19. Yuanfen (hubungan yang di tentukan oleh nasip dan takdir)

390 65 12
                                    

"Kerja bagus anneth" ucap joa hingga membuat anneth menoleh menatapnya.

Lalu gadis itu pun tersenyum menatap ke arah joa.

Namun beberapa saat kemudian, tiba - tiba saja pintu pun terbuka menampilkan seorang laki - laki yang sedang berdiri di ambang pintu.

Seketika joa dan anneth pun menoleh secara bersamaan.

"Deven?"

Seorang laki - laki terlihat diam kaku di lengkapi wajah pucatnya, menatap ke arah kedua gadis yang sedang berada di hadapan nya.

Joa pun terlihat melirik kesana kemari secara bergantian, mengamati satu sama lain. Setelah merasa dirinya harus mengerti keadaan, akhirnya gadis berkacamata itu pun memutuskan untuk meninggalkan mereka berdua.

"Gue ke UGD dulu ya, gue harus periksa pasien tadi" ucap joa mengambil stetoskop nya lalu beranjak pergi.

Namun belum sempat melangkah, anneth pun mencegahnya, menatapnya memohon untuk tidak meninggalkan nya sendirian bersama deven.

"Jo gue ikut"

"Gak usah net, Lo pasti cape. Jadi Lo istirahat aja" pinta joa lalu pergi begitu saja meninggalkan anneth.

Anneth pun menghembuskan nafasnya gusar. Ia sadar, pasti gadis berkacamata itu sengaja meninggalkan nya sendirian bersama deven di ruangan ini. Anneth tidak tau kebenaran nya, mungkin jika itu semua benar, tidak menutup kemungkinan ini semua pun adalah rencananya.

Perlahan laki - laki itu pun berlajalan masuk kedalam ruangan, terjadi keheningan beberapa saat di antara mereka berdua, bahkan mereka pun saling membelakangi satu sama lain.

Namun beberapa menit kemudian seketika semua itu sirna karena tiba - tiba saja laki - laki itu membuka mulutnya.

"Gagal jantung"

Seketika anneth pun mendongkak kan kepalanya, lalu memutarkan badan nya menatap ke arah laki - laki tersebut.

"Maaf dok, Maksudnya?" Ucap gadis itu tak mengerti kemana sebenarnya arah bicara dokter deven.

Beberapa detik kemudian deven pun meneguk segelah air putih, membuat suasana di dalam ruangan tersebut serasa ruang interogasi.

"Itu bisa saja terjadi kepada pasien tadi, dan saya yakin kamu mengetahui tentang resiko itu" ucap nya dengan masih posisi membelakangi anneth.

Laki - laki tersebutpun terlihat menyimpan gelasnya di atas meja, lalu beranjak memutar badan nya menghadap kearah anneth dan menatapnya.

"Tapi, kenapa kamu berani melakukan operasi itu"

Wajah pucat pasif terlihat jelas di wajah tampan milik laki - laki itu, ia benar benar terlihat seperti seorang fisikopat yang siap menyerang kapan pun ia mau.

Anneth pun menelan ludahnya, kini ia mulai merasa kembali gugup. Rupanya laki - laki itu sedang membicarakan soal medis, anneth tau betul laki - laki itu adalah atasan nya di dunia kedokteran, itu semua terlihat wajar jika ia menanyakan tentang operasi tadi.

"Saya tidak punya cara lain dok, jika saya tidak mengambil keputusan, pasien itu akan mati karena kehabisan darah. Oleh karena itu saya mengambil keputusan tersebut"

Anneth pun sedikit menunduk, gadis itu rupanya tidak berani menatap ke arah laki - laki itu.

"Namun kamu telah melanggar protokol kesehatan"

"Saya tidak ada cara lain dok, lagi pula pasien selamat" ucap anneth mulai jengah dengan cara bicara deven kepada nya yang terus berusaha terdengar memojokkan dirinya.

Anneth Viola LewisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang