BHS | 26

41K 4K 298
                                    

Untuk part ini, baca pelan-pelan, diteliti baik-baik. Dan jangan lupa siapin tissue!!

Enjoy! ♥️

Begitu taksi yang ditumpangi Sesil tiba di tujuan, gadis itu langsung turun setelah membayar dan mengucapkan terima kasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu taksi yang ditumpangi Sesil tiba di tujuan, gadis itu langsung turun setelah membayar dan mengucapkan terima kasih. Bahkan, gadis itu tak mengambil kembalian meski sang supir telah berteriak memanggilnya untuk kembali, hingga akhirnya menyerah dan langsung pergi.

Begitu masuk, Sesil langsung disambut oleh Bi Sukma, seorang wanita paruh baya berdaster batik yang baru saja keluar dari kamar dengan membawa baskom berisi air hangat dan handuk kecil.

"Non," sapa Bi Sukma. Wajahnya tampak begitu lega saat melihat Sesil tiba.

"Gimana keadaan Mama, Bi? Dokternya udah dateng?" tanya Sesil. Gadis itu pasti sudah menumpahkan air matanya, jika ia tak mengingatkan dirinya sendiri untuk tetap tenang.

"Udah, Non. Katanya, kondisi Ibu semakin memburuk. Kita harus segera bawa Ibu ke rumah sakit, Non," tutur Bi Sukma. Mendengar itu, Sesil merasa seperti dihantam palu besar. Gadis itu segera melangkahkan kakinya menuju pintu cokelat yang terletak di dekat ruang makan— tempat Bi Sukma keluar tadi, lalu membukanya perlahan.

Air mata Sesil akhirnya jatuh saat melihat wanita paruh baya yang terbaring kaku di atas ranjang. Sesil tak bisa lagi merasakan kakinya, hingga akhirnya, gadis itu jatuh terduduk di samping ranjang dengan posisi berlutut.

"Mama..." panggil Sesil. Tak ada respon yang Sesil dapatkan. Ia juga tak mengharapkan apa-apa, karena wanita itu hanya dapat mengedipkan matanya saja. Seluruh tubuhnya kaku, tak ada satu pun yang bisa digerakkan kecuali matanya.

"Mama, Sesil dateng..." lirih Sesil. Ia meraih tangan wanita itu, lalu menciumnya beberapa kali. Sesil sampai menggigit bibirnya agar tak ada isakan yang lolos. Wanita itu masih dalam posisi yang sama, berbaring terlentang dengan kedua mata yang berkedip sesekali.

Akhirnya, isakan yang sejak tadi Sesil tahan pun lolos. Gadis itu menangis tertahan. Ia menenggelamkan wajahnya di kasur guna meredam suara tangisnya. Sesil terus menangis sembari menggenggam tangan wanita itu, menumpahkan segala keluh kesah, rasa sakit, dan emosi yang selama ini ia tahan.

Semuanya bermula saat Sesil masih duduk di bangku SMP, lima tahun yang lalu.

***

Sesil sedang mengemasi buku-bukunya, memasukkannya ke dalam kardus bekas air mineral untuk disumbangkan ke panti asuhan. Gadis itu baru saja dinyatakan lulus oleh pihak sekolah, membuat ia tak bisa berhenti menyunggingkan senyum gembira.

"Udah semua, Non?" tanya Bi Sukma saat Sesil keluar dari kamar dengan mengangkat dus bekas air mineralnya.

"Udah, Bi," jawab Sesil. Ia membawa dus itu ke ruang tamu, meletakkannya di sana. Setelah selesai, Sesil menepuk-nepuk kedua tangannya, merasa puas karena akhirnya, Sesil berhasil menyelesaikan sekolahnya di SMP dengan hasil yang cukup memuaskan.

BEHIND HER SMILE ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang