BHS | 22

37.6K 3.9K 601
                                    

Keesokan harinya, mereka sarapan seperti biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya, mereka sarapan seperti biasa.

Reagan sama sekali tak bertanya tentang kue yang sudah dihiasi gambar dirinya, pun sarapan mereka yang cukup banyak. Tadi pagi, Sesil sengaja memasak beberapa makanan semalam yang sudah habis agar Reagan juga bisa mencicipinya.

"Ini aku buatin sarapan spesial buat kamu," ucap Sesil saat Reagan baru saja tiba di meja makan. "Happy birthday, ya. Semoga tahun ini, kamu diberi kemudahan dan berkat yang melimpah."

Reagan tak menggubris. Laki-laki itu masih sibuk memainkan ponselnya. Sesil hanya tersenyum, lalu mulai menyiapkan Reagan sarapan.

Entah penglihatan Sesil yang salah atau tidak, ia bisa melihat senyum tipis Reagan barusan. Sangat tipis, namun Sesil tahu itu adalah sebuah senyuman. Sebuah senyuman yang bahkan tak pernah Reagan tunjukkan padanya.

Perasaan curiga mulai merayapi hati dan otak Sesil. Seketika, nama Sarah kembali terngiang di benaknya, namun, gadis itu tetap berusaha untuk berpikir positif.

"Makan dulu, Reagan," tegur Sesil akhirnya. Reagan pun mulai menyantap makanannya dengan satu tangan, matanya sama sekali tak lepas dari ponsel. Sungguh, bukan tipikal Reagan sama sekali.

Seusai sarapan, Reagan langsung melenggang pergi begitu saja. Sesil juga dengan sigap berdiri, lalu ikut menyusul suaminya.

"Jangan lupa makan siang, ya! Vitamin juga diminum. Semangat kerjanya!" Sesil sampai harus berteriak karena Reagan sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil.

***

Hari berlalu dengan cepat. Sesil masih berkutat dengan bisnis kuenya sekaligus berusaha menjadi istri yang baik untuk Reagan. Seperti malam ini, gadis itu sedang menunggu kepulangan suaminya di sofa ruang tamu, meski waktu telah menunjukkan pukul sepuluh malam.

Suara deru mesin mobil terdengar, membuat Sesil langsung beranjak dari tempatnya. Gadis itu berdiri di depan pintu utama, menyapa kepulangan Reagan dengan senyuman khasnya.

"Hai," sapa Sesil. Reagan tak menggubris. Ia membiarkan Sesil mengambil alih tas kerjanya, lalu masuk begitu saja meninggalkan Sesil. Hanya sekilas, benar-benar sekilas mereka berpapasan, namun Sesil bisa mencium aroma parfum yang agak sedikit berbeda di tubuh Reagan.

Parfum perempuan.

Ini bukan pertama kalinya Sesil mencium parfum perempuan saat berpapasan dengan Reagan. Aroma yang tertangkap oleh indera penciuman Sesil pun selalu sama, aroma vanilla yang sangat manis.

Sesil menatap punggung Reagan yang mulai menghilang di balik tangga. Keinginannya untuk bertanya pun, lagi-lagi ia urungkan karena satu dan lain hal.

Selama ini, Sesil selalu pura-pura bodoh. Namun kali ini, entah mengapa kecurigaannya seolah mengambil alih pikiran Sesil, membuat gadis itu sama sekali tak dapat memejamkan mata.

BEHIND HER SMILE ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang