Hari ini cukup cerah, Mark dan keluarganya hari ini melakukan pindahan, pindah ke lingkungan perumahan yang lebih dekat dengan perusahaan Papanya, Jung Jaehyun. Jadi setelah mobil angkut datang dan barang-barang mereka dimasukkan, Mark sudah selesai memindahkan barang miliknya ke kamar barunya jadi dia sedang bersantai ria diatas kasur empuk miliknya.
"Kakak!! beliin paku di toko bangunan depan komplek!" suara Mama-nya a.k.a Taeyong membuat Mark menurunkan ponsel yang tadi ada diwajahnya menjadi di dadanya,
"Adek aja kenapa sih? dia juga nganggur tuh!" balas Mark,
"Adek udah Mama suruh angkatin pot bunga Kak! buruan! mau dipake Papa ini lho!" Mark dengan tak rela akhirnya berdiri dan berjalan keluar kamar menghampiri Taeyong.
"Nih beli paku, semua ukuran ya. Satu ukuran seperempat gram aja," ucap Taeyong sembari memberikan dua lembar uang seratus ribu pada Mark."Itu pake sepeda adek aja Kak kalo nggak mau jalan," ucap Taeyong. Mark hanya mengangguk, tapi saat dia sampai di garasi yang dia dapati malah sepeda milik Sungchan yang berbeda dengan milik Jeno. (sepeda yang ada boncengannya).
"Sepedanya Jeno kok gaada Ma?!" teriak Mark.
"Yaudah pake' yang ada aja kenapa sih Kak!"Mark berdecak, tak mau memperpanjang masalah dia akhirnya memakai sepeda itu untuk pergi ke toko bangunan depan komplek.
Mark asik bersenandung ria, sampai di tengah jalan dia menemukan sosok bocah dengan kaos biru kebesaran dan celana abu-abu pendek dan sendal swallow warna hijau terlihat celigukan tak jauh di depannya. Awalnya Mark tak peduli, tapi saat tatapan keduanya beradu hati Mark langsung meleleh, terutama karena senyuman lebar yang dilontarkan padanya.
"Kakak! kakak!! berhentiiii!!!" bocah itu dengan nekat menghadang sepeda Mark dengan berdiri di depannya secara tiba-tiba, membuat Mark langsung mengerem sepedanya mendadak.Ingin Mark mengumpat, tapi bocah di depannya terlalu menggemaskan hingga dia tak tega jika ingin memarahi.
"Apa dek??" tanyanya dengan sabar.
"Kak, indomaret kalo darisini kemana?" tanyanya dengan muka polos sembari menunjukkan layar ponselnya yang menampakkan GPS.
Mark menghela nafas,
"Di depan sana dek, tinggal lurus doang," jawab Mark.
"Kakak mau kemana?" tanyanya,
"Ke depan," jawab Mark.
"Yaudah kalo gitu Echan bareng kakak aja," dengan sekonyong-konyong bocah yang mengaku bernama Echan itu duduk di boncengan sepeda lalu memeluk perut Mark dengan erat. Demi apapun Mark kaget!
Ya Tuhan! bocah ini mengerti aturan tidak sih? Mark melepaskan pelukan Echan, tapi lagi-lagi bocah itu kembali melingkarkan tangannya di perut Mark, begitu hingga tiga kali dan akhirnya Mark menyerah.
"Biar nda jatoh kak, kata Kak Derry harus pegang erat kalo lagi berkendara," ucap Echan,
Mark mulai mengayuh sepedanya.
"Naek sepeda doang dek Ya Tuhan," ujar Mark.
"Sama aja naik kendaraan kan?" kepala Haechan melongok dari samping kiri dan menatap Mark, si lelaki yang lebih dewasa melirik sejenak lalu kembali fokus ke jalanan.
"Serah lo dah, nama nya siapa? baru tinggal disini?" tanya Mark membuka pembicaraan.
"Namaku Haechan kak, Seo Haechan. Tinggal di perumahan gang Melati empat nomer 7B. Udah tinggal dari kecil disini, tapi Echan jarang keluar kak. Kata Mama Echan nggak boleh lama-lama diluar, nanti diculik om-om jahat kayak yang di film," mendengar jawaban dari Haechan membuat Mark langsung menyimpulkan bahwa.Anak ini banyak bicara alias cerewet. Dia tanya A dijawab dari A sampai Z.
"Ya kalo modelan kayak kamu bakal diculik emang, polos polos menjoros bego, haha," Mark tertawa renyah. Setidaknya rasa dongkolnya akibat disuruh Mama jadi hilang.
"Nda mau diculik!" Haechan semakin mengeratkan pelukannya, bahkan sampai pipinya menyentuh punggung Mark."Ya Tuhan gemes banget! pengen gue karungin bawa pulang kerumah!" batin Mark.
Setelah dari indomaret dan Mark selesai membeli paku, mereka kembali ke rumah. Mark mengantarkan Haechan ke rumahnya terlebih dahulu,
"Tunggu Kak! bentar disini dulu!" Haechan menahan tangan Mark, kemudian dia berlari masuk ke dalam rumah, bahkan Mark bisa mendengar suara Haechan mengaduh setelah ada suara benturan.
"Pelan pelan dong jalannya cil!"Haechan buru-buru masuk ke kamarnya, mengambil sebuah sticky notes dan pulpen untuk menuliskan sesuatu disana. Lalu dia mengambil satu kresek dari dua kantong kresek yang dibawanya dan memasukkan sticky notes tadi. Setelah itu Haechan kembali keluar rumah dan menghampiri Mark.
"Ini buat kakak, pulangnya hati-hati, jangan ngebut. Okei?" tangan Haechan membentuk hufut 'o' dengan ibu jari dan telunjuk. Mark terkekeh lalu dia mengangguk,Kok dia jadi semakin gemas dengan Haechan??
"Yaudah, kakak pulang dulu. Bye manis," ucap Mark sebelum dia mengayuh sepedanya untuk pulang.
Sesampainya di rumah Mark masuk rumah dengan mesam-mesem, moodnya sangat baik hingga Jeno yang melihat itu heran.
"Gila lo bang? kesambet jin di jalan mane?" tanya Jeno. Bukannya menjawab, Mark malah melemparkan sekantong paku pada Jeno, untung mendarat di pahanya karena Jeno sedang duduk di sofa.
"Pantesan lama, jajan dulu, kamu ini ck ck," ucap Taeyong.
"Nganterin anak orang Ma, nyasar tadi kasian," Mark masuk ke kamarnya, lalu duduk di atas kasur, langsung membuka apa yang diberikan Haechan padanya.Fyi, Hendery adalah teman sekolahnya, tapi dia tak pernah tahu jika temannya itu memiliki adik semenggemaskan itu! berbeda dengan Hendery yang kelakuannya 11-12 sama monyet tanggepan di depan gang rumahnya dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMES (MARKHYUCK)
FanfictionTadinya Mark cuman mau beli paku di toko bangunan, tapi malah nemuin bocil kesasar.