menusuk perasaan anneth, membuat dirinya ingin sekali pergi dari hadapan deven saat ini juga.

Alih alih perasaan berkata untuk pergi namun kaki tak mau bergerak, Alhasil anneth hanya terdiam membisu saja di hadapan deven yang kini terlihat begitu tenang.

Sampai akhirnya anneth pun tak tahan, dan beranjak membalikan badan nya lalu bergegas untuk pergi.

"Sampai kapan kamu terus bertingkah seperti ini?" Ucap deven tiba - tiba hingga membuat anneth menghentikan langkahnya.

"Memang nya kamu itu siapa bisa melukai ku sesuka hati mu"

Bomm!!

9 kata tersebut sukses membuat anneth membalikan badan nya dan menatap deven karena terkejut. Sejak 5 tahun ini akhirnya wajah datar itu kembali terlihat, hingga membuat anneth merasa bahwa deven yang dulu kini sudah terlihat kembali.

"Jika kamu memang mencintai orang lain, setidaknya lepaskanlah aku terlebih dahulu, Jangan membuat aku terjebak dalam satu ikatan tanpa kepastian"

"Jika terus seperti ini, itu tidak akan memperbaiki ke adaan, justru aku malah akan semakin membenci mu"

Hentakan terus membentur benteng hati anneth dellicia, kata demi kata yang tajam terus menusuk nusuk perasaan nya, berusaha menerobos benteng pertahanan nya yang berdiri begitu kokoh sendirian mempertahankan kebohongan yang telah ia buat.

"Dokter deven" teriak seseorang dari kejauhan.

Rupanya itu adalah Samuel dan tiara,....

"Bisa datang keruangan saya sebentar?"

Seketika deven pun memalingkan tatapan nya ke arah Samuel, menatapnya secara intens, mencoba memberitahu bahwa diri nya datang dalam keadaan tidak tepat.

Namun tentu saja hal tersebut Samuel sadari, hingga membuat Samuel harus melontarkan alasan nya untuk meyakinkan nya kembali.

"Ada yang perlu saya tanyakan soal pasien"

Seketika deven pun menatap anneth secara intens, tatapan yang sulit di artikan pun bermunculan, membuat anneth mulai merasa sedikit bersalah melihat rasa kecewa yang begitu jelas dari balik bola mata nya yang begitu indah.

"Jika perpisahan adalah jalan terbaik nya, lebih baik lakukan lah secepatnya"

Setelah itu akhirnya deven pun meninggalkan anneth begitu saja, menghampiri Samuel dan berjalan menuju ruangan nya.

Sedangkan anneth sendiri hanya terdiam kaku di sana, sebenarnya berpisah bukan lah yang ia ingin kan, namun mengingat kesalahan nya, itu sudah dapat menafsirkan dengan jelas, bahwa Tuhan menciptakan deven bukan lah hanya untuknya, melainkan sebagai pelabuhan, tempat dimana perasaan dapat singgah, lalu pergi begitu saja.

Anneth Viola LewisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang