Sesil langsung berlari keluar saat mendengar deru mesin mobil milik Reagan. Gadis itu menyunggingkan senyum bahagianya, menyambut kepulangan sang suami yang sudah berhari-hari menginap di kantor.
"Hai," sapa Sesil. Ia mengambil alih tas kerja Reagan seperti biasa, lalu meletakkannya di ruang kerja. Reagan berjalan begitu saja menuju lantai dua, dan menghilang di balik pintu kamar. Ia bahkan sama sekali tak berniat melihat atau menyapa Sesil.
Sembari menunggu Reagan membersihkan diri, Sesil dengan semangat menyiapkan makan malam. Ia mengambilkan Reagan nasi di rice cooker, menyiapkan sendok dan garpu yang ditata secara presisi di sisi kanan dan kiri piring, menuang sup ayam wortel yang dibuatnya tadi sore ke dalam mangkuk, lalu menyusun sapi lada hitam di sebelah nasi. Tak lupa, Sesil menyiapkan air putih.
Lima belas menit berselang, Reagan masih belum juga turun. Sesil sampai kembali menuangkan sup ke dalam panci, lalu mengambilkan yang baru agar tetap panas. Namun sepuluh menit kembali berlalu, Reagan tak juga keluar dari kamarnya.
Akhirnya, Sesil memberanikan diri untuk memanggil Reagan. Laki-laki itu baru saja selesai mandi, terlihat dari rambutnya yang basah dan handuk yang melingkar di lehernya. Reagan terlihat fokus sekali mengetik di ponsel. Entah, mungkin urusan pekerjaan.
Sesil— yang tak ingin mengganggu Reagan, memilih untuk menunggu dalam diam. Hingga tiba-tiba, Reagan menoleh pada Sesil dengan tatapan tajamnya.
"Ngapain lo?"
"Makanan kamu udah aku siapin di bawah. Ayo makan malem," ajak Sesil seraya tersenyum lebar. Ia benar-benar rindu makan malam bersama dengan suaminya.
"Gue udah makan."
Tiga kata, namun sukses membuat semangat Sesil menurun drastis. Namun gadis itu masih tetap tersenyum, tak ingin menunjukkan rasa kecewanya. "Makan lauknya aja. Aku buat sup ayam wortel sama sapi lada hitam. Nasinya nggak usah dimakan, nggak papa. Enak bang—"
"Keluar." Sesil langsung mengatupkan bibirnya.
"Reagan, nggak mau maka—"
"Ke.lu.ar," ucap Reagan penuh penekanan.
Sesil mengeratkan pegangannya pada gagang pintu. "Ya udah. Kamu istirahat ya, kalo butuh sesuatu, panggil aku aja. Ak—"
"Keluar, sialan!" bentak Reagan, membuat Sesil benar-benar terkejut.
"Iya, selamat malam, Reagan," ucap Sesil sebelum keluar dari kamar suaminya. Ia berjalan lesu menuju lantai bawah, kembali ke meja makan untuk mengembalikan sup ke dalam panci, lalu sapi lada hitam dan nasi yang masih bersih ke tempatnya masing-masing. Sedangkan nasi yang sudah terkena bumbu, terpaksa ia makan.
Setelah semuanya habis, Sesil merapikan meja makan, mencuci piring, dan pergi ke kamar. Pikirannya masih tertuju pada Reagan yang terlihat benar-benar marah tadi. Apakah ia salah bicara? Atau Reagan sedang ada masalah di kantor? Kalau iya, Sesil sangat bersedia bila Reagan ingin membagi masalahnya. Meski mungkin Sesil tidak begitu paham mengenai bisnis, setidaknya Sesil bisa memberi dukungan dengan cara lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND HER SMILE ✓ [TERBIT]
ChickLit‼️ PART SUDAH TIDAK LENGKAP ‼️ Pre order: 14 Mei 2022 - 28 Mei 2022 SPIN OFF "BETWEEN LOVE AND LIES" (Dapat dibaca terpisah) Reagan terpaksa harus menikah dengan Sesil, gadis periang yang sama sekali tak dicintainya. Bukan rasa cinta yang tumbuh, me...