22. Asimetris (wajah penuh kesedihan)

381 63 14
                                    

Di dalam sebuah ruangan yang cukup besar, dua orang laki - laki terlihat sedang terduduk berdiskusi diantara meja berbentuk bersegi. Kedua nya terlihat begitu serius, meskipun di antara satunya masih terlihat pucat.

"Langkah apa yang harus kita ambil dok" ucap seorang laki - laki bermata sipit menatap ke arah laki - laki yang terlihat begitu pucat.

Lalu laki - laki itu pun menghembuskan nafasnya berat,....

"Kita harus segera menyiapkan jadwal operasi nya Sam"

"Tapi apakah memungkin kan dalam keadaan Tiara yang terlihat begitu besar resikonya?"

Lalu deven pun menghembuskan kembali nafasnya berat, ini sungguh benar benar membuat kepala nya pusing.

"Kita perlu bahas ini dengan dokter tiyo" ucap deven terlihat membereskan barang barang nya.

Samuel pun mengangguk ragu dengan operasi ini, ini sangat membahayakan, resiko satu satu nya yang sangat menakutkan adalah kematian. Tubuh Tiara tidak mungkin kuat jika melakukan operasi ini dalam jangka waktu yang cukup dekat.

Setelah itu ia pun menghembuskan nafasnya berat.

*

Di sebuah lorong rumah sakit seorang laki - laki terlihat berjalan guntai sendirian, kini waktu menunjukan pukul 3 pagi, dan sudah saat nya laki - laki itu pulang untuk beristirahat.

Namun tiba - tiba dua orang gadis muncul dari dalam lift, membuat dirinya sedikit terkejut melihat kedatangan nya.

"Anneth"

Kedua gadis itu pun menoleh, seorang gadis berlesung pipi terlihat terdiam mematung menatap deven dengan sangat lekat. Jalan satu satu nya untuk menghindari rasa sakit ini adalah dengan cara benar benar meninggalkan semua nya. Entah apa yang sedang ia pikirkan, namun itulah isi kepalanya saat ini.

Namun tiba - tiba joa pun menggenggam lengan anneth dengan sangat lekat, menandakan bahwa dirinya harus kuat di hadapan Pria yang terlihat sangat lemah ini.

"Dia sedang sakit net" bisik gadis berkacamata itu pelan.

Anneth pun terdiam, terlihat jelas dari wajah nya yang begitu pucat bahwa dia sedang tidak baik baik saja. Hal itu tentu saja membuatnya sedikit enggan untuk meninggalkan pria ini.

"Cepat lah pulang, istirahatlah yang cukup, ayo biar aku antar"

Tiba - tiba kata kata tersebut pun muncul dari gadis berlesung pipi itu.

Joa pun sempat menoleh, ia sedikit terkejut mendengar hal tersebut. Pasal nya joa tak menyangka gadis ini masih mau menemui laki - laki ini. Padahal sudah jelas gadis ini sudah sering sekali terluka karena laki - laki itu. Meskipun ia tau bukan lah laki -laki itu pelaku sebenarnya.

Namun laki - laki itu pun terlihat tidak sedikit pun tersenyum, bahkan kali ini laki - laki itu malah terdengar berdetuk batuk beberapa kali.

Dengan rasa khawatirnya, anneth pun dengan cepat menghampiri laki - laki itu, menggenggam tangan nya untuk membantunya berjalan.

"Seharusnya kamu tidak datang kesini deven" ucap anneth dengan tatapan ke depan.

Joa pun terdiam ketika tiba - tiba saja dengan polosnya kedua manusia itu meninggalkan nya begitu saja sendirian di lorong rumah sakit, namun setelah itu ia pun tersenyum dan melangkahkan kakinya untuk pergi meninggalkan rumah sakit.

*

Sedangkan di dalam sebuah ruangan kedua gadis berjas putih terlihat sedang membereskan barang barangnya di dalam ruangan, salah satu gadis berambut pirang beberapa kali menghentakkan tangan nya di atas meja karena emosi, namun gadis berhijab yang satu itu malah diam saja tak memperdulikan sikap kekanak Kanakan gadis berambut pirang itu.

Anneth Viola LewisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang