BHS | 3

49K 4.8K 139
                                    

"Gan!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gan!"

Reagan yang tadinya celingukan, langsung menoleh saat namanya dipanggil. Mars dan Brian melambaikan tangan pada sahabatnya itu, agar Reagan tahu posisi mereka.

"Sorry telat," ucap Reagan. Ia duduk di antara Mars dan Brian.

"Santuy," jawab Brian sambil menyodorkan buku menu. "Pesen dulu, nih. Kita-kita udah."

"Sesil mana, Gan?" tanya Nela saat Reagan sibuk membolak-balik buku menu.

"Di rumah."

"Kok nggak diajak, Gan? Padahal aku nungguin," celetuk Bianca. "Biar lengkap, couple-an semua."

Reagan hanya menggeleng, lalu mengangkat tangannya, memanggil pelayan. Setelah selesai memesan, topik sudah berubah.

***

Hari semakin larut. Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih. Ares-lah yang pertama kali menyadari bahwa sudah waktunya pulang.

"Ca, ayo pulang," ajak Ares. Bianca menoleh. "Emang jam berapa?"

"Sepuluh lebih." Ares menunjukkan ponselnya pada Bianca.

"Oh, ayo," balas Bianca. "Aku sama Ares pulang duluan, ya. Udah malem," pamitnya. Nela, Brian, Mars, dan Fibi— kekasih Mars, ikut melihat jam.

"Gue juga, deh. Mau nganter Fibi balik dulu," ucap Mars.

Akhirnya, keenam orang itu berdiri, menyisakan Reagan. "Gue aja yang bayar. Gue masih stay di sini," ucap Reagan, membuat Brian menyengir.

"Jangan gitu dong, Gan. Gue kan jadi enak." Nela langsung menjitak kepala Brian.

"Lo nggak pulang? Ntar istri lo nyariin," tanya Mars. Mendengar kata 'istri', Reagan langsung mengernyit tak suka.

"Ntar, paling udah tidur," jawab Reagan seadanya.

Tak ingin mencampuri urusan rumah tangga orang lain, Mars tak lagi bertanya. Satu per satu pasangan itu pun mulai keluar dari cafe, hingga akhirnya menyisakan Reagan sendirian.

Cafe tempat mereka bertemu tutup pukul dua pagi. Suasana cafe tidak terlalu ramai, karena ini hari biasa dan sudah terlalu larut. Pukul sebelas malam, hanya tersisa Reagan dan para pelayan saja.

Reagan mengambil ponselnya yang sejak tadi tak keluar dari saku celana. Ia tak terkejut saat melihat puluhan pesan dari Sesil. Tanpa berniat membuka, Reagan memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku, lalu menenggak habis mocca latte miliknya.

Reagan kembali mengangkat tangan, memanggil pelayan.

"Tambah hot caramel macchiato, satu," ucapnya pada pelayan. Setelah pelayan pergi, ia mulai membuka laptop-nya, mulai bekerja.

BEHIND HER SMILE ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang