BHS | 6

44K 4.9K 377
                                    

Paris, sebuah kota di benua Eropa yang biasa disebut sebagai kota cinta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Paris, sebuah kota di benua Eropa yang biasa disebut sebagai kota cinta. Soal keindahan, seharusnya tak perlu diragukan lagi.

Reagan dan Sesil baru saja tiba di Paris Charles de Gaulle Airport. Tak ada kata yang bisa menggambarkan betapa bahagianya Sesil saat ini.

Untuk pertama kalinya, Sesil pergi ke Paris, salah satu kota impiannya. Sesil sangat menyukai menara Eiffel. Berkesempatan melihat landmark kota Paris itu secara langsung merupakan salah satu topik doa yang selalu Sesil naikkan setiap malam.

Dan sebentar lagi, doanya akan terkabul.

Terlalu asyik mengamati sekitar, Sesil tak sadar Reagan berhenti di depannya, membuat wajah gadis itu menatap punggung keras Reagan.

DUG!

"Aduh." Sesil mengusap kening dan hidung mancungnya. Reagan menoleh malas, membuat Sesil menyengir. "Sorry."

Reagan tak menggubris. Ia mengeluarkan ponsel, dan menghubungi penjemputnya.

Tak lama, seorang pria paruh baya menghampiri mereka. Reagan mengulurkan tangannya, menyambut pria tua itu ramah.

"Selamat datang di Paris, Reagan," sapa pria tua itu. Ia terlihat akrab dengan Reagan.

"Makasih ya Om, udah repot-repot jemput," balas Reagan sambil tersenyum tipis. Pria paruh baya itu menepuk pundak Reagan dua kali, seolah mengatakan hal itu bukan masalah.

Atensi pria tua itu berpindah pada Sesil. "Ini istrimu?" tanyanya pada Reagan. Laki-laki itu hanya mengangguk singkat.

Sesil mengulurkan tangannya sambil tersenyum ramah. "Hai, Om. Saya Sesil."

"Panggil saya Om Dirga," ucap pria tua itu, lalu berdecak. "Pantas saja kamu menikah muda. Pasti takut istrinya diambil orang, ya? Cantik begini. Kalau belum menikah, sudah saya jodohkan dengan anak Om."

Baik Reagan maupun Sesil, hanya tersenyum menanggapi. "Mobilnya di mana, Om?" Reagan mengalihkan pembicaraan.

"Ah, Om sampai lupa." Dirga menepuk keningnya. "Ayo, ayo. Ikut Om."

Sesil menolak halus saat Dirga hendak mengambil alih kopernya. "Nggak papa, Om. Sesil bisa, kok," ucapnya yang dibalas anggukan oleh Dirga.

Sepanjang perjalanan menuju hotel, Sesil hanya diam. Percakapan lebih didominasi oleh Dirga. Reagan sesekali menimpali.

Dirga orang yang menyenangkan, begitulah yang Sesil bisa tangkap. Ia tak canggung bahkan dengan orang baru. Sesekali, pria tua itu melemparkan pertanyaan pada Sesil yang sejak tadi hanya diam.

Dirga merupakan mantan orang kepercayaan Raihan. Ia mengundurkan diri lima tahun yang lalu, dan memilih untuk memulai bisnisnya sendiri di Paris.

Sesampainya di hotel, Dirga langsung pamit pulang. "Besok malam, anak Om akan jemput kalian untuk ke rumah. Kita makan malam bersama, ya."

Reagan mengangguk. "Makasih, Om."

Tak butuh waktu lama, hingga Reagan dan Sesil tiba di kamar mereka. Raihan benar-benar sudah mengurus semuanya. Tiket pulang-pergi, akomodasi, dan lain-lain. Reagan dan Sesil hanya perlu menyiapkan uang untuk makan dan berbelanja.

Setibanya di kamar, Sesil langsung membuka koper, dan menyusun peralatannya, seperti skincare dan make up. Ia juga meletakkan obat-obatan di meja, dan meletakkan selimut yang ia bawa dari rumah.

"Mau aku bantu beresin?" tanya Sesil sambil menunjuk koper Reagan.

"Nggak." Reagan membuka kopernya cepat, lalu beranjak menuju kamar mandi.

Sesil mengangguk lagi. Gadis itu menekan-nekan sofa bed dengan tangannya. Tidak seempuk yang ada di rumah. Semoga punggung Sesil tidak sakit tidur di sana selama dua minggu.

Waktu menunjukkan pukul enam sore di Paris. Mungkin, mereka hanya bisa makan malam saja. Besok, barulah ia akan menjelajah kota. Itu pun kalau Reagan mau.

Sesil melangkah masuk ke dalam kamar mandi begitu Reagan keluar. Gadis itu mencuci muka dan mengganti bajunya dengan yang lebih sederhana.

"Malem ini, kita makan aja, ya?" tanya Sesil. Reagan tak menjawab, laki-laki itu sibuk dengan ponselnya. Sesil pun menunggu dengan sabar. Setelah Reagan selesai, baru Sesil kembali bertanya.

"Reagan, malem in—"

"Nggak usah banyak bacot," potong Reagan. Laki-laki itu tampak kesal.

Sesil langsung mengatupkan bibirnya rapat. Gadis itu memilih bermain dengan ponselnya sambil berbaring di sofa bed. Keheningan pun menyelimuti. Hingga tanpa sadar, rasa kantuk mulai menyerang Sesil, menyedot habis kesadarannya.

***

Begitu Sesil bangun, ia sudah tak mendapati kehadiran Reagan. Saat gadis itu melihat jam, ternyata sudah pukul delapan malam.

Sesil segera bangkit dari posisinya. Saat ia mengecek kamar mandi, ia masih tak menemukan Reagan. Mungkin, laki-laki itu sedang pergi ke minimarket bawah.

Sesil memutuskan untuk mencuci mukanya, dan menunggu suaminya kembali sebelum pergi makan malam bersama. Perut Sesil sudah mulai keroncongan, tapi ia tahan agar bisa pergi makan bersama Reagan. Lagi pula, Sesil tidak punya uang sama sekali. Semuanya Reagan yang pegang.

Reagan baru kembali pukul sepuluh malam. Sesil tersenyum, lalu bangkit dan mendekati suaminya.

"Kamu habis dari mana?" tanyanya.

"Makan."

Senyum Sesil langsung menipis sedikit meluntur mendengar jawaban Reagan. "Kok nggak bangunin aku?"

Reagan tak menjawab. Laki-laki itu mengambil bajunya, lalu masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Sesil yang masih menunggu jawabannya.

Sesil mengelus perutnya yang kembali berbunyi. Ia mulai bingung harus apa sekarang. Ia bahkan masih berdiri di tempatnya saat Reagan keluar.

"Reagan, aku boleh minta uang sedikit, nggak? Mau beli makan," ucap Sesil setelah mengalami konflik batin yang cukup alot.

Reagan mengambil beberapa lembar uang di dompetnya, lalu melemparnya ke wajah Sesil dengan kasar hingga hampir mencolok mata istrinya. Gadis itu segera memunguti uang pemberian Reagan. Tak lupa ia mengambil ponsel, dan kartu akses yang tergeletak di meja.

"Kamu mau titip sesuatu?"

Tak ada jawaban dari Reagan. Sesil berasumsi, artinya adalah tidak.

"Aku pergi dulu, ya," pamit Sesil sebelum keluar dari kamar.

Tolong bantu share cerita ini yah kalo kalian sukaa 🥺❤️

Behind Her Smile.
24-6-2021.

BEHIND HER SMILE ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang