25. taram temaram (cahaya redup)

462 63 7
                                    

Malam itu, setelah mendapatkan pesan yang sama, deven dan anneth pun dengan segera berangkat menuju rumah sakit, karena charisa rupanya meminta mereka berdua datang ke atas bagian roftoop gedung.

Sesampainya di sana, deven dan anneth segera menaiki lift, dan berjalan menyusul charisa yang telah ada di sana mendahului mereka berdua.

*

Fiersa Besari - April

Seorang gadis terlihat sedang berdiri menatap ke arah gedung gedung tinggi, hembusan angin malam ini membuat dirinya merasa sunyi.

Lalu gadis itu pun menghembuskan nafasnya gusar, ini sedikit berat rasanya. Entah itu sakit atuh pedih yang akan ia rasakan, yang jelas baginya saat ini, kebahagiaan mereka berdua.

Tiba - tiba seorang gadis memanggilnya dengan suara halus, hingga membuat gadis berambut pirang ini menoleh ke arahnya.

Gadis itu pun terlihat diam, ia berdiri dengan begitu kaku.

Senyuman manis pun terlukis manis di wajah charisa, lalu gadis itu pun berjalan mendekatinya, berhenti tepat di hadapan wajahnya dan menatapnya lekat.

Detik berikutnya, charisa pun memeluk anneth dengan penuh ke ikhlaskan dan kasih sayang. Suara isakan mulai terdengar, hatinya mulai merengek kesakitan. Pedih, perih, sesak itu lah yang di rasakan charisa malam ini. Namun itu semua ia korbankan demi sebuah kebahagiaan yang sudah sejak lama terbangun bersama - sama.

Sedangkan gadis berlesung pipi itu terlihat terdiam mematung, gadis itu kini memeluknya erat. Anneth kebingungan, suara isakan pun mulai terdengar di telinga nya. Dan entah mengapa ia merasa itu sangat menyakitkan.

"Maafin gue net" ucap charisa sambil terisak menangis di dalam pelukan anneth.

Perlahan anneth pun mulai menaikan tangan sebelah kanan nya, mengelus bagian punggung charisa dengan begitu tenang.

Merasakan kehangatan itu, charisa pun kembali mengalirkan air mata nya deras. Lalu ia pun memejamkan matanya dan memeluk anneth dengan lebih erat.

Hingga tanpa sadar cairan bening itu pun ikut mengalir membasahi pipi gadis berlesung pipi itu. Entah bahagia atau sedih, yang jelas ia sangat bersyukur semuanya akan kembali seperti semula.

Sedangkan laki - laki bertubuh tinggi itu terlihat terdiam saja menatap ke arah kedua gadis yang sedang berpelukan itu.

Terlukis manis senyuman indah di wajahnya, raut wajah penuh kebahagiaan pun kini sudah terlihat dengan penuh pesona nya.

Charisa dan anneth, akhirnya kedua gadis itu kembali bersama, saling memeluk satu sama lain untuk mengakhiri semua nya.

Hingga tiba - tiba charisa pun melepaskan pelukan nya, mengusap air matanya, lalu menatap ke arah laki - laki yang sedang berdiri memperhatikan mereka berdua sedari tadi.

Gadis itu pun tersenyum kaku kepada nya, dengan senang hati laki - laki itu pun tersenyum mengangguk menatap gadis berambut pirang itu.

Karena merasa mendapatkan persetujuan, akhirnya gadis berambut pirang itu pun menghamburkan badan nya ke dalam pelukan laki - laki bernama deven itu.

'mungkin ini terakhir kali nya gue merasakan pelukan hangat ini'

Tak lama ia pun melepaskan nya, menatap ke arah anneth dan menariknya hingga mendekat ke arah dirinya.

Charisa pun menggapai lengan anneth dan lengan deven menggunakan ke dua tangan nya, lalu mempersatukan nya hingga saling menggenggam.

"Bersatulah, bahagialah untuk cinta kalian berdua"

Anneth pun sedikit terkejut,....

'Apakah gadis ini mengatakan nya dengan sungguh sungguh' ragu nya.

"Gue bahagia jika kalian berdua bahagia"

Seketika anneth pun kembali meneteskan air matanya sambil menatap charisa sendu,....

'gadis ini, aku benar benar menyayanginya'

"Kalau gitu gue turun duluan yah, bahagia selalu kalian berdua. Jangan kecewain gue" ucap nya menatap ke arah anneth dan deven.

Ketika ingin beranjak tiba - tiba gadis itu pun menahan pergelangan nya,..

"Cha"

Lalu gadis itu pun kembali menoleh ke arah nya, gadis berlesung pipi itu pun terlihat menatap charisa dengan air mata yang masih membasahi pipinya. Dengan penuh keyakinan, charisa pun tersenyum sambil mengangguk menatap anneth.

Perlahan gadis berlesung pipi itu pun melepaskan genggaman nya, membuat charisa tersenyum dan langsung melangkah kan kaki nya pergi.

Anneth pun kembali menangis deras, ia tak menyangka bahwa charisa akan merelakan perasaan nya demi diri nya. Ini sangat menyakitkan, senyuman yang ia tampil terlihat sekali menyedihkan.

Lalu deven pun mendekapnya, membawanya ke dalam pelukan nya. Mengelus ngelus puncak kepala gadis itu agar ia merasa lebih tenang.

*

Sedangkan di sebuah lorong sunyi, seorang gadis berambut pirang terlihat berjalan menelusuri anak tangga. Hingga tiba tiba langkahnya pun terhenti di tengah tengah.

Lalu ia pun menyenderkan badan nya di balik dingding gedung rumah sakit, menghela nafasnya berkali kali lalu terjatuh duduk dan menangis.

Ini sungguh menyakitkan, entah mengapa dada nya ini terasa begitu sesak.

Gadis itu pun memukul dada nya beberapa kali sambil menangis, berusaha menghilangkan rasa sesak yang kini mengganggu cara kerja pernafasan nya.

Hingga tiba - tiba sebuah lengan menghentikan aktifitas charisa.

William, rupanya laki - laki itu berada di sekitar sini sedari tadi. Ia menyaksikan semua kejadian yang telah terjadi malam ini.

Gadis ini sungguh menyedihkan. Dengan tangisan nya, laki - laki ini pun beranjak memeluknya dengan begitu erat, hingga membuat charisa menangis semakin menjadi jadi.

"Sakit" lirih nya sambil menangis pedih.

William pun mempererat pelukan nya, mengusap usap bagian punggungnya beberapa kali untuk mencoba menguatkan nya.

Mau bagaimana pun gadis ini tetap lah gadis yang selama ini ia cintai, gadis yang selama ini selalu ia jaga secara diam diam. Meskipun ia tau gadis ini tak pernah mencintainya. Tapi bagi William, hanya cinta sejati lah yang mampu di perjuangkan dengan penuh ketulusan.

Malam itu, hujan pun turun, menyirami segala luka yang tercipta malam ini. Seakan akan tuhan tau bahwa makhluk ciptaan nya sedang membutuhkan hujan sebagai penenang hati.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung.

Tinggalkan jejak di setiap episodenya:)

Anneth Viola LewisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang